24
terdiri atas empat konsep dalam pelestarian ajaran Shinto yaitu: tradisi dan keluarga, pelestarian alam, kebersihan jasmani dan matsuri.
2.5.1.1 Tradisi dan keluarga
Keluarga merupakan alat yang utama yang melakukan tradisi. Kegiatan utama mereka berhubungan dengan kelahiran dan pernikahan. Istilah keluarga
dalam bahasa jepang dikenal dengan kazoku. Menurut Morioko Kyomi dalam Adriana Hasibuan, 1998:7 keluarga adalah kelompok yang membentuk hubungan
saudara dekat, seperti hubungan kakak beradik, orang tua dan anak, serta suami istri sebagai dasar pembentukan dan didukung oleh rasa kesatuan dan bertujuan
untuk mencapai kesejahteraan.
2.5.1.2 Pelestarian Alam
Shinto adalah Pemuja Alam. Hal ini bisa dilihat dari tradisi Shinto yang memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada alam. Pohon besar
misalnya tidak boleh sembarangan ditebang karena percaya ada Kami yang berdiam di dalamnya. Kebanyakan penduduk jaman dulu akan taat dan tidak
merusak tempat alam atau bahkan terkadang jalan tanpa melewati hutan, gunung bahkan pulau tertentu karena dipercaya adanya Kami yang bersemayam di tempat
tersebut. Salah satu contoh kecil dari penghormatan yang tinggi kepada tumbuhan adalah pada saat makan, yaitu hormat terhadap makanan khususnya beras.
Sehingga hal inilah yang menyebabkan kebanyakan orang Jepang yang anti untuk menyisakan nasi bahkan dimakan sampai butir terakhir karena dianggap tidak
menghormati roh yang hidup di dalamnya. Dengan konsep kepercayaan yang
25
sangat sederhana seperti ini bisa dibilang mereka cukup termasuk sukses menjaga kelestarian alamnya. Kuil Shinto juga umumnya selalu dipenuhi dengan sejumlah
pohon besar yang sudah berumur ratusan tahun. Bukan pemandangan yang aneh di negara Jepang jika melihat sebuah pohon besar yang tumbuh gagah tepat di
tengah jalan, tanpa ada yang berani atau berniat menggusurnya.
2.5.1.3 Kebersihan Jasmani
Kebersihan tubuh dan pikiran sangat penting terutama jika ingin melakukan aktifitas keagamaan, karena para kami sangat membenci ketidaksucian
lebih dari apapun. Ketidaksucian atau pencemaran dalam shinto diartikan sebagai kagare, misalnya kematian, darah, penyakit, bencana atau kesialan. Untuk
menghilangkan kagare dilakukan harae dan misogi. Misogi dilakukan di tempat- tempat yang dianggap suci bagi dewa air seperti pantai, danau, dan sungai.
2.5.1.4 Matsuri