Lokasi dan Subyek Penelitian Definisi Operasional

Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 196 Bagan 3.3 Alur Penelitian dan Pengembangan Model Empiris.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama SMP di Kota Surakarta Jawa Tengah. Pelaksanaan studi pendahuluan dilakukan di 4 SMP Negeri, yakni SMPN 7, SMPN 9, SMPN 10, dan SMPN 19, serta 2 SMP Swasta, yakni SMP Kristen 1 dan SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Uji coba terbatas dilaksanakan di SMP N 19 Surakarta dengan pertimbangan SMP ini termasuk kelompok SMP N bawah, karena itu keberhasilan pelaksanaan model di sekolah tentu juga akan menjamin keterlaksanaan model di SMP Negeri kelompok tinggi, kelompok sedang dan SMP Swasta. Uji coba lebih luas dilakukan dilakukan di 2 SMPN, yakni SMPN kelompok tinggi, SMPN kelompok sedang, dan 2 SMP swasta. Sedangkan untuk pelaksanaan Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 197 uji efektivitas atau validasi model dilakukan di 2 SMPN Tinggi SMPN 9 sebagai kelompok eksperimen dan SMPN 3 kelompok kontrol; 2 SMPN kelompok sedang SMP 10 sebagai kelompok eksperimen dan SMPN 7 sebagai kelompok kontrol dan 2 SMP Swasta SMP Kristen sebagai kelompok eksperimen dan SMP Muhammadiyah 7 sebagai kelompok kontrol. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII delapan SMP dan Guru IPS di Surakarta. Siswa dilibatkan sebagai subjek penelitian mulai pra-survey studi pendahuluan, uji coba lebih luas action research, validasi empiris validasi lapangan utama, dan setelah validasi empiris. Sedangkan guru dilibatkan sebagai subjek penelitian selama pra-survey, uji coba terbatas desk analysis, uji coba lebih luas, validasi empiris, dan pasca validasi empiris. Kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dilibatkan sebagai subyek penelitian selama pra-survey.

D. Definisi Operasional

1. IPS dalam penelitian ini adalah pendidikan IPS di sekolah yang diajarkan di SMP Kelas VIII semester II berdasarkan Kurikulum 2008. 2. Pembelajaran IPS adalah seluruh rangkaian kegiatan siswa dan guru yang telah dirancang untuk menjadikan siswa belajar IPS, artinya berdasarkan rancangan tersebut, guru memberikan bantuan kepada para siswa agar mereka memperoleh pengetahuan atau informasi tentang materi IPS baik berupa fakta, konsep, prinsip, cara memecahkan masalah, nilai, dan sikap. Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 198 3. Mengembangkan Model Pembelajaran adalah melakukan suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan model pembelajaran IPS yang memper- timbangkan integrasi nilai-nilai budaya batik klasik dan memenuhi suatu standar kualitas tertentu. 4. Model pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai budaya batik klasik untuk penguatan jati diri bangsa disingkat Model IBNBBK adalah kerangka konseptual atau pola yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar IPS dengan mengintegrasikan nilai- nilai budaya batik klasik untuk mencapai tujuan belajar yakni peningkatan pengetahuan, penguatan karakter, dan sikap siswa terhadap batik sebagai jati diri bangsa dan berfungsi sebagai pedoman bagi para guru IPS dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar IPS. Model IBNBBK ini menunjukkan model utuh aktivitas belajar mengajar IPS dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya batik klasik yang secara ilmiah dapat diterima dan secara operasional dapat dilakukan. Model IBNBBK memiliki unsur-unsur: 1 sintak, 2 sistem sosial, 3 prinsip reaksi, 4 sistem pendukung, dan 5 dampak instruksional dan dampak pengiring. 5. Model IBNBBK yang berkualitas adalah suatu model pembelajaran yang memenuhi tiga kriterium, kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. 6. Kevalidan Model. Model IBNBBK dikatakan valid apabila menurut validator ahli dan praktisi, pengembangan model tersebut dilandasi oleh teori yang Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 199 kuat, dan memiliki konsistensi internal, yakni terjadi saling keterkaitan antar komponen dalam model. 7. Kepraktisan Model IBNBBK. Model IBNBBK dikatakan praktis apabila menurut validator, model tersebut dapat diterapkan. Selain itu, menurut observer keterlaksanaan pembelajaran di kelas termasuk dalam kategori baik atau sangat baik. 8. Keefektifan Model IBNBBK. Model IBNBBK dikatakan efektif apabila memenuhi 4 indikator, yaitu a tercapai ketuntasan belajar klasikal dalam pembelajaran model IBNBBK, artinya minimal 85 siswa mencapai ketuntasan belajar individu atau paling sedikit 85 siswa yang memperoleh skor minimal 6,5 untuk rentang skor 0-10 Depdikbud, 1994, b aktivitas yang dilakukan siswa sesuai dengan aktivitas yang diharapkan sebagaimana tercantum dalam sintaks pembelajaran model IBNBBK, c lebih dari 50 siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran model IBNBBK, dan d kemampuan guru mengelola pembelajaran model IBNBBK berada dalam kategori tinggi. 9. Aktivitas siswa adalah seluruh kegiatan siswa yang didasarkan pada sintaks rencana model IBNBBK. 10. Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah seluruh kegiatan guru dalam pembelajaran yang didasarkan pada sintaks rencana pembelajaran model IBNBBK. Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 200 11. Mempertimbangkan integrasi nilai budaya batik klasik adalah memasukkan model connected, nilai-nilai yang bersumber dari makna filosofis batik klasik dalam proses pembelajaran IPS. Hal ini tercermin pada Rencana Pembelajaran Model IBNBBK atau pada komponen sintaks dan dampak instruksional Model IBNBBK. 12. Karakter merupakan jati diri individu, suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas lain. Karakter mengandung nilai-nilai dasar yang bersifat universal, yang ingin diwujudkan dalam bersikap dan bertingkah laku antara lain keadilan, kebenaran, kebijaksanaan, kejujuran, keberadaban, kebebasan, dan kesetaraan. 13. Jati diri bangsa pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa, dengan ciri-ciri khas yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Setiap bangsa di dunia memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, dan karakter dari bangsa tersebut. 413 Sariyatun, 2012 Model Pembelajaran Ips Berbasis Nilai Budaya Lokal Batik Klasik Untuk Menguatkan Jati Diri Bangsa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

Dalam bab akhir disertasi ini dikemukakan tiga hal utama, yaitu 1 kesimpulan dari keseluruhan temuan penelitian sesuai dengan fokus masalah dan pertanyaan penelitian, 2 implikasi hasil penelitian, dan 3 rekomendasi yang berkenaan dengan temuan penelitian. Secara rinci kesemuanya diuraikan menjadi sebagai berikut.

A. Kesimpulan

1. Kondisi Pembelajaran IPS SMP di Surakarta

Di Surakarta mata pelajaran IPS yang dipahami sebagai IPS Terpadu diampu oleh satu guru IPS, karena itu guru harus mengajar semua sub bidang studi dalam IPS. Hal ini menjadi salah satu penyebab bahwa pembelajaran IPS selama ini hanya mendasarkan pada buku paket yang digunakan di sekolah. Pembelajaran IPS selama ini kurang memanfaatkan lingkungan sosial budaya peserta didik sebagai sumber dan media pembelajaran. Hal itu berakibat IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi peserta didik, kurang mendorong peserta didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya. Sebagian besar peserta didik tidak pernah membuat karangan sederhana tentang IPS atau mengeksplorasi keunggulan budaya daerah sebagai wujud kebanggaan peserta didik terhadap kekayaan daerahnya. Kondisi ini berdampak pada munculnya stigma bahwa IPS kurang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan. Tujuan pembelajaran belum secara komprehensif