BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan Prematur kurang bulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin + uri yang dapat hidup di dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan persalinan yaitu: 1.
Menurut cara persalinan Mochtar, 1998 a.
Partus biasa normal, disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. b.
Partus luar biasa abnormal ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat alat atau melalui diding perut dengan operasi caesaria.
2. Menurut lamanya kehamilan Sastrawinata, 2005
a. Abortus keguguran adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia luar, dengan lamanya kehamilan 20 minggu dan berat janin 500 gram.
b. Persalinan kurang bulan preterm adalah persalinan pada umur kehamilan 20
– 37 minggu dengan berat badan anak 500 – 2500 gram. c.
Persalinan cukup bulan aterm adalah persalinan pada umur kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat badan anak 2500 gram.
d. Persalinan lewat waktu postterm adalah persalinan pada umur kehamilan
42 minggu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Beberapa faktor risiko ibu yang berhubungan dengan kelahiran prematur 1.
Umur
Usia yang dipandang memiliki risiko saat melahirkan adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Sedangkan antara 20-35 tahun dari segi usia risiko
melahirkannya nol. Untuk yang usia di bawah 20 tahun, risiko kehamilannya karena alat-alat atau organ reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan dan
melahirkan. Alat-alat reproduksi yang belum siap itu antara lain organ luar seperti liang vagina, bibir kemaluan, muara saluran kencing dan perinium batas antara liang
vagina dan anus tidak siap untuk bekerja mendukung persalinan. Begitu pula halnya dengan organ dalam seperti rahim, saluran rahim dan indung telur. Wanita muda yang
umurnya di bawah 20 tahun terhitung masih dalam proses pertumbuhan. Memang mereka sudah mendapatkan haid menstruasi, namun sebenarnya bukan berarti organ
reproduksinya sudah matang seratus persen. Sedangkan untuk wanita dewasa berusia lebih dari 35 tahun ke atas, kondisi organ-organ reproduksinya berbanding terbalik
dengan yang di bawah 20 tahun. Pada usia itu wanita mulai mengalami proses penuaan. Dengan kondisi seperti itu maka terjadi regresi atau kemunduran dimana
alat reproduksi tidak sebagus layaknya normal, sehingga sangat berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan Emon, 2007. Selain berpengaruh
pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan, kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun juga berisiko untuk melahirkan bayi prematur
Manuaba, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2. Paritas
Jumlah paritas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu
dalam kehamilan Nurdiana, 2008. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustina tahun 2006 menyatakan bahwa paritas dengan dengan kejadian partus
prematur mempunyai hubungan yang bermakna dengan signifikansi p=0,000, dimana pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 ada kecenderungan mempunyai
risiko sebesar 4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3 Agustina, 2006.
3. Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah seumur hidup sehingga
semakin makin matang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai problem termasuk problem kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian. Pendidikan ibu
sangat erat kaitannya dengan reaksi serta pembuatan keputusan rumah tangga terhadap penyakit. Ini terlihat bahwa kematian balita yang rendah dijumpai pada
golongan wanita yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Menurut Utomo 1984 tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian
terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan perlunya pemeriksaan kehamilan Santiyasa, 2004. Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi yang
menyebabkan masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor risiko tinggi
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin dialami oleh mereka. Risiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat sehingga dapat membawa akibat
fatal. Maas, 2004. Sebagai akibat dari kurangnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dapat berdampak pada terjadinya persalinan prematur karena
tidak terdeteksinya berbagai masalah kesehatan pada ibu Husnina, 2006.
4. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan Tukiran, 2008. Pada
wanita yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan di bawah dua tahun, akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester ke tiga, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah awal, endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni kematian
saat melahirkan Dian, 2004. Selain itu wanita yang hamil dengan jarak terlalu dekat berisiko tinggi mengalami komplikasi di antaranya kelahiran prematur, bayi dengan
berat badan rendah, bahkan bayi lahir mati. Meningkatnya risiko ini tidak berkaitan dengan faktor risiko lain, seperti komplikasi pada kehamilan pertama, usia ibu waktu
melahirkan, dan status ekonomi ibu. jarak kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya. Setelah rahim
kembali ke kondisi semula, barulah merencanakan punya anak lagi Ros, 2003.
Universitas Sumatera Utara
5. Antenatal Care
Antenatal care adalah metode pendeteksian yang melibatkan pemeriksaan rutin sejak masa kehamilan dini. Sebuah tes yang dapat membantu calon orangtua
untuk mendapatkan mendiagnosa kecenderungan bayi lahir cacat atau normal. Sehingga jika ada kemungkinan ketidaknormalan pada janin calon orangtua serta
dokter yang menangani dapat segera mengambil tindakan. Pemeriksaan antenatal antenatal care memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
menyertai selama hamil secara dini. Sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinan. Diketahui bahwa janin dalam rahim
dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak empat kali yaitu pada setiap trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua kali
Manuaba, 1998. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Husnina tahun 2006 menyatakan
bahwa salah satu pencegahan terjadinya persalinan prematur bagi ibu hamil adalah menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang
baik. Diharapkan dengan pemeriksaan antenatal yang teratur maka kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan aman. Karena sebagai kontrol terhadap jalannya
kehamilan, antenatal care berfungsi untuk mendeteksi terjadinya tanda-tanda pre eklamsia dini sebagai salah satu kondisi yang salah satu komplikasinya adalah
terjadinya prematuritas Husnina, 2006.
Universitas Sumatera Utara
6. Riwayat Obstetrik
Riwayat obstetrik seorang ibu yang melahirkan akan berpengaruh pada kehamilan berikutnya dimana seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur,
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang
dari 1,5 kg, memiliki risiko sebesar 50 untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami
keguguran pada trimester pertama, memiliki risiko sebesar 35 untuk mengalami keguguran lagi. keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah
melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur Medikastore, 2008.
Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri.
Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang dan Berat Badan Lahir Rendah BBLR
Ningrum dkk, 2004.
7. Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap bayi dan ibu. Oleh karena
itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga
apabila terjadi difisiensi nutrisi seperti anemia hamil dapat mengganggu pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
janin dalam rahim. Pada kehamilan kembar umumnya sering mengalami berbagai keluhan seperti terasa sesak nafas, sering ingin kencing, edema tungkai, pembesaran
pembuluh darah varises. Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor plasenta apakah menjadi satu atau bagaimana lokasi implantasi plasentanya
yang mempengaruhi pertumbuhan pada janin. Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur
Manuaba, 1998.
8. Ketuban Pecah Dini KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan. Insidens ketuban pecah dini masih cukup tinggi; ± 10 persalinan
didahului oleh KPD. Hal ini dapat meningkatkan komplikasi kehamilan pada ibu maupun bayi, terutama infeksi Budayasa dkk, 2006.
Penyebab ketuban pecah dini antara lain ; serviks inkompeten, ketegangan rahim berlebihan yang disebabkan oleh kehamilan ganda, kelainan letak janin letak
sungsang, letak lintang, panggul yang sempit, kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Pecahnya selaput ketuban disebabkan karena selaput ketuban tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Akibatnya selaput ketuban yang berfungsi melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan mengeluarkan air ketuban
menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama periode laten maka semakin
Universitas Sumatera Utara
besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim
Manuaba, 1998.
9. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim meliputi bagian serviks yang terlibat pendataran dan pembukaan, dengan demikian
dapat menutupi seluruh atau sebagian dari osteum uteri internum, dan oleh karenanya bagian terdepan janin sering sekali terkendala memasuki bagian atas panggul.
sehingga mengganggu kehamilan proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Terdapat tiga komplikasi yang bisa terjadi dan dapat menimbulkan pendarahan yang
cukup bayak pada ibu. Pertama, oleh karena pembentukan segmen rahim secara ritmik terjadilah pelepasan tapak plasenta dari tempat insersinya lalu terjadi
pendarahan yang tidak dapat di cegah yang terjadi berulang kali sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok. Kedua, karena plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis maka jaringan trofoblas dengan invasinya dengan mudah menerobos ke dalam miometrium bahkan ke perimetrium
dan menjadi sebab dari kejadian plasenta akreta dan bahkan inkreta. Ketiga, serviks dan leher bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk
robek dengan disetai pendarahan yang bayak. Selain itu sering juga terjadi kesalahan letak anak pada plasenta previa dimana hal ini memaksa diambilnya tindakan operasi
dengan segala konsekuensinya. Komplikasi terhadap bayi baru lahir adalah prematur dan kegawatan karena hipoksia Chalik, 1998.
Universitas Sumatera Utara
10. Solutio Plasenta
Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan
Suyono dkk, 2007. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit
terhadap ibu maupun janin seperti ; berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum, terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan, gangguaan
pembekuan darah karena terjadi pembekuan intravaskuler yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang sehingga memudahkan terjadinya
perdarahan, gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder, peningkatan timbunan darah di belakang plasenta sehingga menimbulkan
rahim kaku, oligouria yang menyebabkan terjadinya sumbatan glomelurus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin semakin berkurang, infiltrasi darah ke otot rahim
sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena antonia uteri Manuaba, 1998. Selain itu, terjadinya solutio plasenta dapat menimbulkan
11. Mioma Uteri
Komplikasi pada janin berupa asfiksi, berat bayi lahir rendah, prematuritas dan infeksi Yoseph, 1996.
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya yang dominan dan bentuk
lunak jika otot rahimnya dominan. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan kebetulan saat pemeriksaan. Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa
reproduksi karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid menarche dan mengalami pengecilan setelah mati
haid menopause. Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi
sarkoma uteri. Mioma uteri ini dapat menyebabkan berbagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan sehingga kehamilan dapat menyebabkan keguguran,
persalinan prematur, gangguan proses persalinan, tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas, dan pada kala ketiga dapat terjadi gangguan pelepasan
plasenta dan perdarahan Manuaba, 1998.
12. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus penyakit gula merupakan kelainan herediter dengan ciri insufiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi,
dan berkurangnya glikogenesis. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan- perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilan, sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan Mochtar, 1998.
Sekitar 40-60 ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Karena itu disarankan agar
setelah persalinan pemeriksaan gula darah di ulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali. Komplikasi pada ibu dan bayi pada penderita diabetes akan
Universitas Sumatera Utara
meningkat karena adanya perubahan metabolik. Bila kadar gula darah ibu tidak terkendali, maka akan terjadi keadaan gula darah ibu hamil yang tinggi
hiperglikemia yang dapat menimbulkan risiko pada ibu hamil tersebut dan janin yang dikandungnya. Risiko pada janin dapat terjadi pertumbuhan janin yang
terhambat, oleh karena timbul kelainan pada pembuluh darah ibu dan perubahan metabolik selama masa kehamilan. Sebaliknya dapat pula terjadi makrosomia yaitu
bayi pada waktu lahir besar akibat penumpukkan lemak di bawah kulit. Juga pernah dilaporkan terjadinya cacat bawaan karena diabetes mellitus yang tidak diobati pada
waktu kehamilan serta juga dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologik di kemudian hari dan bahkan dapat terjadi kematian janin di dalam kandungan. Risiko
lain adalah meningkatnya kadar bilirubin bayi serta sindroma gangguan nafas dan kelainan jantung. Pada ibu hamil dengan diabetes mellitus yang tidak diobati juga
dapat menimbulkan risiko terjadinya penyulit pada kehamilan berupa preeklampsia, lahir prematur, kelainan letak pada janin, cairan ketuban yang berlebihan
hidramnion dan infeksi pada saluran kemih Sriwijaya Post, 2004.
13. Pre-eklamsi
Pre-eklamsi adalah tekanan darah 14090 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan protein uria
≥ 300 mg24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick
≥ 1 + Roeshadi, 2006. Pre -eklamsi terjadi pada 5 kehamilan dan lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama dan pada wanita yang sebelumnya
menderita tekanan darah tinggi atau penyakit pembuluh darah. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita pre-eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan yang
Universitas Sumatera Utara
timbul segera setelah lahir. Bayi yang dilahirkan juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi plasenta atau karena lahir prematur. Medikastore, 2004.
14. Penyakit Jantung
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit jantung dapat pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh
kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya hamil sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah dan terjadi perubahan dari kerja jantung. Pada
kehamilan terdapat peningkatan denyut jantung ibu untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sekitar 10 denyut setiap menit sehingga selama
hamil akan terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan. Bagi jantung yang normal, peningkatan tersebut dapat diimbangi sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan
jantung sehingga terjadi keadaan payah jantung. Akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga dapat menyebabkan
terjadinya keguguran, persalinan prematur atau berat badan lahir rendah, kematian perinatal dan pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia
atau fisik Manuaba, 1998.
Universitas Sumatera Utara
15. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki laki karena terjadi menstruasi dengan
perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 miligram. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan
makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Pengaruh anemia pada masa kehamilan terutama pada janin dapat mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh ibu sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, akibatnya dapat terjadi abortus, kematian intrauterine, persalinan prematur, berat
badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi dan intelegensi rendah Manuaba, 1998.
2.3 Beberapa Gangguan Kesehatan yang Dialami Bayi Prematur