2.4.6 Klasifikasi Keramik
Pada prinsipnya, keramik dapat dikelompokkan atas : a.
Traditional ceramics Keramik tradisional, yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan baku dari alam. Contoh bahan bakunya adalah kuarsa,
kaolin, dan sebagainya. Yang termaksud kedalam jenis ini adalah bahan pecah belah, dan keperluan rumah tangga.
b. Fine ceramic keramik halus, yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida logam atau logam. Contoh : oksida logam Al
2
O
3
, ZrO
2
, ThO
2
, BeO, MgO, dan MgAl
2
O
4
, nitrida dan barida Si
3
N
4
, SiC, B
4
C, dan TiB. Penggunaannya misalnya dalam bidang elektronika elemen panas, dielektrik
semikonduktor, bidang medis, bidang otomotif dan lain sebagainya.
2.5 Proses Pembuatan Keramik
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:
1. Pemilihan bahan baku
Tujuan pemilihan bahan baku ini adalah untuk memilih bahan baku yang dianggap baik dan cocok digunakan untuk pembuatan keramik yang diinginkan.
2. Pembutiran Tujuan dari pembutiran adalah untuk memisahkan material dengan ukuran
yang tidak sama menjadi seragam. Dalam arti pembutiran ini membuat bahan baku yang tadinya memiliki ukuran butir yang tidak sama menjadi sama besar. Ukuran butir
biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.
Universitas Sumatera Utara
3. Pencampuran bahan Pencampuran bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang
homogenseragam. Pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.
• Die pressing
4. Pembentukan Pencetakan Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat
plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada beberapa keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: die pressing, rubber mold pressing, extursion
molding, slip casting, injection molding.
bahan baku keramik dibuat menjadi bubuk, kemudian dicampur dengan suatu bahan organik yang berfungsi sebagai pengikat binder, lalu
dimasukkan kedalam cetakan die dan ditekan press untuk mendapatkan bentuk padat yang kuat.
• Rubber mold pressing
Bubuk powder dimasukkan kedalam karet kemudian dibentuk dalam ruang pencetakan hidrostatik. Bubuk ditekanpress serba sama sehingga
dihasilkan produk. •
Extursion molding Bubukpowder di ekstrusi dengan campuran plastik yang kaku dan
kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah itu dipotong-potong menjadi batangan-batangan.
• Slip casting
Suspensi diperkeras dengan pelumas cubrican kemudian dimasukkan kedalam cetakan cribs yang berpori. Air akan terserap cetakan dan segera
terbentuk lapisan lempeng yang kuat. •
Injection molding Bubukpowder dicampur dengan bahan plastik, proses pembentukkannya
sama dengan proses pembentukan plastik. Bahan plastik sangat sulit dihilangkan.
Universitas Sumatera Utara
1. Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan,
menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti
5. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang
terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi tiga 3 proses penting:
2. Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut
3. Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.
Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retakcracking terlebih pada tahap 1 Norton, 19751976.
Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang
mengakibatkan penyusutan mendadak. Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar.
6. Penimbangan massa kering Setelah keramik dikeringkan secara lambat dengan cara diangin-anginkan pada
suhu kamar, langkah selanjutnya adalah ditimbang. Kegunaan dari proses penimbangan ini adalah untuk mengetahui besar nya massa kering sampel keramik
yang selanjutnya nanti akan di bandingkan dengan besarnya massa keramik setelah dibakar.
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran
dilakukan dalam sebuah tungkufurnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sinteringmatang, atmosfer tungku dan tentu
saja mineral yang terlibat Magetti, 1982. Selama pembakaran, badan keramik 7. Pembakaran
Universitas Sumatera Utara
mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilangmuncul fase-fase mineral, dan hilang berat weight loss.
Umumnya padatan keramik sebelum dibakar terdiri dari grain-grain yang dipisahkan oleh porositas 25-60, tergantung dari bahan-bahan dan metode
pembentukkannya untuk memaksimalkan sifat-sifat seperti: kekerasan, konduktivitas thermal, dll. Proses pembakaran keramik 700
C – 1800 C, tujuannya untuk
mengumpulkan partikel-partikel menjadi massa yang koheren, menghilangkan porositas.
Proses sintering mengakibatkan : 1.
perubahan ukuran dan bentuk grain 2.
perubahan pori 3.
perubahan ukuran pori Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya luas permukaan total, berkurangnya
volume total dan mengakibatkan kekuatan. Selama proses sintering ini partikel- partikel keramik akan saling berdekatan dan bentuk pori menjadi lebih steris dan
ukurannya kecil. Penyusutan Akibat Pembakaran
Proses densifikasi pada sintering telah menyebabkan terjadinya penyusutan, besar penyusutan ini bergantung pada besarnya temperatur dan lamanya waktu pembakaran,
juga erat hubungannya dengan keadaan awal porositas. Tidak semua proses penyusutan berlangsung merata. Penyusutan yang tidak merata
dapat terjadi karena : 1.
Perbedaan ukuran butir 2.
Distribusi temperatur tidak merata 3.
Waktu sintering yang berbeda untuk setiap titik 4.
Adanya penyusutan anisotropik dan orientasi partikel
Universitas Sumatera Utara
5. Komposisi dari campuran
6. Pada proses pencetakanpembentukan sampel dengan cara dry pressing kurang
teliti
8. Pendinginanpenahanan Setelah benda keramik selesai dibakar, maka tahap selanjutnya adalah
pendinginan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghindari terjadinya degradasi partikel-partikel dari luar yang akan mengganggu keramik yang telah
dibuat. Pendinginan dilakukan secara lambat, hal ini perlu dilakukan karena pendinginan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan keramik menjadi tidak bagus.
9. Penimbangan massa setelah dibakar Setelah keramik didinginkan secara lambat. Langkah selanjutnya adalah
ditimbang. Kegunaan dari proses penimbangan ini adalah untuk mengetahui besar nya massa keramik setelah dibakar yang selanjutnya nanti akan di bandingkan dengan
besarnya massa keramik sebelum dibakar. 10. Pengujian
Setelah semua langkah-langkah dalam pembuatan keramik telah selesai dilakukan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap keramik yang
telah dibuat. Kegunaan dari pengujian ini adalah agar kita dapat melihat sifat fisis dan mekanik dari keramik yang telah dibuat.
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat
diperlukan untuk menghasilkan suatu produk keramik yang memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan