Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tren atau budaya populer selalu berubah-ubah mengikuti pergantian zaman yang terjadi di dalam suatu lingkungan. Budaya populer merupakan suatu budaya yang banyak diminati oleh masyarakat William, 1983. Selama sepuluh tahun terakhir, budaya Korea menjadi budaya populer yang banyak diminati oleh masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Fenomena ini dikenal dengan istilah Demam Korea atau Hallyu atau Korean Wave. Hallyu 한류 diartikan sebagai gelombang pasang budaya populer Korea yang melanda negara-negara di luar negara Korea Hallyu, 2011. Jung Sun 2011 menjelaskan, masyarakat yang mengakses produk- produk budaya populer, seperti musik, film, televisi, dan konten audio-visual lainnya melalui media sosial populer. Pendapat ini diperkuat oleh Yong Jin 2012 yang menyebutkan bahwa penyebaran Hallyu ke seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital dan juga sosial media, seperti Youtube, Social Network Sites SNSs, dan oleh teknologi ponsel pintar atau smartphone yang memudahkan orang-orang untuk mengakses berita-berita mengenai perkembangan terkini. Demam Korea atau Hallyu menawarkan bentuk hiburan berupa film, drama, variety show Korea, dan musik Korean Pop K-Pop. Hallyu juga secara perlahan membawa masuk makanan, fashion, game komputer, dan pada akhirnya negara Korea sendiri Eun Mee dan Jiwon, 2007. Hebatnya Demam Korea Hallyu ini bahkan mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat dunia, khususnya para remaja dan dewasa muda. Bentuk manifestasi dari kegiatan konsumsi budaya Korea ini dapat dilihat dari makanan food, gaya berpakaian fashion, dan bentuk hiburan fun. 2 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Salah satu bagian dari Hallyu atau Demam Korea yang banyak digandrungi remaja di seluruh dunia adalah K-Pop. K-Pop merupakan salah satu aliran musik yang berasal dari negeri gingseng, Korea Selatan. Aliran musik ini sebenarnya sudah lama ada dan hanya dikenal sebatas di negeri asalnya. Namun kini kepopuleran K-Pop baru dapat dirasakan secara global mulai dari awal tahun 2000-an ketika beberapa artis K-Pop seperti Rain, BoA, dan Big Bang sukses di Korea dan luar negeri K-Pop, 2012. Kesuksesan para artis tersebut membuka jalan bagi artis-artis Korea lain dalam mempopulerkan Korean Pop K-Pop kepada dunia internasional. Mengapa hal-hal mengenai K-Pop begitu digemari oleh kalangan muda? Alasannya karena wajah para artis K-Pop yang menarik, dandanan yang menyenangkan untuk dilihat, serta fashion yang unik. Di samping itu, musik K-Pop juga mudah didengarkan easy listening dan sesuai dengan selera pasar, sehingga mudah diterima oleh anak muda pada umumnya. Alasan- alasan inilah yang menyebabkan jumlah penggemar K-Pop banyak. Namun belum ada data statistik resmi yang menunjukkan jumlah penggemar Korea di Indonesia. Jumlah penggemar K-Pop dapat tergambar dari jumlah pengikut akun twitter KpopIndo sebanyak 18.098 orang di Indonesia Twitter, 1 Oktober 2013. Lalu dari jumlah penonton konser boyband Korea paling fenomenal di Indonesia, Super Junior pada 26 April 2012 di Jakarta, yaitu kurang lebih sebanyak 28 ribu orang Admin, 2012 dan jumlah penonton konser Super Junior meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai lebih dari 1 juta penonton di seluruh dunia, termasuk Indonesia Yusron, 2013. Kepopuleran K-Pop terbukti dari seringnya musik-musik K-Pop diputar di café-café, TV swasta, atau di tempat-tempat berkumpulnya para anak muda di Indonesia. Bukan hanya itu, dunia fashion anak muda pun kini telah berubah mengikuti tren ala Korea, mulai dari pakaian, aksesoris, make up, sampai model rambut pun mengikuti gaya artis-artis Korea. Model pakaian 3 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ala Korea yang kini sering dikenakan anak muda dan para penggemar Korea seperti babydoll, bolero, baju berbahan rajut, dan baju yang penuh dengan renda Winarso, 2011. Di bawah ini beberapa gambar yang menunjukkan bagaimana remaja Indonesia mengikuti penampilan ala Korea: Gambar 1.1 Gaya Pakaian dan Rambut Anak Muda Indonesia ala Korea Dunia kuliner kini juga turut mempopulerkan budaya Korea. Makanan Korea banyak dijual secara bebas di supermarket atau swalayan. Restoran- restoran Korea kini juga mulai menjamur di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Banyak para Korean Addict mengaku bahwa alasan mereka mulai menggemari makanan Korea karena tergiur melihat makanan yang dimakan oleh artis idola mereka di drama atau di variety show Korea. Awalnya mereka hanya iseng, dan akhirnya tidak sedikit dari mereka yang benar-benar jatuh cinta pada kuliner Korea. Berkat ketenaran Korean Pop K-Pop di Indonesia, banyak turis dari Indonesia yang mengunjungi Pulau Jeju, Korea Selatan. Tentu saja, tujuan utama mereka mengunjungi Pulau Jeju, Korea Selatan adalah K-Pop. Hal ini diakui oleh Assistant Manager Southeast Asia Promotion Jeju Tourism Organization, James Shin. Menurutnya, K-Pop memang menjadi magnet tersendiri untuk turis Indonesia. James menyatakan, saat ini sekitar 20 ribu turis asal Indonesia yang datang ke Jeju setiap tahunnya dan kebanyakan turis Indonesia yang datang kebanyakan anak muda Yunita, 2013. Kepopuleran budaya Korea juga membawa warna baru dalam bahasa pergaulan remaja masa kini. Banyak remaja-remaja yang menggemari Korea 4 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu senang mengucapkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Korea ketika berbicara dengan sesama teman sebaya maupun kepada sesama penggemar Korea. Ungkapan-ungkapan bahasa Korea yang sering diucapkan oleh para penggemar Korea seperti, “Aigoo” Aduh, “Arasseoyo” Saya mengerti, “Annyeong” Halo atau Selamat tinggal, “Daebak” Luar biasa, “Saengil chukhahae” Selamat ulang tahun, dan banyak istilah-istilah umum lainnya Winarso, 2010. Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dimana perkembangan teknologi dan informasi jauh lebih pesat dibandingkan daerah- daerah lain yang ada di Indonesia. Banyaknya toko-toko yang menjual merchandise, pernak-pernik, pakaian, aksesoris, DVD drama Korea, dan DVD K-Pop yang telah lama berdiri di Kota Bandung. Di samping itu, Kota Bandung telah memiliki komunitas perkumpulan bagi orang-orang yang mengapresiasi budaya Korea yang berdiri terhitung sejak tanggal 10 September 2006 Hansamo, 2013. Komunitas ini diberi nama Bandung Korea Community 반둥 한사모. Bandung Korean Community atau yang bisa disingkat BKC, bahkan telah mendapat perhatian dan respon positif dari Kedutaan Besar Korea Selatan Husna, 2011. Kegiatan yang ada di dalam komunitas BKC antara lain adalah belajar bahasa Korea, mengenal kebudayaan dan sejarah Korea, menonton MV Music Video terbaru, dan berbagi info musik, film dan drama Korea terbaru. Tren budaya Korea benar-benar telah merubah gaya hidup dan jadwal kegiatan anak dan remaja sehari-hari Toni, 2013. Secara lebih lengkap fakta-fakta berikut gambaran perilaku remaja yang terkena Demam Korea atau Hallyu Anonim, 2012 : 1. Suka berteriak-teriak sendiri ketika melihat foto terbaru artis idola. 2. Tangan dan kakinya otomatis ikut bergoyang saat mendengar lagu-lagu K-Pop. 3. Ingin tahu mengenai gosip-gosip terbaru K-Pop. 5 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Menjadikan lagu favorit K-Pop sebagai nada sambung pribadi. 5. Tahu ungkapan-ungkapan dalam Bahasa Korea. 6. Mengoleksi segala hal tentang atribut Korea melalui toko online atau pergi ke Korea. 7. Tidak bisa tidur sebelum melihat poster artis Korea yang dipajang di dinding kamar. 8. Mendengarkan lagu K-Pop sebelum tidur. 9. Menjadikan foto idola di desktop background komputer atau laptop. 10. Rela berjam-jam menghafalkan lirik lagu terbaru K-Pop. 11. Rela merogoh kantong untuk biaya mengunduh hal-hal mengenai Korea. 12. Bad mood ketika mendengar artis idola kesayangannya mengalami masalah. 13. Membeli semua majalah yang memuat artikel artis idola. 14. Menangis saat melihat artis idola berciuman dengan orang lain. 15. Selalu mengkhayal suatu saat dapat pergi ke Korea. 16. Menulis tulisan-tulisan yang tidak ada maknanya di tangan, meja, buku, atau di tempat-tempat lainnya. 17. Selalu membeli barang yang berhubungan dengan Korea. 18. Mendukung acara yang mengenalkan Korea kepada masyarakat. 19. Mengikuti acara gathering atau perkumpulan pecinta Korea. 20. Berjanji akan selalu mencintai artis atau group K-Pop kesayangan. Berdasarkan fakta-fakta di atas, ternyata demam budaya Korea ini juga membawa banyak dampak negatif. Kesenangan terhadap budaya Korea yang terlalu berlebihan hingga sampai pada tahapan addict dapat menimbulkan ketergantungan dan sulit untuk melepaskan diri pada hal-hal yang berkaitan dengan Korea, sehingga dapat mengganggu aspek-aspek kehidupan. Salah satu dampaknya, yaitu ketika ketergantungan terhadap Korea ini membuat 6 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kegiatan konsumsi terhadap hal-hal yang bekaitan dengan Korea meningkat, sehingga muncul kecenderungan untuk bergaya hidup konsumtif. Remaja Korean Addict cenderung senang mengkonsumsi barang-barang atau hal-hal yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan demi memenuhi hasrat mereka terhadap hal-hal tentang Korea. Apalagi kalau sudah fanatik pada seorang atau sekelompok artis tertentu, mereka rela menghabiskan uang dan waktu yang mereka miliki untuk membeli barang- barang yang berhubungan dengan artis idola mereka, seperti poster, baju kaos atau T-Shirt, bantal, gelas atau mug bergambar artis idola mereka, CD atau DVD artis idola mereka, dan masih banyak lagi. Waktu mereka miliki juga lebih banyak dihabiskan untuk mendengarkan musik K-Pop atau menonton drama-drama Korea dibandingkan dengan mengisi waktu mereka dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan perilaku-perilaku ini juga ditemui pada kedua remaja putri yang menjadi subjek dalam penelitian ini, yaitu TI dan SF. Banyaknya artis-artis Korea yang datang mengadakan acara jumpa fans atau konser di Indonesia juga turut ambil bagian dalam mengubah gaya hidup para remaja penggemar Korea yang ada di Indonesia. Mereka rela mengeluarkan biaya yang besar agar dapat menyaksikan konser artis idola mereka. Animo para remaja yang begitu besar terhadap kedatangan artis Korea membuat penjualan tiket konser boybands dan girlbands Korea yang tampil di Indonesia selalu habis terjual, bahkan jumlah tiket yang tersedia tidak memenuhi kuota yang telah disediakan. Sebagai contoh, saat Super Junior mengadakan konser pada tahun 2012, tiket konser Super Junior yang disediakan tidak memenuhi kuota peminat yang hadir antri pada hari itu. Banyak penggemar yang sudah ikut antri tetapi tidak dapat membeli tiket, karena tiket yang disediakan sudah habis terjual Yusron, 2012. Contoh lainnya, yaitu saat girlband asal Korea Selatan, Girls’ Generation atau SNSD mengadakan konser di Jakarta pada tanggal 14 September 2013. Tiket yang 7 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dijual melalui situs online tiket.com dan rajakarcis.com yang dibuka pada pukul 17.00 WIB, dalam jangka waktu kurang dari lima menit seluruh karcis sold out atau habis terjual Yusron, 2012. Harga tiket konser artis Korea yang mengadakan konser di Indonesia berkisar antara Rp.500.000,00 sampai dengan Rp.2.000.000,00 Mufiyda, 2012. Harga tiket konser ini rata-rata relatif sama untuk artis-artis Korea lainnya yang mengadakan konser di Indonesia, seperti Sistar, Big Bang, Shinee, MBLAQ, 2PM, Beast, Wonder Girls, Teen Top, dan masih banyak artis lainnya. Sebenarnya sudah banyak penelitian relevan yang telah dilakukan mengenai gaya hidup konsumtif. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner 2009 yang menyatakan bahwa remaja berpendidikan SMA dan perguruan tinggi senang menghabiskan waktu mereka untuk menonton film, hang-out di café, jalan-jalan, berolahraga, pergi bermain ke rumah teman, dan berbelanja. Mereka rata-rata berasal dari keluarga kelas menengah yang menghabiskan uang untuk rekreasi, berbelanja, dan biaya pendidikan. Biaya yang dikeluarkan untuk berbelanja berkisar antara Rp.500.000,00 sampai dengan Rp.1.000.000,00. Tema penelitian yang sama juga dilakukan oleh Achmad Syaiful Ramadhan 2012. Hasil penelitian ini membuktikan, bahwa lebih dari separuh responden yang didominasi oleh wanita memiliki gaya hidup konsumtif. Penyebabnya adalah karena banyak dari responden mudah terbujuk oleh model-model iklan yang sering muncul, sehingga responden tertarik untuk membelinya dan akhirnya berakibat pada munculnya gaya hidup konsumtif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup konsumtif didominasi oleh perempuan pada kalangan muda dan faktor yang mempengaruhi dan menimbulkan gaya hidup konsumtif relatif bervariasi. Gaya hidup konsumtif harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai Imawati, 2013. Akan tetapi, pada beberapa kasus ditemui dimana 8 Citra Octricia,2013 Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict Di Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu para Korean Addict yang belum memiliki penghasilan sendiri “memaksa”, merengek-rengek kepada orang tua agar dibelikan tiket konser. Sebut saja Kinan, seorang remaja berusia 15 tahun yang berasal dari keluarga yang sederhana dan ia sangat menggemari Super Junior. Ketika Super Junior konser di Jakarta, Kikan bersikeras kepada sang ayah, Jono 39 tahun yang bekerja sebagai seorang pegawai swasta untuk membelikannya tiket konser. Padahal sang ayah telah berusaha memberikan pengertian kepada Kikan, tapi Kikan tetap merengek pada ayahnya dan ia tidak mau keluar dari kamarnya apabila tidak dibelikan tiket konser Super Junior. Pada akhirnya, sang ayah menyerah. Beliau terpaksa mencari pinjaman uang dan membelikan Kikan tiker konser Super Junior seharga Rp.1.000.000,00 Zulaeha, 2012. Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fenomena Hallyu atau Korean Wave yang sedang tren di seluruh dunia saat ini ternyata juga mampu membuat remaja yang ada di dunia tergila-gila, hingga pada akhirnya addicted terhadap hal-hal yang berhubungan dengan Korea. Ketika seseorang telah ketagihan atau addicted terhadap hal mengenai Korea, maka ia akan melakukan apapun untuk memenuhi hasratnya dengan cara mengkonsumsi produk-produk yang berkaitan dengan kegemarannya secara maksimal tanpa mempertimbangkan apakah produk barang maupun jasa yang dikonsumsi tersebut penting atau tidak, sehingga pada akhirnya terperangkap dalam gaya hidup konsumtif. Alasan ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam gaya hidup konsumtif remaja Korean Addict.

B. Fokus Penelitian