Penularan Tuberkulosis Tinjauan Puataka

Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan menjadi gram- positif atau gram-negatif. Basil tuberkulosis ditandai dengan “tahan asam”. Sifat tahan asam ini tergantung pada integritas selubung yang terbuat dari lilin, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin wax yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya M. tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai basil tahan asam BTA. Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant tertidur sampai beberapa tahun Depkes RI, 2006. Pada umumnya anak yang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis tidak menunjukkan penyakit tuberkulosis TB. Satu-satunya bukti infeksi adalah uji tuberkulin Mantoux positif. Resiko terinfeksi dengan kuman TB meningkat bila anak tersebut tinggal serumah dengan pasien TB paru basil tahan asam BTA positif. Terjadinya penyakit TB bergantung pada sistem imun untuk menekan multiplikasi kuman. Kemampuan tersebut bervariasi sesuai dengan usia, yang paling rendah adalah pada usia yang sangat muda. Ganggunan gizi dan HIV dapat menurunkan daya tahan tubuh sedangkan campak dan batuk rejan dapat mengganggu sistem imun. Dalam keadaan seperti ini penyakit TB lebih mudah terjadi. Tuberkulosis seringkali menjadi berat apabila lokasinya di paru, selaput otak, ginjal atau tulang belakang. Bentuk penyakitnya ringan bila lokasinya di kelenjar limfe leher, tulang kecuali tulang belakang, sendi, abdomen, telinga, mata dan kulit Depkes RI, 2009.

2. Penularan Tuberkulosis

Sumber penularan tuberkulosis pada anak adalah orang dewasa terutama anggota keluarga dengan dahak BTA positif. Jumlah kasus TB anak diperkirakan 10-20 dari seluruh kasus TB. Jumlah kasus TB anak dipengaruhi jumlah sumber penularan, kedekatan anak dengan sumber penularan dan umur anak ketika tertular TB. Hasil pemeriksaan BTA pada anak jarang positif sehingga secara umum anak bukan merupakan sumber penularan. Meningkatnya jumlah kasus TB anak merupakan gambaran kegagalan program pengendalian TB dewasa. Prioritas utama pengendalian TB adalah memberikan pengobatan yang adekuat pada kasus yang infeksius dewasa dan TB anak karena dapat mengurangi angka reaktivasi dan reinfeksi di kemudian hari KemKes RI, 2012. a. Cara Penularan 1 Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis BTA positif. 2 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak droplet nuclei. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. 3 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. 4 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. 5 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. KemKes RI, 2011 b. Risiko penularan 1 Risiko tertular tergantung dari tingkat pejanan dengan percikan dahak. 2 Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. 3 Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection ARTI yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. Annual Risk of Tuberculosis Infection ARTI sebesar 1, berarti 10 sepuluh orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. 4 Menurut WHO Annual Risk of Tuberculosis Infection ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. KemKes RI, 2011

3. Klasifikasi Tuberkulosis

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PENDERITA HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009.

0 1 17

EVALUASI PENGGUNAAN ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009.

0 1 22

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE 2008.

0 1 17

PENDAHULUAN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010.

0 0 14

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSIS DIARE DI INSTALASI RAWAT Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Terdiagnosis Diare Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode 2010.

0 4 11

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Pasien Diare Akut Pada Anak Di Instalansi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta Surakarta Tahun 2010.

0 3 18

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Dan Kepatuhan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di RSUD Dr. Moewardi.

0 3 12

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Dan Kepatuhan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di RSUD Dr. Moewardi.

1 4 18

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Dan Kepatuhan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di RSUD Dr. Moewardi.

0 1 15

Hubungan merokok dengan angka kejadian tuberkulosis paru di RSUD DR. Moewardi Surakarta

0 2 73