Dalam melakukan uji Chi-kuadrat pada penelitian ini, digunakan taraf kepercayaan sebesar 95 persen atau dengan kata lain peluang kesalahan untuk
menolak Ho daerah kritisalpha hanya sebesar 5 persen.
3.2. Karakteristik Kejahatan Berulang
Jenis kejahatan yang dilakukan. oleh pelaku tindak kejahatan berulang di Sumatera Barat umumnya adalah kejahatan yang berkaitan dengan harta benda
seperti pencurian, perampokan, pemerasan, penipuan dan penggelapan. Dari seluruh jenis kejahatan tersebut pencurian menempati urutan terbanyak
sebagaimana ditunjukkan basil penelitian dimana hampir 40 persen kejahatan yang dilakukan pelaku kejahatan berulang 2 kali adalah pencurian, bahkan untuk yang
berulang lebih dari 2 kali persentase Nya mencapai hampir 55 persen. Kemudian jenis kejahatan harta benda lainnya hanya berkisar I hingga 6
persen untuk yang berulang 2 kali dan 3 sampai 12 persen untuk yang berulang lebih dari 2 kali. Sedangkan jenis kejahatan-kejahatan lain yang tidak berhubungan
dengan harta benda jumlahnya hanya 22 persen untuk berulang lebih dari 2 kali dan 43 persen untuk berulang 2 kali.
Tabel 5.8 : Jumlah dan persentase nara pidana berulang menurut jenis kejahatan dan frekuensi berulang
Jenis kejahatan Frekuensi berulang
Ketika melakukan
2 kali Jumlah
Lebih dari 2 kali
kejahatan pertama
n n
n n
Pencurian Perampokan
Pemerasan Penipuan
Penggelapan Lainnya
Jumlah 21
2 3
3 1
23 39.6
38 5.7
57 1.9
43,4 17
4 1
2 7
54.8 129
32 65
00 226
38 6
4 5
1
30 452
7.1 48
60 1.2
35.7 19
4 1
3 1
56 224
5.2 1.5
3,1 1.2
66,6 53 100,0
31 100,0 84 100,0
84 100,0
Cukup besarnya jenis kejahatan yang menyangkut harta benda khususnya pencurian, patut menjadi alasan untuk menduga bahwa pelaku kejahatan. berulang
menjalankan aksi kejahatan Nya sebagai sumber penghidupan nya atau paling tidak untuk menambah penghasilannya. Hal ini diperkuat data yang menunjukkan bahwa
77,4 persen pelaku kejahatan berulang lebih dari 2 kali mengaku melakukan tindak kejahatan karena alasan ekonomi. Bahkan untuk jenis kejahatan pencurian,
perampokan dan pemerasan, seluruh napi yang diteliti mengaku karena alasan ekonomi.
Hubungan antara jenis kejahatan. yang dilakukan. oleh para pelaku dengan alasan yang mendasari perlakuan tindak kejahatan semakin memperkuat dugaan
pada uraian sebelumnya. Dari Tabel 5.9 di bawah dapat dilihat bahwa pelaku tindak kejahatan yang berulang sampai dua kali untuk jenis kejahatan pencurian terbesar
disebabkan oleh dorongan faktor ekonomi, yakni mencapai 52,4 persen. Kemudian, tindak kejahatan yang dipengaruhi lingkungan tempat tinggal atau pergaulan
tercatat sebesar 42,9 persen. Tabel 5.9 :
Jumlah dan persentase nara pidana berulang menurut jenis kejahatan dan
alasan melakukan kejahatan Jenis kejahatan
Alasan melakukan kejahatan Jumlah
Dendammoral Ekonomi
Lingkungan pergaulan
n n
n n
Berulang 2 kali Pencurian
1 4,8
11 52,4
9 42,9
21 100,0
Perampokan 0,0
1 50,0
1 50,0
2 100,0
Pemerasan 0,0
1 33,3
2 66~7
3 100,0
Penipuan 0,0
3 100,0
010 3
100,0 Penggelapan
I 100,0
0,0 010
1 100,0
Lainnya 17
73,9 3
13,0 3
13,0 23
100,0
Jumlah 19
35,8 19
35,8 15
28,3 53
100,0
Berulang lebih dari 2 kali
Pencurian 0,0
17 100,0
0,0 17
100,0 Perampokan
0,0 4
100,0 0,0
4 100,0
Pemerasan 0,0
1 100,0
010 1
100,0 Penipuan
0,0 1
50,0 1
50,0 2
100,0 Penggelapan
0,0 0,0
0,0 0,0
Lainnya 4
57,1 1
14,3 2
28,6 7
100,0
Jumlah 4
12,9 24
77,4 3
9,7 31
100,0
Ketika pertama kali melakukan
pencurian 4
21,1 8
42,1 7
36,8 19
100,0 Perampokan
0,0 3
75,0 1
25,0 4
100,0 Pemerasan
I 100,0
0,0 0,0
1 100,0
Penipuan 1
33,3 1
33,3 1
33,3 3
.100,0 Penggelapan
1 100,0
0,0 0,0
1 100,0
Lainnya 38
07,9 4
7,1 14
25,0 56
100,0
Jumlah 45
53,6 16
19,0 23
Z7,4 84
100,0 Sedangkan pelaku tindak kejahatan yang mengulang sampai lebih dari dua
kali bahkan lebih buruk lagi. Seluruh tindak kejahatan pencurian didasari oleh desakan ekonomi pelaku. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa, tindak kejahatan
pencurian yang mereka lakukan sudah merupakan profesi mereka.
5.3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan