BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis atau lebih sering disebut TB, merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan menular granulomatosa kronik yang paling sering
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis MTB Icksan dan Luhur, 2008. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan tahun 2012 terdapat
74.000 anak meninggal setiap tahun dan kasus tuberkulosis anak mencapai sekitar setengah juta kasus baru setiap tahun. Di negara berkembang jumlah anak-anak
berusia di bawah 15 tahun yang terinfeksi TB adalah 40-50 dari total populasi. Jumlah penderita TB di Indonesia masih terbilang tinggi, karena saat ini
Indonesia menempati peringkat keempat setelah China, India, dan Afrika Selatan. Sampai saat ini TB tetap menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia
WHO, 2013. Tuberkulosis TB merupakan salah satu indikator keberhasilan Millenium
Development Goals MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun
2015. Berdasarkan baseline data tahun 1990 dan pencapaian di tahun 2010, Indonesia telah berhasil menurunkan insiden 45, prevalensi 35, dan angka
kematian sebanyak 71. Walaupun jumlahnya sudah berhasil ditekan, namun jumlah pasien TB dan kematiannya masih juga cukup banyak Aditama, 2012.
Obat-obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti tuberkulosis OAT yang merupakan antibiotik. Penanggulangan yang tidak tepat
menyebabkan masalah kekebalan antimikrobial, meningkatkan biaya pengobatan dan efek samping antibiotika. Dibandingkan dengan dewasa ketidaktepatan
pengobatan pada pasien anak berkaitan dengan perbedaan farmakokinetika, dosis, rute pemberian dan kepatuhan yang semuanya harus dipertimbangkan dalam
pengobatan Aslam et al, 2003.
1
Penanggulangan TB terutama di negara berkembang masih belum memuaskan, karena angka kesembuhan hanya mencapai 30 saja, mengingat
banyaknya permasalahan yang muncul terkait dengan kasus TB yang ada yaitu, tingginya angka putus berobat drop out, angka keberhasilan pengobatan yang
rendah, peningkatan kasus HIV di rumah sakit, munculnya resistensi Multi Drug Resistant MDR TB akibat kurangnya pengawasan terhadap program pelayanan
TB, persediaan OAT yang tidak memadai, kualitas obat yang tidak memenuhi standar, dan penatalaksanaan pengobatan yang tidak adekuat Depkes, 2010.
Ketepatan pengobatan tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis, serta waspada efek samping merupakan faktor penting yang berperan
dalam mencapai keberhasilan terapi dan menghambat atau menurunkan laju peningkatan penyakit tuberkulosis. Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50
dari penderita tuberkulosis akan meninggal, 25 akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 akan menjadi kasus kronik yang tetap menular
Wibisono et al., 2010. Ketidaktepatan penggunaan antibiotik dapat mengakibatkan meningkatnya
jenis-jenis kuman yang resisten dan tidak tercapainya tujuan terapi, karena itulah dilakukan penelitian terhadap evaluasi penggunaan antibiotik OAT seperti tepat
indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis dosis yang diberikan, frekuensi minum obat, dan lamanya waktu pengobatan menggunakan Pedoman Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami pada tahun
2010 pengobatan TB anak di Balai Besar Pengobatan Paru Masyarakat Surakarta sudah mengikuti aturan pada Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
2008. Diperoleh hasil penggunaan antibiotik obat anti tuberkulosis OAT ketepatan obat sebanyak 100, ketepatan dosis rifampisin 80,81, isoniazid
85,86 dan pirazinamid 86,87 dan ketepatan lama pengobatan 6-12 bulan sebanyak 87,63 Utami, 2010.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kerasionalan pengobatan tuberkulosis anak di RSUD Dr. Moewardi apakah sudah mengikuti pedoman
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam buku saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit tahun 2008 yang merupakan edisi bahasa Indonesia dari Pocket Book of Hospital Care for Children dari WHO tahun 2005.
Menurut KemKes RI tahun 2013 rumah sakit pemerintah masih under-diagnosis dalam menangani pasien tuberkulosis anak. Sehingga dipilihnya RSUD Dr.
Moewardi karena rumah sakit rujukan nasional, milik pemerintah yang memiliki fungsi dan fasilitas untuk pendidikan dan penelitian.
B. Rumusan Masalah