Masa kini, ketika kita telah memiliki alat-alat bunyi elektronika yang sempurna, sering membuat para aktor justru kurang memiliki suara alamiah yang terlatih baik
karena secara tidak sadar mereka sangat menggantungkan diri pada kehadiran sound system yang kompleks itu.
5.4 Auditorium yang Memenuhi Syarat
Ruang teater yang baik ialah yang dibangun sedemikian rupa sehingga bunyi yang timbul di pentas bisa dengan mudah terdengar di segala tempat penonton. Hal ini
bergantung pad a jarak waktu timbulnya bunyi secara lestari di dalam ruangan. Istilah teknisnya reverberationperiod atau periode bergema. Sebagai suatu percobaan kita
membuat suatu pukulan keras pada suatu benda, bisa juga suatu tembakan pistol, kemudian kita hitung dengan stopwatch jarak antara terjadinya bunyi dan terdengarnya
bunyi. Apabila periode bergemanya lama, maka ruang tersebut tidak baik akustiknya. Hal yang demikian akan terjadi apabila pada ruangan di balik dinding auditorium terdapat
ruangan kosong yang banyak atau apabila langit-langit gedung dan lantai disusun paralel secara lengkap. Konstruksi begini memantulkan gelombang bunyi serta memperpanjang
bunyi sehingga mereka tertindih-tindih dan memotong satu dengan lainnya sehingga mengakibatkan bunyi-bunyi yang kabur. Sebaliknya, sebuah periode bergema yang ideal
adalah satu seperempat hingga satu setengah detik.
Tugas arsitek adalah mengusahakan adanya jaminan kesempurnaan kemampuan dengar audibility dari pertunjukkan, sementara itu juga melindungi penonton dari
bunyi-bunyi yang tidak diingini kehadirannya noise seperti suara kenderaan bermotor, tapak kaki, bunyi bel telepon, kipas angin, angkut-mengangkut peralatan pentas,
pendeknya suara dan bunyi yang sebenarnya tidak termasuk ke dalam acara tontonan. Dalam pada itu, harus kita perhitungkan pula tentang ruangan dalam keadaan belum ada
penonton, misalnya pada waktu kita mengadakan latihan di tempat yang akan kita gunakan untuk memainkan lakon kelak, dan di dalam ruangan yang sama pada
pertunjukkan itu digunakan erkes musik atau gamelan. Ilmu akustik arsitektur adalah baru, terutama apabila ilmu ini dijuruskan ke arah teater dengan segala masalah tata
bunyinya yang unik. Karenanya, banyak pula arsitek yang memakai presedur kerja, build in first and fixed it later, artinya mereka menambahkan di sana-sini, setelah gedungnya
jadi dengan bahan atau perubahan kecil-kecil untuk menghilangkan gema. Dan tidak akan ada gedung teater yang memenuhi syarat-syarat akustik yang baik dengan cara kerja
demikian itu. 5.5 Keseimbangan Bunyi
Yang dimaksud dengan keseimbangan bunyi adalah teraturnya beraneka bunyi yang ditimbulkan dalam suatu lakon teater sehingga tidak akan merupakan suatu
gangguan dari macam bunyi yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini bisa tercapai apabila kita menyiapkan segala sarana bunyi dengan saksama.
5.6 Terjadinya Bunyi
Dengan sederhana bisa dijelaskan bahwa sensasi bunyi terjadi apabila getaran sumber bunyi itu melewati udara yang turut bergetar dan memproduksi getaran lebih
lanjut hingga ke telinga kita. Selaput telinga menjadi bergetar dengan irama yang sama,
e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara
9
dan menyampaikannya kepada urat syaraf yang membawa getaran itu ke otak. Otak ini memungkinkan kita sadar mendengar.
Dengan sarana-sarana elektronika, bunyi mengalami perjalanan proses sebagai berikut: Getaran mekanis suara manusia diubah oleh mikrofon menjadi getaran elektronis
yang kemudian dikuatkan oleh amplifier ke arah pengeras suara Loadspeaker dan akhirnya telinga manusia menerima getaran bunyi itu sebagai suatu getaran mekanis
kembali.
Mikrofon adalah alat teknik pertama yang menerima secara langsung suara aktor, bunyi musik, dan efek-efek yang lainnya. Bunyi dapat seimbang apabila diperhatikan
benar letak mikrofon sehingga tidak terjadi bunyi yang sangat menonjol. Bunyi musik hendaklah harmonis, karena itu hendaklah diusahakan jangan sampai ada sumber bunyi
lainnya, bahkan dialog aktor sampai-sampai tidak terdengar. Efek bunyi lainnya hendaklah dijauhkan letaknya dari mikrofon, apalagi jika efek itu keras bunyinya.
Digunakannya soundsystem pada pentas teater berakibat pula adanya kesukaran yang timbul apabila tidak kita perhitungkan lebih dulu. Ketokan,pintu yang seharusnya
kedengaran dari pintu sebelah kiri, di dengar penonton dari tengah pentas, tetapi dialognya jauh kedengaran karena letak mikrofon jauh dari tempat aktor itu berdialog.
Masih banyak peristiwa kesalahan teknis tata letak mikrofon yang kita lihat, yang sering pula menimbulkan tertawa di pihak penonton, Untuk mengurangi kesalahan-
kesalahan semacam itu, di bawah ini dikemukakan beberapa macam mikrofon serta istilah-istilah yang menunjukkan tempat kedudukan aktor sehubungan dengan tata letak
mikrofon.
Adapun beberapa macam mikrofon yang biasa digunakan dalam pementasan teater adalah :
1 Mikrofon omni atau nondiretional atau mikrofon yang dapat dipergunakan dari segala
penjuru; hasilnya sama saja. 2
Mikrofon bidirectional. Baik dipergunakan dari sebelah depan dan belakang. Bila berbicara dari sisi kanan atau kiri, hasilnya tak begitu memuaskan.
3 Mikrofon unidirectional. Baik dipergunakan dari sebelah depan saja. Apabila
berbicara dari sebelah belakang, sisi kanan, si si kiri, maka bunyi yang diserapkannya adalah bunyi yang telah dipantulkan oleh dinding ruangan.
4 Mikrofon meja dan atau lantai. Bentuknya kecil, khususnya ditempatkan pada meja
atau lantai. 5
Mikrofan lapel. Dikaitkan pada baju, dikalungkan di leher, sehingga tidak mudah terlihat oleh penonton.
6 Mikrofan boom. Dilengkapi dengan batang panjang, bisa diatur, mendekat atau
menjauh dari aktor.
5.7 Microphone Presence