415
Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
lingkungannya, bahkan dapat berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhurnya sangat dipahami oleh guru IPS. Batik Klasik menjadi
salah satu keunggulan budaya Surakarta meskipun demikian selama ini mereka belum mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal Surakarta dalam pembelajaran IPS.
Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman guru terhadap nilai-nilai edukatif yang bersumber dari simbolisme motif-motif batik klasik. Guru kurang memahami bahwa
pembelajaran IPS menjadi “powerfull dan meaningfull” apabila terpadu, berbasis nilai, menantang, aktif, dan bermakna. Keberhasilan pembelajaran IPS sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas guru dalam memahami dan mengembangkan kurikulum IPS, yakni kurikulum berdasar pada apa yang
dibutuhkan peserta didik bukan apa yang berharga bagi peserta didik. Kurikulum berpusat pada peserta didik, yakni memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk terlibat secara sistematis dalam pengambilan keputusan mengenai masalah sosial, ekonomi, politik, dan masalah pribadi. Latar belakang,
pengalaman, dan kebutuhan peserta didik sangat penting dalam setiap pembelajaran di kelas. Kurikulum transmisi sebagai dokumen kurikulum yang resmi, buku teks
yang digunakan di sekolah, dan sumber-sumber lainnya dapat dikembangkan, di- transformasikan atau diubah lebih lanjut oleh para guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran di kelas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
2. Dasar Pengembangan Model Pembelajaran IBNBBK
Tujuan pendidikan IPS adalah menyampaikan informasi dan pengetahuan knowledge and information, nilai dan tingkah laku attitude and values, dan
keterampilan sosial skill, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan
416
Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
intelektual. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengembangan model pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal
batik klasik dalam pembelajaran IPS. Pengalaman belajar yang menunjukkan adanya kaitan unsur-unsur konseptual dari dalam maupun antar mata pelajaran akan
memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna meaningful learning.
Pengembangan model IBNBBK menggunakan paradigma Postmodern dengan
mendekonstruksi ”nilai-nilai filosofi batik klasik” menjadi penciptaan realitas baru Batik Klasik sebagai salah satu jati diri bangsa Indonesia di tengah
dunia yang mengglobal. Perspektif Postmodern digunakan untuk mendekonstruksi, pertama, pembelajaran IPS yang saat ini, yang kental dengan pandangan
modernisme. Format reproduktif pendidikan modernitas ini telah membuat pembelajaran IPS menjadi salah satu pelajaran yang tidak menarik dan
membosankan bagi peserta didik SMP. Kedua, perspektif pendidikan Post- modernism relevan dengan misi dan tujuan pendidikan IPS merupakan mata
pelajaran yang diharapkan berperan dalam pembentukan sikap kewarganegaraan yang baik.
Konteks lingkungan sosial budaya, latar belakang pengalaman, dan kebutuhan peserta didik sangat penting dalam pembelajaran IPS di kelas.
Oleh karena itu kurikulum,
buku teks yang digunakan di sekolah, dan lingkungan sosial budaya Surakarta perlu dikembangkan dan ditransformasikan lebih lanjut oleh guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran IPS menjadi kontekstual dan bermakna. Untuk mengkonstruksi model pembelajaran IPS
417
Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
berbasis pada nilai budaya lokal batik klasik dalam pandangan postmodernism mengenai kurikulum sebagai sebuah praksis digunakan empat unsur R, yaitu
richness, recursions, relations, and rigor dalam kurikulum Postmodern. Karakteristik utama model pembelajaran IPS berbasis nilai budaya lokal
batik klasik untuk meningkatkan kompetensi dan jati diri bangsa merupakan kombinasi model pembelajaran Kooperatif dan Klarifikasi Nilai dikemas dalam
suatu kompetisi tournament. Penggabungan model pembelajaran cooperative learning dan value clarification technique ini disebabkan karena pertama.
perkembangan moral peserta didik terkait erat dengan perkembangan kognitif dan hasil dari interaksi sosialnya. Melalui proses tersebut, peserta didik akan memiliki
pemahaman moral yang sangat bermanfaat bagi moral judgment dan moral reasoning yang akan mempengaruhi perilakunya. Kedua, secara teoritis peserta
didik yang memahami hubungan antara diri sendiri dan masyarakat akan lebih bersikap bijaksana, berfikir positif, mempunyai tujuan yang jelas, antusias, bangga
dan konsisten sehingga memiliki kepribadian kuat dan berkarakter. Ketiga, makna IPS sebagai “synthetic discipline”, bahwa PIPS bukan sekedar mensintesiskan
konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan. 3.
Pengembangan Model Pembelajaran IBNBBK
Pendidikan IPS sebagai kelompok bahan ajar sangat terikat oleh nilai-nilai sosial budaya bangsa, karena itu pendidikan IPS tidak dapat lepas dari tata nilai dan
norma yang ada dalam suatu bangsa. Hal ini berkaitan dengan tujuan utama
418
Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pendidikan IPS adalah mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara agar dapat mengambil keputusan secara reflektif dan partisipasif dalam kehidupan
sosialnya baik sebagai pribadi, warga masyarakat, bangsa maupun warga dunia. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif yang digabungkan dengan model pembelajaran Klarifikasi nilai dan dikemas dengan turnamen. Penggabungan dua model
pembelajaran dalam pelaksanaannya mengacu pada model pembelajaran menurut Permen Diknas No.41 tahun 2007, terdiri dari tiga tahap, yakni 1 apersepsi, 2 inti
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan 3 penutup. Pada implementasi uji terbatas ke-2, komponen desain model mengalami
perubahan pada langkah-langkah pembelajaran Klarifikasi Nilai. Pada pengujian model siklus ke-2, ketujuh langkah klarifikasi nilai disederhanakan menjadi tiga
langkah. Hal ini dimaksudkan agar guru mudah dalam mengevaluasi dan memberi penguatan pada setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Langkah pertama sampai
ketiga termasuk dimensi kognitif menekankan kemampuan rasional. Langkah keempat dan kelima mencerminkan dimensi efektif penghargaan dan rasa bangga.
Langkah keenam dan ketujuh mencerminkan dimensi psikomotorik tindakan konkrit yang terus menerus dan terpola.
Pada implementasi model langkah-langkah pembelajaran Permendiknas, 2007 setelah uji coba luas mengalami penambahan, yakni tahap orientasi. Tahap ini
menyatu dengan tahap apersepsi. Dengan demikian langkah-langkah model pembelajaran IBNNBK menjadi orientasi termasuk di dalamnya apersepsi,
eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan Penutup.
419
Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Karakteristik utama dari model pembelajaran ini adalah integrasi nilai-nilai
budaya lokal batik klasik dalam pembelajaran IPS di SMP untuk meningkatkan
kompetensi dan jati diri bangsa. Implementasi model pembelajaran ini tetap mengacu pada Permendiknas No. 41 tahun 2007, yakni pendahuluan, kegiatan inti
pembelajaran eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan penutup. Setelah uji coba implementasi terbatas ke-3 maka langkah-langkah
pembelajaran dapat dipahami dan diimplementasikan oleh guru dan peserta didik sesuai dengan model yang dikembangkan. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan
uji coba pengembangan model melalui penelitian tindakan kelas di SMPN A, SMPN B, dan SMP Swasta di Surakarta ternyata mampu meningkatkan skor
karakter dan skor sikap terhadap batik sebagai jati diri bangsa yang ditunjukkan dengan peningkatan skor sebesar 80. Adanya peningkatan kompetensi IPS yang
ditandai dengan sekurang-kurangnya 75 peserta didik kelas VIII semester I sebagai subjek penelitian memperoleh nilai 70 sebagai batas tuntas pembelajaran
IPS. Dengan demikian pelaksanaan model pembelajaran IBNBBK di SMPN A, SMPN B dan SMP Swasta telah berjalan sesuai dengan model yang dikembangkan
dan mampu meningkatkan skor karakter dan skor sikap peserta didik terhadap batik sebagai jati diri bangsa.
4. Efektivitas Model Pembelajaran IBNBBK