Mimik - Tingkahan - Gerak Rias Wajah - Rambut - Kostum Properti - Dekor

Cara berujar meliputi juga tinggi rendahnya nada suara serta intensitas volume suara dan intonasi. Konvensi tersebut harus pula dikenal penonton yang menafsirkan pesan yang ingin disampaikan tokoh selain merangkaikannya dengan cerita. Hingga saat ini belum ada penelitian tentang masalah pengujaran dalam teater modern Indonesia. Misalnya, cara pemain menekankan kata- kata tertentu, memilih nada- nada tertentu meliuk-liuk, atau datar-datar saja, tentu berpengaruh pada suasana tertentu. Apa tujuan cara berujar yang kadang terkesan tidak wajar itu bagi penonton, selain mereka sadar bahwa mereka sedang menonton drama? Namun intonasi dan legal berujar memiliki beberapa fungsi, yaitu : a menunjukkan kekhasan tokoh b menunjukkan kekhasan golongan masyarakat tertentu; c menunjukkan kesenjangan antara tokoh dengan perannya atau dengan lingkungannya. Fungsi yang pertama berkaitan dengan karakter tokoh, atau yang bersifat individual. Misalnya, tokoh-tokoh pewayangan tertentu memiliki cara berujar yang sudah sangat teratur terkodifikasi. Selain itu, ada kemungkinan seorang pemain membawa kekhasan individual pada peran yang sedang memainkannya. Pemain Srimulat seperti Timbul dan Jujuk memberi warna tersendiri pada tokoh yang diperankannya. Sedangkan contoh kelompok kedua misalnya pemain yang memerankan tokoh yang berasal dari kalangan tertentu di Jakarta Banc Gugat - Teater Koma. Yang menjadi masalah adalah bila penonton tidak mengenali cara berujar tokoh karena justru tidak sesuai dengan kedudukannya atau perannya di dalam cerita. Ini adalah contoh ketiga, yaitu ketika seorang pemain menyimpang dengan sengaja dari code pengujaran di dalam teater. Efek yang tercipta adalah bangunnya penonton dari kebiasaannya karena ia diharuskan untuk berfikir, untuk mereka-reka sendiri makna yang tampil ditampilkan oleh tokoh.

2. Mimik - Tingkahan - Gerak

Ketiga unsur yang masih berkaitan dengan pemain ini jua tunduk pada konvensi teater. Ketiganya juga sangat berkaitan dengan pengujaran, karena dapat menyertai cakapan, melanjuti atau mendahului ujaran atau sebaliknya menyanggah ujara. Selain itu, mimik, tingkahan atau gerak yang dilakukan tanpa ujaran juga dibaca sebagai sebuah kata, kalimat, atau wacana. Sebagai contoh, gerakan menunjuk yang menyertai ujaran Itu berfungsi menekankan ujaran dan versifat berlebihan atau redundant. Efek jenaka dapat timbul bila gerak berlebihan, seperti tindakan tokoh utama OKB yang mencium tangan Guru Filsafat, layaknya seorang murid mencium tangan guru agamanya. Gerakan tanpa ujaran bersifat menggantikan. Sedangkan gerakan yang menyangkal ujaran terlihat misalnya pada senyum manis seorang pemain yang diperlihatkan ketika ia sedang menyiksa lawan mainnya.Kontradiksi gerak dengan ujaran itu menimbulkan efek kekejaman.

3. Rias Wajah - Rambut - Kostum

Teater tradisional mengatur penampilan pemain atau tokoh kadang-kadang sangat terkodifikasi. Teater modern lebih luwes dan kadang pula mencontoh teater tradisional, terutama ketika tokoh yang ditampilkan itu harus mengingatkan penonton pada tokoh e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 4 tertentu yang mereka kenal penguasa yang memakai kostum raja Melayu, di dalam sebuah pementasan Teater 0 Universitas SumateraUtara. Rias wajah serta rias rambut juga dapat mengikuti konvensi teater topeng untuk menekankan tidak berubahnya karakter tokoh, tetapi ketika penampilan itu tidak tunduk pada aturan apa pun, maka terciptalah suatu code baru. Seperti yang telah diamati oleh para peneliti Barat, suatu pertunjukkan teater sering menciptakan code baru, yang kemudian dapat menjadi kekhasan grup teater bersangkutan, atau dapat pula ditinggalkan untuk mencoba sesuatu yang baru lagi.

4. Properti - Dekor

Beralih dari segi pemain, kita sekarang menengok unsur-unsur yang lebih berkaitan dengan ruang panggung. Ruang panggung yang terisi benda-benda tidak saja berfungsi sekadar melengkapi isi panggung melainkan dapat pula menghasilkan makna simbolis. Teater modern, seperti yang diamati oleh pakar-pakar semiologi teater, menampilkan benda-benda panggung atau yang disebut properti oleh kalangan teater, cenderung lebih untuk mengajukan suatu makna simbolis daripada sekadar berfungsi utiliter kursi harus ada kalau tokoh-tokoh duduk atau hanya sebagai tempat duduk. Demikian pula dekor yang dapat berfungsi menciptakan suasan rill lukisan pohon-pohon ketika tokoh-tokoh berada di dalam hutan, tetapi juga dapat sekaligus menghasilkan makna simbolis hutan juga melambangkan keterasingan. Dekor juga membagi ruang panggung ke dalam ruang-ruang terpisah sesuai ruang-ruang cerita. Pada pementasan Sayembara Bohong oleh anak-anak Teater O FS - USU, ruang panggung sebelah kiri, agak tinggi, digunakan untuk menampilkan kejadian di dalam kerajaan Belantan Tak Bertakuk, sedangkan di sebelah kanan terdapat taman kecil yang digunakan untuk dua fungsi latar yakni tempat bermain putri raja dan tempat diadakannya sayembara pemilihan calon menantu raja. Memang letak ruang-ruang di atas panggung dapat berbicara banyak, apalagi bila ditambah dekor serta benda-benda panggung. Bangun panggung dapat menciptakan beberapa variasi, yang oleh Ubersfeld dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan pada oposisi biner, yaitu sebagai berikut : a. ruang tertutup vs ruang terbuka b. ruang horizontal vs ruang vertikal c. ruang penuh vs ruang kosong d. ruang dalam vs ruang luar e. ruang bulat vs ruang segi empat Masing-masing kelompok ruang di atas menghasilkan makna-makna tertentu. Ruang yang penuh berisi benda-benda panggung dan para tokoh dapat memberi makna kejenuhan atau kesesakan, sedangkan sebaliknya, ruang kosong dapat menyiratkan kehampaan atau kemiskinan. Pertunjukkan teater tradisional seperti wayang Betawi memang memberi kesan kemiskinan, dengan pengadaan dekor dan properti yang sederhana, ditambah pula dengan ruang gerak yang tidak terlalu luas pemain masuk dari samping panggung menuju ke tengah panggung dan keluar melalui jalan yang sama. Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 5 suasana malam hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu. Dalam pementasan Konglomerat Burisrawa, lampu-lampu disko warna-warni menandai kerajaan Setra Ganda-mayit yang dikuasai oleh Durga. Tokoh kejam Durga sendiri tampil di bawah cahaya lampu merah, sedangkan rias wajahnya sudah cukup meriah. Pertunjukkan teater modern dapat mempermainkan ruang dan benda. Pertunjukkan yang tidak bertopang pada unsur naratif, akan memanfaatkan sebanyak- banyaknya kemungkinan menciptakan makna-makna lewat benda- benda panggung. Hal ini juga akan memaksa penonton untuk mencari code baru untuk membaca dan memahami makna pertunjukkan. Dan sering kali, fungsi permainan juga menonjol, karena tidak boleh dilupakan bahwa bermain adalah fungsi teater yang utama.

5. Musik - Bunyi-Bunyian