commit to user 23
produk yang tidak baik out of standart. Proses ini dilakukan secara manual, dipilih satu per satu.
7. Pengiriman
Proses terakhir yakni pengirimiman. Produk yang telah siap untuk dikirimkan ke customer. Pada area ini mengandung potensi bahaya
kejatuhan barang saat pemindahan barang.
C. Higene Perusahaan
1.
Potensi Bahaya
a. Terjepit
Bahaya terjepit banyak ditemukan di area mesin cetak dan varnish, kecelakaan terjadi pada saat penggantian maupun
pemeriksaan roll atau peralatan yang berputar. Hal ini dapat mengakibatkan patah tulang pada jari tangan. Upaya pengendalian
yang telah ada yaitu dengan memasang cover pengaman dan peringatan serta tanda bahaya pada semua peralatan berputar.
b. Terpercik
Bahaya terpercik oleh cairan B3 khususnya solvent dan tinta. Upaya pengendalian yang telah ada yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai, serta sosialisasi MSDS bagi karyawan serta pelatihan khusus bagi karyawan yang berhubungan langsung
dengan bahan kimia. Dalam proses produksi, P.T. Pura Barutama banyak menggunakan bahan kimia seperti toluene, melamin, etil
asetat, tinta, dan lain sebagainya.
commit to user 24
c. Tertimpa
Pada area gudang berpotensi tertimpa kertas atau bahan. Potensi tersebut dapat diminimalisir dengan cara memberi batas ketinggian
penumpukan barang yakni 1,5 m sebagai zona daerah bahaya dan larangan beristirahat diarea gudang serta pemakaian helm pengaman.
2. Faktor Bahaya
a. Faktor Fisika
1 Kebisingan
Kebisingan yang ada pada area pabrik merupakan kebisingan yang bersifat continue atau terus menerus. Kebisingan tersebut
timbul akibat penggunaan mesin-mesin yang ada pada area produksi. Berikut ini adalah hasil pengukuran kebisingan yang
dilakukan P.T. Pura Barutama pada bulan Januari 2011. Tabel 2. Intensitas Kebisingan di Berbagai Lokasi
No Lokasi Pengukuran
Hasil dB A NAB dB A
1 Ponz
74,7 85
2 Cetak I
76 85
3 Cetak II
79,4 85
4 Potong Putihan
78,3 85
5 Tinta
76,4 85
6 Varnish
79,6 85
7 Lipat
76,7 85
8 Foil
80,6 85
9 Laminasi
73,7 85
10 Finishing
62,4 85
11 Spesial room
74 85
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja
Kepmenaker No.Kep.51Men1999 adalah 85 dBA untuk
commit to user 25
pemaparan 8 jamhari dan pemaparan semakin dipersingkat apabila intensitas semakin tinggi Yanri, 2005.
2 Penerangan
Setiap area produksi membutuhkan penerangan yang berbeda-beda tergantung dari pekerjaan yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari terjadinya kecelakaan serta penyakit akibat kerja pada tempat kerja. Pengukuran penerangan
pada P.T. Pura Barutama dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Tabel 3. Intensitas Penerangan di Berbagai Lokasi No
Unit Produksi dan Lokasi
Pengukuran Hasil pengujian Lux
Standar Lux
Jenis Pekerjaan
Kisaran Rata-
rata 1
Ponz 55,9-271
172,8 100
Kurang Teliti 2
Cetak I 160-206
178,8 200
Agak Teliti 3
Q.C Cetak 1 787-1755
1307,1 500-1000
Teliti 4
Cetak II 99,2-455,5
230,5 200
Agak Teliti 5
Q.C Cetak II 651,8-1368
1051,2 500-1000
Teliti 6
Potong Putihan 47,8-61,2
55,9 100
Kurang teliti 7
Tinta 370-2580
1060 500-1000
Teliti 8
Meja control
tinta 987-1047
1031 500-1000
Teliti 9
Varnish 275-375
329,2 200
Agak Teliti 10 Lipat
97,6-113,6 122,5
100 Kurang Teliti
11 Foil 102,4-260
208,5 100
Kurang Teliti 12 Laminasi
109-137,1 122,9
100 Kurang Teliti
13 Finishing 120,3-222,8
156,7 200
Agak Teliti 14 Spesial room
163,2-312 245,9
200 Agak Teliti
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011 3
Iklim Kerja Penggunaan peralatan kerja yang menggunakan panas, seperti
pada proses pencetakan dan proses laminasi menimbulkan suhu udara di sekitar mesin menjadi panas. Udara yang panas ini dapat
commit to user 26
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi operator mesin maupun tenaga kerja yang berada di area tersebut. Oleh karena itu, P.T.
Pura Barutama telah mengupayakan pengendaliannya, sebagai berikut :
a Mengadakan local exhauster.
b Mengadakan pengontrol suhu dan kelembaban ruangan.
c Pengaturan ruangan yang di desain dengan sistem bangunan
yang tinggi dan sirkulasi udara yang cukup. Berikut hasil pengukuran yang dilakukan :
Tabel 4. Pengujian Iklim Kerja di Berbagi Lokasi No
Unit produksi dan lokasi pengukuran
Hasil pengukuran suhu Cº
Kelembaban 1
Ponz 28,2
76,5 2
Cetak I 29,2
58,6 3
Cetak II 29,9
71,7 4
Potong putihan 29,8
73 5
Tinta 30,9
71,4 6
Varnish 30,3
71,2 7
Lipat 30,2
71,9 8
Foil 30
68,2 9
Laminasi 30,1
71,1 10
Finishing 31,2
73,8 11
Spesial Room 30
68,8 Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011
b. Faktor Kimia
Berikut hasil pengujian kadar debu di lingkungan kerja, yang dilakukan :
Tabel 5. Pengukuran Kadar Debu di Berbagi Lokasi No
Lokasi Satuan
Hasil Nilai Ambang
Batas 1.
Area Cetak I Mgrm
3
0,440 10
2. Area Cetak
Mgrm
3
0,479 10
3. Area Ponz
Mgrm
3
0,199 10
Bersambung
commit to user 27
4. Area Lipat
Mgrm
3
0,168 10
5. Spesial Room
Mgrm
3
0,315 10
Sumber : Hasil Pengukuran Balai Pelatihan dan Pengujian Hiperkes pada 13 Januari 2011
Penggunaan bahan-bahan kimia yang ada di perusahaan yang berupa solvent atau pelarut, yaitu berupa cairan toluene dan etil asetat.
Toluene dan Etil asetat merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan mempunyai bau yang sangat menyengat. Sehingga tidak hanya
berpotensi bahaya kebakaran, namun juga dapat mengganggu pernafasan tenaga kerja yang berada di tempat kerja tersebut.
Menyadari akan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan telah melakukan berbagai upaya pengendalian yang berupa penggunaan sistem ventilasi
blower dan kewajiban penggunaan APD berupa masker bagi karyawan.
Selain itu penggunaan tinta sebagai bahan baku untuk proses cetak juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit apabila mengalami
kontak langsung dengan kulit, maka selain masker karyawan juga diwajibkan untuk memakai sarung tangan apabila melakukan proses
pengadukan bahan. c.
Faktor Biologi Faktor biologi yang merupakan faktor bahaya yang ada di
perusahaan meliputi : bakteri, virus, microorganisme, serangga, tikus, dan binatang-binatang lain yang dianggap mengganggu dan dapat
menimbulkan suatu penyakit. Sambungan
commit to user 28
d. Faktor Mental-Psikologis
Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya maupun atasan dengan bawahan merupakan faktor bahaya mental-
psikologis yang perlu mendapat perhatian khusus karena dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas. Di P.T. Pura Barutama setiap
sebulan sekali diadakan acara kumpul bersama atau yang biasa disebut “anjangsana”. Untuk tempat pelaksanaan diadakan di rumah karyawan
secara bergilir. Hal ini bertujuan selain mengakrabkan antar karyawan maupun karyawan dengan atasan juga dapat mengenal keluarga dari
karyawan tersebut.
D. Kesehatan Kerja