alasan melakukan kejahatan Jenis kejahatan
Alasan melakukan kejahatan Jumlah
Dendammoral Ekonomi
Lingkungan pergaulan
n n
n n
Berulang 2 kali Pencurian
1 4,8
11 52,4
9 42,9
21 100,0
Perampokan 0,0
1 50,0
1 50,0
2 100,0
Pemerasan 0,0
1 33,3
2 66~7
3 100,0
Penipuan 0,0
3 100,0
010 3
100,0 Penggelapan
I 100,0
0,0 010
1 100,0
Lainnya 17
73,9 3
13,0 3
13,0 23
100,0
Jumlah 19
35,8 19
35,8 15
28,3 53
100,0
Berulang lebih dari 2 kali
Pencurian 0,0
17 100,0
0,0 17
100,0 Perampokan
0,0 4
100,0 0,0
4 100,0
Pemerasan 0,0
1 100,0
010 1
100,0 Penipuan
0,0 1
50,0 1
50,0 2
100,0 Penggelapan
0,0 0,0
0,0 0,0
Lainnya 4
57,1 1
14,3 2
28,6 7
100,0
Jumlah 4
12,9 24
77,4 3
9,7 31
100,0
Ketika pertama kali melakukan
pencurian 4
21,1 8
42,1 7
36,8 19
100,0 Perampokan
0,0 3
75,0 1
25,0 4
100,0 Pemerasan
I 100,0
0,0 0,0
1 100,0
Penipuan 1
33,3 1
33,3 1
33,3 3
.100,0 Penggelapan
1 100,0
0,0 0,0
1 100,0
Lainnya 38
07,9 4
7,1 14
25,0 56
100,0
Jumlah 45
53,6 16
19,0 23
Z7,4 84
100,0 Sedangkan pelaku tindak kejahatan yang mengulang sampai lebih dari dua
kali bahkan lebih buruk lagi. Seluruh tindak kejahatan pencurian didasari oleh desakan ekonomi pelaku. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa, tindak kejahatan
pencurian yang mereka lakukan sudah merupakan profesi mereka.
5.3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Fenomena berulang nya melakukan tindak kejahatan bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, karena secara fitrah sesungguhnya setiap manusia telah
dibekali oleh sang pencipta kesempatan clan kebebasan untuk memilih dan menentukan apakah dalam memecahkan permasalahan akan menempuh cara-cara
yang dibenarkan oleh norma hukum balk adat, agama maupun negara, atau sebaliknya dengan jalan kejahatan.
Jatuhnya pilihan pada alternatif jalan kejahatan tidak selalu mencerminkan kebetulan pikiran pelaku kejahatan. Pilihan tersebut diambil, dikarenakan oleh
tersedianya kesempatan dan dapat juga pilihan tersebut cocok dengan profesionalisme Nya sebagai pelaku kejahatan.
Banyak faktor yang melatarbelakangi dan berpengaruh terhadap seseorang hingga melakukan tindak kejahatan, bahkan mengulangi Nya sampai beberapa kali.
Dalam analisis ini, telah diteliti 13 variabel yang diduga. berpengaruh pada tindak kejahatan berulang di Sumatera Barat. Ketiga belas variabel tersebut
dikelompokkan dalam tiga kelompok variabel sesuai dengan sifatnya yaitu 1 kelompok variabel karakteristik dan moral, 2 kelompok variabel ekonomi dan 3
kelompok variabel lingkungan tempat tinggal clan pergaulan. Kelompok pertama terdiri dari 5 variabel yaitu; umur, pendidikan,
kedudukan dalam rumah tangga, ketaatan beribadah dan intensitas minum minuman keras. Kelompok kedua meliputi 4 variabel yaitu; sumber pendapatan,
rata-rata pendapatan, beban tanggungan dan kecukupan biaya hidup. Sedangkan kelompok terakhir terdiri dari; teman pergaulan sehari-hari, kebiasaan
menghabiskan waktu, intensitas interaksi dengan tempat potensi kejahatan dan keamanan lingkungan tempat tinggal.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel tersebut dengan tindak kejahatan berulang dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji
kontingensi seperti telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya dari hasil uji tersebut, variabel-variabel yang memiliki
signifikansi hubungan secara statistik akan analisis lebih lanjut tingkat korelasi dan tingkat determinasi Nya
Tabel 5. 10 : Hasil uji Kontingensi variabel-variabel alasan dengan frekuensi berulangnya melakukan kejahatan
Variabel-Variabel Alasan Melakukan Kejahatan Berulang
Khi- kwadrat Observasi
Derajat Debas
Daerah Kritis
khi- kwadrat
tabel a1pha - 5
Kesimpulan Pengujian
ALASAN MELAKUKAN
KEJAHATAN 13.530
2 5.991
Ho ditolak Karakteristik individu dan moral
Umur 5.564
7 14.067
Ho diterima Pendidikan
14.310 4
9.488 Ho ditolak
Kedudukan dalam rumah tangga 0,889
2 5.991
Ho diterima Ketaatan ibadah
5,470 3
7.8 15 Ho diterima
Kebiasaan minum minuman keras 11.392
3 7.815
Ho ditolak Ekonomi
Sumber pendapatan 14.582
4 9.488
Ho ditolak Rata-rata pendapatan
12.443 4
9.488 Ho. ditolak
Beban tanggungan 10.591
4 9.489
Ho ditolak Kecukupan biaya hidup
1.726 3
7,815 Ho diterima
Lingkungan tempat tinggal pergaulan
Teman pergaulan sehari-hari 9.064
2 5.991
Ho ditolak Kebiasaan menghabiskan waktu
4.952 3
7.815 Ho di terima
Interaksi dengan tempat potensi kejahatan
12,340 3
7.815 Ho ditolak
Keamanan lingkungan tempat tinggal
0.637 2
5.991 Ho diterima
Dengan demikian, untuk karakteristik individu dan moral pelaku kejahatan ternyata pendidikan yang rendah dan kebiasaan meminum minuman keras
merupakan dua faktor yang cukup signifikan dalam mendorong niat pelaku tindak kejahatan untuk mengulangi kejahatan nya. Hal ini ditunjukkan dengan basil nilai
Khi Kuadrat observasi yang mencapai sebesar 14,3 10 untuk faktor pendidikan clan sebesar 11,392 untuk faktor kebiasaan minum minuman keras. Kedua mulai Khi
kuadrat tersebut berada jauh lebih besar dari nilai Khi kuadrat tabel yang masing- masing hanya tercatat sebesar 9,488 d.f = 4 untuk variabel pendidikan dan 7,815
d.f--3 untuk variabel kebiasaan minum minuman keras. Sedangkan untuk variabel ekonomi, ternyata dari 4 faktor yang diteliti
hanya faktor kecukupan biaya hidup yang tidak signifikan untuk mempengaruhi pelaku tindak kejahatan di Sumatera Barat dalam mendorong pelaku untuk
mengulangi kejahatannya. Sedangkan faktor lainnya seperti beban tanggungan, rata-rata pendapatan yang relatif masih rendah serta sumber pendapatan,
seluruhnya cukup signifikan dalam mempengaruhi tindak kejahatan diulangi sampai dua kali. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai uji Khi kuadrat observasi yang lebih
besar dari nilai Khi kuadrat yang tercantum pada tabel. Untuk variabel lingkungan tempat tinggal, dari empat faktor yang diteliti,
ternyata hanya dua faktor yang secara statistik signifikan terhadap tindak kejahatan, yaitu faktor kedekatan dengan teman sepergaulan dan faktor interaksi
dengan tempat yang potensi dengan kejahatan. Sedangkan faktor kebiasaan menghabiskan waktu dan faktor keamanan lingkungan secara statistik tidak
signifikan dalam mempengaruhi terjadinya tindak kejahatan di Sumatera Barat. 9
Selanjutnya pada Tabel 5.11 disajikan basil penghitungan koefisien korelasi r dan koefisien determinasi
2
r dari seluruh variabel yang diduga berpengaruh terhadap tindak kejahatan di Sumatera Barat. Hasil penghitungan koefisien korelasi
d1harapkan akan dapat memperkuat hasil uji statistik sebelumnya. Sedangkan koefisien determinasi d1harapkan akan dapat memberikan gambaran tentang
subangan share variabel yang berhubungan dengan variasi berulangya tindak kejahatan yang terjadi di Sumatera Barat.
Tabet 5.11 : Koefisien Korelasi clan Determinasi variabel yang berpengaruh pada frekuensi berulangnya melakukan tindak kejahatan
Pelaku Berulang Ketika
Variabel yang Berpengaruh Pertama
2 Kali Lebih dari
Melakukan 2 Kali
Kejahatan
KOEFISIEN KORELASI Karakteristik Individu dan Moral
Pendidikan -0,63
-0,74 -0,61
Kebiasaan minum Minuman Keras 0,68
0,83 0,74
Ekonomi Sumber Pendapatan
0,52 0,87
0,39 Rata-rata Pendapatan
0,62 0,90
0,38 Beban Tanggungan
0,69 0,80
0,26 Lingkungan Tempat Tinggal
Pergaulan Teman Pergaulan
0,81 0,62
0,81 Interaksi dengan tempat potensi
Kejahatan 0,79
0,46 0,83
KOEFISIEN DETERMINASI Karakteristik Individu dan Moral
Pendidikan 39,2
54,8 37,0
Kebiasaan minum Minuman Keras 46,2
69,2 54,8
Ekonomi Sumber Pendapatan
27,3 76,0
15,5 Rata-rata Pendapatan
38,6 80,1
14,3 Beban Tanggungan
48,1 64,6
6,7 Lingkungan Tempat Tinggal
pergaulan Teman Pergaulan
65,0 38,3
66,1 Interaksi dengan tempat potensi
Kejahatan 62,6
21,3 68,5
Sumber: Hasil Penelitian Dari tabel 5. 11 tampak adanya pola hubungan yang spesifik
masing-masing variabel yang berpengaruh dengan frekuensi berulang 2 kali, lebih dari dua kali dan ketika pertama melakukan kejahatan. Dari ke 7 variabel yang
berpengaruh pada berulangnya melakukan kejahatan 2 kali, variabel teman pergaulan sehari-hari dan intensitas interaksi dengan tempat berpotensi kejahatan
merupakan variabel yang memiliki nilai korelasi hubungan yang paling tinggal, sebesar 0,8. Adapun variabel lainnya memiliki nilai korelasi sedikit lebih rendah,
berkisar 0,6 hingga. 0,7, kecuali sumber pendapatan yang korelasi Nya lebih rendah lagi, hanya 0,5.
Dapat disimpulkan bahwa untuk pelaku kejahatan berulang 2 kali, faktor lingkungan tempat tinggal dan pergaulan memiliki dominasi pengaruh paling besar
dari faktor ekonomi dan karakteristik pribadimoral. Hal ini tampak juga dari nilai determinasi sharing terhadap keragaman pelaku berulang 2 kali dari kedua
variabel tersebut di atas nilainya cukup tinggi, masing-masing 65 dan 63 persen. Berbeda dengan kejahatan berulang 2 kali, untuk kejahatan berulang lebih
dari 2 kali faktor yang memiliki korelasi paling besar adalah faktor ekonomi yang meliputi sumber pendapatan, besarnya pendapatan dan banyaknya beban
tanggungan hidup, masing-masingnya memiliki nilai korelasi sebesar 0,87, 0,89 dan 0,80. Selain itu dari faktor moral dalam hal ini adalah intensitas minum minuman
keras juga memiliki nilai korelasi yang cukup tinggi, sebesar 0,83. Keempat faktor tersebut dapat dikatakan merupakan faktor yang cukup
dominan terhadap berulangnya melakukan kejahatan lebih dari 2 kali. Nilai determinasi variabel-variabel tersebut juga cukup tinggi mencapai 65 sampai 80
persen. Faktor lingkungan tempat tinggal dan pergaulan meskipun. memiliki hubungan, namun nilai korelasi Nya dan determinasi Nya tidak terlalu besar.
Fenomena yang tampak dari uraian di atas adalah adanya perbedaan dominasi variabel yang berpengaruh terhadap frekuensi berulangnya melakukan
kejahatan antara 2 kali dengan lebih dan2 kali. Faktor lingkungan tempat tinggal dan pergaulan yang meliputi teman pergaulan dan interaksi dengan tempat
kejahatan tampaknya lebih dominan pengaruhnya pada pelaku berulang 2 kali di samping faktor ekonomi dan moral. Sedangkan pada pelaku berulang lebih dari 2
kali, faktor ekonomi yaitu kemapanan sumber pendapatan, tingkat pendapatan dan beban tanggungan hidup, plus faktor moral dalam hal ini adalah intensitas minum
minuman keras, lebih dominan pengaruhnya. Adapun faktor lingkungan tempat tinggal pengaruhnya tidak terlalu besar.
Pergeseran faktor pengaruh tersebut akan tampak lebih jelas bila dilihat ketika pelaku berulang melakukan kejahatan yang pertama. Pada saat itu, faktor
yang lebih dominan berpengaruh adalah lingkungan tempat tinggal dan pergaulan. Adapun faktor ekonomi pengaruhnya relatif sangat kecil.
3.3. KualitasJenis Kejahatan