Makna simbolik konsep makna simbolik berdasarkan religi shintoisme

27 Biasanya matsuri-matsuri yang di sebutkan di atas diselenggrakan di desa oleh anggota ie sistem kekerabatan dalam masayarakat Jepang yang bentuknya mengambil keluarga besar yang anggotanya terdiri dari mereka yang masih mempunyai hubungan darah. Namun, akhir-akhir ini dengan bentuk keluarga kecil dan mereka akan tinggal terpencar, pelaksanaan matsuri dengan makna pertama ini mulai jarang ditemukan dalam keluarga-keluarga Jepang, khususnya masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Makna ke dua dari penyelenggaraan matsuri dewasa ini adalah sebagai hiburan. Jenis matsuri ini berkembang di kota-kota besar maupun desa dan diselenggarakan oleh orang Jepang yang tinggal di kota dan diselenggarakan oleh kelompok-kelompok tertentu yang tinggal dekat kuil. Namun, Kunio Yanagita menjelaskan bahwa matsuri yang bermakna hiburan ini tetap memiliki unsur ritual karena dalam penyelenggarannya masih menegakkan umbul-umbul sebagai pengganti sao yang mempunyai makna sebagai tangga tempat turun naiknya dewa pada saat matsuri berlangsung.

2.5.2 Makna simbolik

Kata simbol berasal dari Yunani, yaitu Symbolon yang berarti tanda pengenal, semboyan atau lencana. Bentuk simbol tidak hanya berupa benda kasat mata, namun juga berupa suatu peristiwa, ucapan dan tindakan seseorang. Gambar dan patung, dekorasi dan arsitektur, tempat beribadat, pembacaan ayat-ayat kitab suci dan doa, gerakan menyembah dan sikap mediasi, yang semuanya merupakan ungkapan keberagaman yang memakai simbol-simbol. Fungsi simbol adalah 28 untuk menuntun seseorang untuk memahami sesuatu yang tidak terjangkau oleh indera. Menurut pendapat Folley 1997:26 mengatakan “A symbol is a sign in which the relationship between its form and meaning is stricly conventional, neither due to physical similarity or contextual constraints.” Terjemahan : Simbol adalah tanda dimana hubungan di antara bentuk dan artinya benar-benar sesuai dengan adat kebiasaan, bukan karena persamaan bentuk ataupun keterbatasan kontekstual. Suatu objek dianggap sebagai simbol yang memiliki makna dalam suatu kelompok masyarakat, tetapi oleh kelompok masyarakat lainnya bisa saja objek yang sama tidak memiliki makna sama sekali. Begitu pula dengan Shinto, banyak benda yang dapat dinyatakan dengan Shinto. Tetapi simbol shinto yang paling dikenal adalah Torii. 29 BAB III ANALISIS MAKNA SIMBOLIK TORII PINTU GERBANG PADA KUIL SHINTO ITSUKUSHIMA Gagasan pokok tentang manusia sebagai pencipta simbol-simbol atau fakta-fakta religius, baik tentang eksistensinya maupun pandangan manusia itu tentang dunia atau alam semesta ini. Pada dasarnya manusia adalah “homo religius” manusia agamis, yang menganggap bahwa hidupnya berada di dalam suatu alam yang sakral, penuh nilai-nilai religius yang ada dan tampak pada suatu alam yang sakral,alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang dan manusia. pengalaman dan penghayatan akan sakralitas inilah yang mempengaruhi dan menetukan corak serta cara hidup selanjutnya. Yang paling penting adalah mengenai gagasan, yang lewat pengalaman empiris tidak dapat diwujudkan. Hal tersebut adalah masalah yang tidak dapat diterima secara objektif. Secara empiris tidak dapat dibuktikan, bahwa roh itu ada, bahwa surga itu ada atau neraka itu ada. Aspek religi dalam pelaksanaan upacara di kalangan masyarakat Jepang menunjukkan unsur yang paling dominan dalam mewarnai jalannya upacara. Aktifitas religi ini memperlihatkan manusia dan dalam rasa saling meresapi dan oleh karena itu, kekuatan manusia dan Ilahi kekuatan gaib juga saling menyatu. Kekuatan gaib memberikan arah kepada kelakuan manusia dan semacam pedoman untuk kebijakan manusia. Dengan demikian dampak yang timbul dari 30 aspek religi menunjukkan bahwa manusia sadar akan adanya kekuatan-kekuatan di luar dirinya, dengan kata lain kekuatan-kekuatan gaib itu tampak sebagai suatu kekuatan yang memberikan pengetahuan tentang dunia yaitu kekuatan-kekuatan alam. Sistem kepercayaan, unsur sistem upacara dan kelompok-kelompok religius yang menganut sistem kepercayaan dan menjalankan upacara-upacara religius jelas merupakan ciptaan dari hasil akal manusia. Religi sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi cahaya tuhan yang menjiwai dan membuatnya keramat tentunya bukan bagian dari kebudayaan. Kegiatan upacara merupakan salah satu sarana sosialisasi bagi masyarakat atau dapat juga diartikan sebagai tingkah laku resmi yang berlaku untuk peristiwa yang tidak ditujukan pada kegiatan sehari-hari akan tetapi mempunyai kaitan dengan kepercayaan akan kekuatan diluar kemampuan manusia. Banyak kegiatan ritual yang mempunyai makna simbolis. Sebagai contoh, menadahkan tangan pada waktu berdoa ini berarti mereka meminta kepada Tuhan, agar doa mereka dikabulakan sehingga diberikan kebahagiaan serta kesejahteraan bagi mereka dan nenek moyang yang telah meninggal. Rumbai diperuntukkan sebagai hiasan altar karena padi menurut kepercayaan setempat berasal dari penjelmaan wanita, bagi masyarakat yang mengikuti upacara harus berpakaian yang bersih, sederhana dan pantas, sebab pada waktu berdoa harus dalam keadaan bersih. Oleh karena itu bagi perempuan bila datang ke kuil harus dalam keadaan suci. 31 Upacara ritual yang memiliki makna simbolis, pertama kalinya untuk pertanian yang dilakukan dengan persembahan dan doa kepada dewa agar mereka diberi hasil panen yang melimpah. Kegiatan ini diiringi oleh tarian persembahan dan doa yang dilakukan disebuah tempat yang keramat. Sebagai ungkapan rasa syukur akan anugerah yang diberikan-Nya dan mencari perhatian para dewa tersebut. Tujuan pelaksaan upacara ritual Shinto adalah pertama, untuk menghormati segala jenis dan bentuk kekuatan gaib di bumi, di matahari, di langit maupun dunia gaib lainnya. Kedua, untuk menghormati dan memohon kepada roh-roh leluhur atau dewa-dewa yang mendiami alam semesta yang masih dipercaya memberikan kesuburan tanah, melindungi tanaman dari hama, serta menjauhkan berbagai penyakit maupun mara bahaya bagi masyarakat dan dengan demikian hasil panen pun dapat berlimpah. Sebagian mereka masih percaya adanya leluhur mereka, yang mereka sebut dengan Kami, yang mereka hormati melalui upacara dan festival yang dilakukan dengan berbagai macam kesenia tradisional yang ditunjukkan bersama dengan upacara ritual. Selain itu, mereka juga percaya adanya dewa penggangu yang selalu menggangu kehidupan manusia. kepercayaan yang demikian masih dianut oleh massyarakat. Oleh karena itu diadakan upacara untuk menghormati makhluk halus agar jangan menggangu masyarakat. Ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa segala benda atau makhluk di muka bumi ini diganggu oleh roh jahat. 32

3.1 Unsur-unsur pendukung torii kuil itsukushima

3.1.1 Bahan material Pieken 1995:146 mengemukakan bahwa torii tertua terdapat di Ise. Pada

zaman tersebut, torii terbuat dari hiroki atau pohon lainnya. Sejak zaman Nara, torii mulai dibuat dari batu dan dicat merah. Torii yang dibuat dari perunggu, besi dan bahkan porselen digunakan pada pemerintahan Tokugawa 1603-1867, walaupun terbukti tidak tahan lama. Oleh karena itu, agar dapat bertahan lama, di zaman sekarang torii terbuat dari batu, besi baja, baja tahan karat, hingga besi beton. Dan juga dengan teknologi konstruksi moderen berdasarkan standart antigempa dan kebakaran. Kuil Tōso yang terdapat di kota Arita Prefektur Saga yang terkenal dengan industri barang pecah-belah, mempunyai torii yang dibuat dari keramik. Kuil Hikō di kota Yawata Prefektur Kyoto yang memuja dewa yang melindungi pesawat terbang dari kecelakaan memiliki torii yang terbuat dari bahan logam ringan Duralumin.

3.1.2 Tempat

Air memenuhi seluruh alam semesta dan bangunaan makhluk hidup seluruhnya, khususnya manusia. Air yang memenuhi seluruh lingkungan negeri Jepang berhulu di gunung dan bermuara di laut. Gunung ditumbuhi hutan yang merupakan penampung air dalam gunung. Ritual pembersihan Jepang dengan air,