5.2 Gambaran Kejadian Prematur Berdasarkan Paritas
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 63 kasus kelahiran prematur di RSUP H. Adam Malik tahun 2007 sebanyak 25 orang 39,7 paritas 1, 17 orang 27,0
paritas 2, 8 orang 12,7 paritas 3 dan 13 orang 20,6 paritas 3. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi 2005 di di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan angka
kelahiran prematur terbanyak pada paritas pertama yaitu 60,9. Namun tak sejalan dengan penelitian Agustina 2005 menyatakan bahwa wanita yang paritasnya 3 ada
kecenderungan mempunyai risiko sebesar 4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya 3. Hal ini dimungkinkan
karena pada saat ini kecenderungan untuk memiliki keluarga kecil sudah memasyarakat dengan adanya informasi tentang keluarga berencana.
5.3 Gambaran Kejadian Prematur Berdasarkan Pendidikan
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 63 kasus kelahiran prematur di RSUP H. Adam Malik tahun 2007 sebanyak, 2 orang 3,2 tidak sekolah, 5 orang 7,9
tamat SD, 28 orang 44,4 tamat SMP, 26 orang 41,3 tamat SMA dan 2 orang 3,2 tamat Diplomasarjana. Hal ini sejalan dengan pendapat Prameswari 2007
Tingkat pendidikan ibu yang rendah secara tak langsung dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, pengaruh tersebut terjadi karena rendahnya akses ibu
berpendidikan rendah terhadap informasi tentang kesehatan ibu dan bayi, peningkatan pengetahuan ibu akan mengubah sikap dan perilaku ibu tentang kesehatan. Menurut
Tobing 1999 pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, kesadaran maupun kemampuan seorang ibu mengenai kehamilan dan
Universitas Sumatera Utara
perawatan kehamilan serta upaya pemeriksaan kehamilan kepada tenaga profesional yang tepat. Menurut Rukmini 2005 Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak
pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikit
keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatann dan Pendidikan ibu adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap pencarian pertolongan persalinan di
samping faktor jarak
5.4 Gambaran Kejadian Prematur Berdasarkan Jarak Kehamilan
ke tempat pelayanan kesehatan dan status ekonomi.
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 63 kasus kelahiran prematur di RSUP H. Adam Malik tahun 2007 sebanyak, 19 orang 30,2 jarak kehamilan nol atau
kehamilan pertama, 28 orang 44,4 jarak kehamilan 12-23 bulan, 7 orang 11,1 jarak kehamilan 24-35 bulan dan 9 orang 14,3 jarak kehamilan 35 bulan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Mulatsih 2006 jarak persalinan yang terlalu dekat memungkinkan untuk terjadinya kelahiran prematur. Hal ini disebabkan karena pada
kehamilan yang terlalu dekat akan sangat berbahaya, karena organ-organ reproduksi belum kembali ke kondisi semula. Selain, kondisi energi si ibu juga belum
memungkinkan untuk menerima kehamilan berikutnya. Keadaan gizi ibu yang belum prima ini membuat gizi janinnya juga sedikit, hingga pertumbuhan janinnya tak
memadai atau terhambat. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sahil 1997 bahwa kejadian partus prematurus meningkat pada jarak antar kehamilan kurang dari dua
tahun.
Universitas Sumatera Utara
5.5 Gambaran Kejadian Prematur Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan ANC