Uji Normalitas Uji Multikolinearitas

sebesar Rp 8,407.03. Harga Saham tertinggi sebesar Rp 129,500.00 dengan harga saham terendah sebesar Rp 45.00. Dengan standar deviasi dari rata-rata harga saham closing price sebesar Rp 19,497.80.

5.1.2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali 2007 untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

5.1.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2. berikut : Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5.2 : Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 124 Mean .0000000 Normal Parameters a Std. Deviation 1.24015584 Absolute .114 Positive .114 Most Extreme Differences Negative -.073 Kolmogorov-Smirnov Z 1.271 Asymp. Sig. 2-tailed .079 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil SPSS lampiran V Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2. tersebut terlihat besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah 1.271 dan signifikan pada 0.079 yang berarti data residual berdistribusi normal.

5.1.2.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variable bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standard penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali 2005 salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF Variance Inflation Factor yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut: Tabel 5.3 : Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model Tolerance VIF Constant Ln_Dividen .912 1.096 1 Ln_KasBersih .912 1.096 a. Dependent Variable: Ln_HrgSaham Sumber : Hasil SPSS lampiran V Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas homoskedastisitas. 5.1.2.3.Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.1. : Sumber : Hasil SPSS lampiran V Gambar 5.1 : Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik – titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu untuk melihat atau membuktikan bahwa gambar scatterplot itu menyatakan model tidak terkena Heteroskedastisitas, dapat dilakukan statistik dengan Uji Glejser yang terdapat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 berikut : Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5.4 : Uji Glesjer 1 ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression .199 2 .099 2.221 .117 a Residual 2.688 60 .045 1 Total 2.887 62 a. Predictors: Constant, Log_KasBersih, Log_Dividen b. Dependent Variable: AbsUt_Glejser2 Sumber : Hasil SPSS lampiran V Tabel 5.5 : Uji Glesjer 2 Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. Constant .130 .319 .408 .685 Log_Dividen -.049 .025 -.246 -1.971 .053 1 Log_KasBersih .020 .030 .085 .680 .499 a. Dependent Variable: AbsUt_Glejser2 Sumber : Hasil SPSS lampiran V Berdasarkan Tabel 5.4 nilai signifikan Uji F sebesar 0,117 yang berarti nilai signifikan uji F lebih besar dari nilai alpha yang telah ditentukan sebesar 0,05 dan Tabel 5.5 yang merupakan tabel uji parsial dalam uji Glejser memperlihatkan bahwa tidak satupun yang signifikan terhadap variabel dependen, dimana nilai alpha yang telah ditentukan lebih kecil dari pada nilai signifikansi pada uji di tabel 5.5., dengan Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 artian kata bahwa model yang yang ada tidak terjadi heteroskedastisitas varians dari residual Homoskedastisitas. 5.1.2.4.Uji Autokorelasi Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson DW. Menurut Santoso 2005 : 241, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin - Watson DW. Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai d tabel dengan tingkat signifikansi 5 dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 2,195, berarti data tidak terkena autokorelasi. Tabel 5.6 : Nilai Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .802 a .643 .638 1.25036 2.195 a. Predictors: Constant, Ln_KasBersih, Ln_Dividen b. Dependent Variable: Ln_HrgSaham Sumber : Hasil SPSS lampiran VI Berdasarkan Tabel 5.6, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai DW sebesar 2,195 dimana dari tabel DW nilai DL = 1,67 dan DU=1,738 dan nilai 4-dL dan 4-dU 2,33 dan 2,262. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai dl DW 4-du Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 atau 1,67 2,195 2.262 yang artinya tidak terjadi autokorelasi karena nilainya berada di kisaran interval 1,67 dan 2,262. A Ho diterima no serial correlation utokorelasi + Autokorelasi - 4 4-dl 4-du du dl 2,33 1,67 1,738 2,262 Dimana : 0 dw dl : ada korelasi positif dl dw du : tidak ada autokorelasi positif 4-dl dw 4 : ada korelasi negative dldw4-du : tidak ada korelasi positif atau negatif dl ≤dw≤du : pengujian tidak bias disimpulkan inconclusive 4-du ≤dw≤4-dl : pengujian tidak bias disimpulkan inconclusive Gambar 5.2. : Diagram Durbin – Watson 5.2. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan dividen kas dan arus kas bersih berpengaruh terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial. Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini : Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5.7. Pengujian Goodness of Fit Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .802 a .643 .638 1.25036 2.195 a. Predictors: Constant, Ln_KasBersih, Ln_Dividen b. Dependent Variable: Ln_HrgSaham Sumber : Hasil SPSS lampiran VI Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.7 diperlihatkan sebesar 0,638. Hal ini menunjukkan bahwa 63,8 variabel Ln_HrgSaham Harga saham closing price dapat dijelaskan oleh Dividen Cash dan Net Cash Flows. Sisanya sebesar 36,2 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R 2 signifikan atau tidak maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher Uji F dengan tingkat keyakinan confident level sebesar 95 . Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila F hitung F tabel maka Ho ditolak; dan apabila F hitung ≤ F tabel maka Ho dapat diterima. Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam Tabel 5.8 berikut ini : Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5.8. : Uji F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 341.370 2 170.685 109.175 .000 a Residual 189.172 121 1.563 1 Total 530.542 123 a. Predictors: Constant, Ln_KasBersih, Ln_Dividen b. Dependent Variable: Ln_HrgSaham Sumber : Hasil SPSS lampiran VI Tabel 5.8. menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 109,175 dengan tingkat signifikansi 0,000. Bila dibandingkan nilai signifikan pada tabel 5.8., maka terlihat bahwa nilai signifikansi pada uji F lebih kecil dari nilai signifikan yang telah ditentukan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen oleh dividen kas dan arus kas bersih berpengaruh terhadap harga saham closing price secara simultan. Untuk melihat hubungan satu per satu variabel independen dengan variabel dependen dapat dilakukan uji T atau pengujian secara parsial, sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel berikut : Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5.9. : Hasil Perhitungan Uji t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. Constant 5.614 .502 11.182 .000 Ln_Dividen .587 .042 .798 14.034 .000 1 Ln_KasBersih .014 .053 .015 .255 .799 a. Dependent Variable: Ln_HrgSaham Sumber : Hasil SPSS lampiran VI Dari hasil pengujian yang dilakukan Uji t dapat dilihat bahwa variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen adalah variabel Ln_Dividen, terlihat bahwa nilai signifikan variabel Ln_Dividen jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai signifikan yang telah ditetapkan sebesar 0,05., sementara itu untuk variabel Ln_KasBersih tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Ln_HrgSaham, dimana diperlihatkan nilai signifikan variabel Ln_KasBesih jauh lebih besar bila dibandingkan dengan nilai signifikan yang telah ditetapkan sebesar 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu Meythi 2006, yang mengatakan bahwa arus kas tidak mempengaruhi harga saham. Dari tabel coefficient di atas maka model regresi yang dapat dibentuk : Harga Saham = 5,614 + 0.587Ln_Dividen + 0.014Ln_KasBersih + i Bila pembayaran Dividen Kas dividen cash dinaikkan sebesar Rp 100,- maka akan mempengaruhi Harga Saham sebesar Rp 58,70 dengan demikian kenaikan pembayaran dividen mempunyai pengaruh positif terhadap Harga Saham. Bagi Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 investor memperhatikan pembagian dividen merupakan suatu hal yang penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi, karena dividen juga dapat menjadi penyampai informasi tentang keyakinan manajer dan prospek perusahaan di masa depan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat dimana dividen yang meningkat tersebut dibayarkan. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Sedangkan hal yang sebaliknya akan terjadi, jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang menurun maka perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya dan pasar akan merespon negatif pengumuman tersebut. Dengan demikian manajemen akan enggan mengurangi pembagian dividen, kalau hal ini ditafsirkan memburuknya kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Aharony dan Swary 1980 mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Kebijakan deviden dividend policy adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali reinvesment atau ditahan retained didalam perusahaan. Kebijakan dividen didasarkan pada rentang Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 pertimbangan atau kepentingan pemegang saham di satu sisi dan kepentingan perusahan di sisi lain. Kebijakan dan keputusan dividen pada hakekatnya akan menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa banyak yang ditahan sebagai retained earning Sarnat,1990. Perbandingan antara dividen dan keuntungan merupakan rasio pembayaran dividen Dividend Payout Ratio atau persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend. Semakin tinggi tingkat dividen yang akan dibayarkan semakin sedikit laba yang dapat ditahan retained earning. Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Laba yang diperoleh perusahaan pada umumnya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen karena sebagian disisihkan untuk diinvestasikan kembali atau sebagian ditahan dalam retained earning. Besar kecilnya dividen yang di bayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Pembagian dividen kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang, semakin besar nilai dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham maka semakin kecil posisi kas pada perusahaan tersebut. Hal ini juga mengakibatkan leverage rasio antara hutang terhadap ekuitas akan semakin besar. Menurut Siaputra dkk 2006, “dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan dividen adalah bahwa kebijakan tersebut secara langsung akan berpengaruh Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 negatif dengan leverage keuangan perusahaan”, artinya debt to equity ratio akan meningkat sesuai dengan proporsi dividen yang akan dibagikan. Meningkatnya nilai leverage maka penilaian terhadap perusahaan menjadi buruk yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham di pasar. Laverage yang semakin besar akan memperbesar perubahan arus laba bersih perusahaan. Laverage akan menimbulkan beban bunga utang, jumlah bunga pinjaman yang dibayar mempengaruhi hubungan antara return atas jumlah aktiva setelah pajak dengan return atas modal sendiri. Dampak lain yang timbul adalah para pelaku pasar akan berpikir negatif terhadap perusahaan. Simultinitas kebijakan dividen dapat dicermati dari karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap simultinitas kebijakan dividen yang berbeda pula. Hasil penelitian yang mendukung simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal diteliti oleh Noronha et al. 1996, dalam Siaputra, 2006, mengatakan bahwa “kebijakan dividen dan struktur modal dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan, dalam hal tingkat pertumbuhan growth dan diversitas kepemilikan blockholder”. Penjelasan lain didasarkan pada pedagang-pedagang jangka pendek yang mencoba mengambil keuntungan atas perbedaan perlakuan dividen dan capital losses atau penggunaan dividend capture strategy sebagaimana pernah diteliti oleh Kalay 1992, Lakonishok and Vermaelen 1986, Karpoff and Walking 1998, dan Michaely 1991 dalam Siaputra, 2006. Hasil penelitian tersebut memberikan petunjuk eksplisit bahwa pembagian dividen akan berdampak terhadap pendanaan perusahaan, karena perusahaan mengeluarkan dana kas besar untuk pemegang saham. Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008 Hasil penelitian ini mendukung teori Efficiency Market Hyphotesis, dimana harga saham bereaksi terhadap informasi yang ada, termasuk didalamnya adalah informasi tentang pembagian deviden. Informasi tentang pembagian deviden dipercaya akan dapat mempengaruhi perilaku harga saham di bursa akibat dari aksi investor yang menginginkan keuntungan dari kejadian moment tersebut. Ikhsan Abdullah : Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007, 2009 USU Repository © 2008

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Laba Akuntansi Dan Arus Kas Operas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Jenis Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 91 84

Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Kas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

23 155 93

Pengaruh Dividen Kas, Arus Kas Bersih, Leverage Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 40 143

Pengaruh Laba Bersih Dan Dividen Kas Terhadap Harga Saham (Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

11 53 187

PENGARUH PERUBAHAN LABA AKUNTANSI DAN LAPORAN ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR JENIS CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 1 23

PENGARUH ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Arus Kas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

PENDAHULUAN Pengaruh Arus Kas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 23

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS INVESTASI, ARUS KAS PENDANAAN DAN LABA BERSIH TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 4 12

ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Unika Repository

0 0 13