MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI P.T. PURA BARUTAMA KUDUS
commit to user LAPORAN UMUM
MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI P.T. PURA
BARUTAMA KUDUS
Endah Sulistiyani NIM. R0008104
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT, yang Maha
Pemberi Kemudahan, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “Magang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di P.T. Pura Barutama Kudus Jawa Tengah”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan penulis di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah menambah wawasan serta meningkatkan pengetahuan penulis tentang penerapan Higiene Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja di industri agar didapatkan pengalaman yang berguna untuk diaplikasikan di tempat kerja maupun di masyarakat.
Pada hakikatnya manusia diciptakan dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan sehingga memerlukan bantuan dari manusia lainnya. Begitu pula dengan segala keterbatasan dalam penyusunan laporan ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak demi terselesaikannya laporan ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr.,PKK.,Sp.Ok, selaku ketua Program Study D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta periode 2008 - 15 Juni 2011 dan selaku pembimbing I.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku ketua Program Studi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak Drs. Hardjono, MSi, selaku Pembimbing II.
6. Tony Harmawan, ST, MM selaku Pimpinan HRD yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di P.T. Pura Barutama Kudus.
7. Bapak Noor Faiz dan Bapak Darmanto Elmi, SH selaku pembimbing magang yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pelaksanaan magang di P.T. Pura Barutama Kudus.
8. Bapak Edy Suharso selaku pembimbing lapangan di Unit Offset, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pelaksanaan magang.
9. Ibu Ratna, Bapak Arif, Ibu Maya, Bapak Minto, Ibu Yani, Bapak Liqhin dan masih banyak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas ilmu yang sangat berharga dan bimbingan yang telah diberikan, serta penerimaan yang begitu kekeluargaan sehingga penulis kerasan dalam menjalani program magang.
10. Ibu, Bapak, Kakak, Adik, dan seluruh keluarga besar yang selalu mendo’akan serta memberikan restu, semangat, dan dukungan kepada penulis.
11. Temanku seperjuangan selama magang di P.T. Pura Barutama, Endah Alfiyanti, terimakasih atas kerjasamanya.
(5)
commit to user
v
12. Teman-teman seperjuangan dari D.III Hiperkes dan Kesehatan Kerja angkatan 2008, yang senantiasa saling membantu dan bertukar informasi.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan penulisan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang besar kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011 Penulis,
(6)
commit to user
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Tujuan Magang ... 3
C. Manfaat Magang ... 4
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA ... 5
A. Persiapan ... 5
B. Lokasi ... 5
C. Pelaksanaan ... 5
D. Sumber Data ... 5
E. Teknik Pengumpulan Data ... 6
BAB III HASIL MAGANG ... 8
(7)
commit to user
vii
B. Proses Produksi ... 17
C. Higiene Perusahaan ... 23
D. Kesehatan Kerja ... 28
E. Keselamatan Kerja ... 33
F. Ergonomi ... 46
G. Manajemen K3 ... 47
H. Lingkungan ... 54
BAB IV PEMBAHASAN ... 57
A. Higiene Perusahaan ... 57
B. Kesehatan Kerja ... 64
C. Keselamatan Kerja ... 68
D. Ergonomi ... 75
E. Manajemen K3 ... 77
F. Lingkungan ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN
(8)
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Karyawan Berdasar Tingkat Pendidikan ... 15
Tabel 2. Intensitas Kebisingan di Berbagai Lokasi ... 24
Tabel 3. Intensitas Penerangan di Berbagai Lokasi ... 25
Tabel 4. Pengujian Iklim Kerja di Berbagai Lokasi ... … 26
Tabel 5. Pengukuran Kadar Debu di Berbagai Lokasi ... 26
Tabel 6. Intensitas Penerangan Sesuai Peraturan ... 60
(9)
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Pura Group ... 14 Gambar 2. Struktur Organisasi P2K3 Pura Group ... 51
(10)
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Komitmen dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran 2. Laporan Hasil Uji Kualitas Udara Lingkungan Kerja
Lampiran 3. Laporan Hasil Pengukuran Penerangan di Tempat Kerja
Lampiran 4. Laporan Hasil Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja
Lampiran 5. Laporan Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Tempat Kerja
Lampiran 6. Contoh Perintah Produksi
Lampiran 7. Diagram Alir Proses Produksi
Lampiran 8. Data Unit yang Telah Memasang Smoke dan Heat Detector
Lampiran 9. Rekap Data Alat Pemadam Api Ringan
Lampiran 10. Surat Keputusan tentang Pengesahan P2K3 Perusahaan
Lempiran 11. Form Identifikasi Sumber Bahaya
Lampiran 12. Form Inspeksi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Lampiran 13. Form Cek List Alarm Kebakaran
Lampiran 14. Form Cek List LampuEmergency
(11)
commit to user
xi Lampiran 16. Denah Jalur Evakuasi
Lempiran 17. Denah Alat Pemadam Api Ringan
Lampiran 18. Lembar Observasi Terpadu Pura Group
Lampiran 19. Contoh Surat Ijin Operasi Forklift dan Sertifikat
Lampiran 20. Surat Keterangan Magang
(12)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan dunia industri kian hari kian pesat. Persaingan tidak hanya memperebutkan pasar di dalam negeri namun juga di luar negeri pun menjadi dambaan setiap perusahaan guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Bertambahnya jumlah industri, pastinya diikuti pula dengan meningkatnya penggunaan alat-alat industri mulai dari alat yang sederhana hingga alat yang canggih.
Perubahan penggunaan teknologi dari tenaga manusia ke tenaga mesin sudah dirasa dampak positifnya yakni proses produksi akan berjalan lebih cepat dengan kualitas yang sama. Akan tetapi jika penggunaan teknologi tersebut tidak memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja maka akan berdampak buruk yang dapat menimbulkan kerugian berupa cidera ataupun cacat bahkan hilangnya nyawa bagi pekerja, kerugian harta benda, terganggunya proses produksi serta dapat merusak nama baik perusahaan yang bersangkutan.
Solusi mutlak untuk melindungi asset perusahaan dari kerugian tersebut demi kelangsungan dan kesinambungan proses produksi adalah dengan penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak perusahaan yang mengalami kerugian akibat tidak mampu dalam mengelola sumber daya
(13)
commit to user
manusia termasuk melindungi keselamatan kerja dari tenaga kerja serta memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Kecelakaan, penyakit akibat kerja, kebakaran yang dikarenakan kesalahan manusia merupakan contoh akibat kurang baiknya sistem managemen keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Selain itu, tuntutan konsumen yang menghendaki produk yang aman baik material maupun proses dalam pengerjaan produk, serta ramah lingkungan merupakan faktor tersendiri bagi perusahaan untuk menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaannya.
Sebagai warga negara yang baik, para pelaku usaha harus mau untuk mematuhi dan melaksanakan apa yang tertuang dalam peraturan yang dibuat pemerintah. Selain untuk memenuhi kewajiban diharapkan pelaku usaha juga termotivasi dan tergerak untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan selamat bagi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Lingkungan kerja yang baik, sangat penting bagi kelanjutan dan kesinambungan usaha yang dijalankan. Dengan penerapan K3 yang baik di perusahaan maka akan tercipta keselamatan dan kesehatan kerja yang optimal di tempat kerja.
P.T. Pura Barutama sebagai salah satu perusahaan percetakan dan pengepakan terkemuka di kawasan Asia Tenggara mempunyai andil dan peranan yang besar dalam penerapan K3 di perusahaan. Seperti yang telah menjadi tujuan P.T. Pura Barutama
(14)
commit to user
pengusaha maupun pemerintah). Maka perlu dibudayakan agar tercipta iklim kerja yang kondusif demi tercapainya efisiensi dan produktivitas nasional
(15)
commit to user
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Bagi Perusaahaan
Dapat memberi masukan pada perusahaan mengenai aspek K3, dan informasi tentang kondisi lingkungan kerja sebagai acuan untuk perbaikan lingkungan kerja dan pelaksanaan program K3 selanjutnya.
2. Program D.III Hiperkes dan KK
a. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan institusi lain di bidang K3.
b. Dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat tentang K3 di P.T. Pura Barutama Kudus.
c. Digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku kuliah.
3. Bagi Mahasiswa
a. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan indentifikasi dan pengendalian faktor dan potensi bahaya yang terdapat di perusahaan serta mengetahui sejauh mana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan.
b. Dapat digunakan sebagai pengalaman kerja dalam bidang K3, sehingga tidak akan kaku dalam penerapannya dikemudian hari.
(16)
commit to user
5 BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Persiapan
Pertama yang harus dilakukan untuk dapat melakukan praktek kerja lapangan meliputi pengajuan permohonan magang dan menyerahkan proposal pelaksanaan magang yang ditujukan ke perusahaan yang dijadikan tempat magang yaitu P.T. Pura Barutama. Adapun proposal permohonan magang tersebut diajukan pada bulan September 2010.
B. Lokasi
Pengambilan data dilaksanakan di P.T. Pura Barutama, yang berlokasi di Jalan Kresna Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
C. Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 1–28 Februari 2011, namun atas permintaan pembimbing perusahaan, pelaksanaan magang diperpanjang hingga tanggal 2 April 2011 dengan waktu 5 hari kerja, mulai pukul 07.30–15.30 WIB dan 1 hari kerja mulai pukul 07.30-12.30.
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :
(17)
commit to user 1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survey ke lapangan atau tempat kerja dan wawancara serta diskusi dengan tenaga kerja. 2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan sebagai pelengkap laporan ini
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa teknik pengambilan data yang dilakukan oleh mahasiswa, antara lain:
1. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung terhadap pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui sistem operasional percetakan dan mengidentifikasi potensi bahaya yang ada.
2. Interview
Interview merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada tenaga kerja dan karyawan yang berwenang yang berkaitan langsung dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada setiap unit kerja yang bersangkutan.
(18)
commit to user 3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara membaca buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik magang.
(19)
commit to user
8 BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil Perusahaan
Pura merupakan perusahaan pribadi yang dibangun pada tahun 1908 sebagai industri percetakan di Kudus. Jacobus Busono merupakan generasi ketiga dan memulai kariernya pada saat menjadi pimpinan pura pada tahun 1970 dan berposisi sebagai presiden direktur.
Pengembangan sumber daya manusia yang intensif dengan cara membangun sebuah karakter (prioritas yang diikuti pula dengan pelatihan teknis dan mampu untuk memanage sesuatu akan dapat membuat sebuah budaya) yang dapat berinovasi dan membentuk suatu kemajuan perusahaan. Hal inilah yang menjadi budaya di Pura, sebuah budaya untuk membawa filosofi perusahaan.
Setelah tiga dekade, Pura telah berkembang menjadi grup terintegrasi dari divisi manufactur, percetakan, pengepakan, pemroduksi kertas, konverta, permesinan, anti counterfeiting, kartu elektrik, dan label teknologi tinggi. Pura group sekarang diantara yang terbesar di dunia percetakaan dan pengepakan di Asia Tenggara.
Pura juga memproduksi berbagai komoditas ekspor dan beberapa inovasi tersebut merupakaan yang pertama didunia seperti Hologram
(20)
commit to user
Scratch off, Direct Hologram, Smart card, microcapsule dan masih
banyak lainnya.
Berdiri pada tahun 1908 sebagai cetak offset dengan mempekerjakaan 8 karyawan, dan sekarang ditangani oleh generasi ketiga dengan managemen professional yang dapat mengorganisir dan memanage setiap lingkungan perusahaan Pura Group menjadi group yang berkembang dengan memiliki 20 pabrik dan mempekerjakaan 7000 lebih karyawan. Jangkauan usahanya meliputi Paper Making, Paper Converting, Printing-Packaging, Holography, Enggenering, Total Security System, Smart Tecnology.
Perkembangan perusahaan secara lebih lanjut adalah sebagai berikut : a. Tahun 1972 didirikan PT Pura Box yang bergerak dibidang produksi
kotak karton gelombang (packaging box) dan kertas Koran.
b. Tahun 1973 didirikan PT. Pura Roto yang bergerak dibidang rotogravure dan converting yang dalam perkembangan selanjutnya memproduksi kotak karton lipat (modern fleksible packaging).
c. Tahun 1974 didirikan unit paper mill sebagai penunjang PT Pura Box dalam pengadaan kertas medium linier dan kertas test liner.
d. Tahun 1984 menjadi perusahaan pertama didaerah tropis yang memproduksi dan memperkenalkan Non Carbon Required.
e. Tahun 1985 Divisi Kertas diresmikan oleh presiden Soeharto.
f. Tahun 1986 Divisi Converta telah memproduksi Siliconozed Rease Paper dan Cork Tipping Paper (untuk kertas rokok).
(21)
commit to user
g. Tahun 1987 PT Pura Barutama menerima 8 internasional Thropy For Tecnology dari Frankfurt Jerman serta penghargaan American Recognition of Eficiency.
h. Tahun 1988 P.T. Pura Barutama mulai mengekspor ke pasar internasional seperti USA, Eropa, dan sebagainya.
i. Tahun 1989 Didirikan PM (Paper Mill) 7 dan 8 yang pada tanggal 1 Juli 1993 diberi nama PT. Nusa Persada dan dibagi menjadi Unit Paper Mill dan Unit Holografi.
j. Tahun 1991 berdiri divisi Indostamping yang menghasilkan Hot Stamping Foil.
k. Tahun 1992 didirikan Pura Micro Capsule.
l. Tahun 1994 berdiri divisi Human Resource Development (HRD). m. Pada tahun 2001 didirikan unit Paper Mill IX.
n. Pada tahun 2004 didirikan Unit Kogen/ PLTU/ Unit Power Plant di daerah Jati.
o. Pada tahun 2005, Pura mendirikan Unit Smart Tecnology yang bergerak dalam pembuatan Smart Card dan Label untuk identifikasi produk dan personel.
2. Lokasi Perusahaan
Pura Barutama kini memiliki banyak unit di berbagai lokasi, untuk itu dalam pembagian lokasinya, Pura Barutama dikelompokkan dalam 6 kawasan, yaitu :
(22)
commit to user a. Kawasan I
Berada di Jalan Dr. Lukmono Hadi Kudus yang terdiri : 1) Divisi Holografi, bergerak di bidang percetakan hologram. 2) Divisi Batu Mulia, bergerak di bidang pembuatan batu perhiasan. b. Kawasan II
Berada di jalan AKBP Agil Kusumadya 203, Jati Wetan Kudus yang terdiri dari :
1) Divisi Rotogravure, bergerak dibidang percetakan rotografi. Produk yang dihasilkan berupa kemasan-kemasan untuk obat-obatan, rokok, permen, dan cetak CTP (Cork Tip Paper)
2) Divisi Paper Mills PM 1, PM 2, PM 3 yang memproduksi kertas CTP untuk pembungkus filter rokok.
c. Kawasan III
Berada di jalan Kresna Jati Wetan Kudus yang terdiri dari :
1) Divisi Offset, bergerak di bidang cetak offset untuk kertas dan kardus.
2) Divisi Coating, merupakan unit Converting dan laminating. Produk yang dihasilkan adalah kertas stiker dan kertas NCR yang merupakan andalan unit ini.
3) Divisi Repro, merupakan unit prepress, yang bertugas dan bertanggung jawab pada proses pra cetak.
(23)
commit to user d. Kawasan IV
Berada di Jalan AKBP Agil Kusumadya Jati Kulon Kudus yang terdiri dari :
1) Divisi Paper Mills PM 5, PM 6, PM 9, PM 10
2) Divisi Microcapsule yang memproduksi pelapisan pada kertas NCR.
3) Divisi TSS unit yang memproduksi dokumen sekuriti dan yang memproduksi produk yang ada pengamannya.
4) Divisi Pura Bangunan 5) Divisi Power Plant 6) Divisi Indostamping 7) Divisi PST
e. Kawasan V
Berada di jalan Kudus-Pati Km 12 Terban Kudus yang terdiri dari : 1) Divisi Paper Mills PM 7 dan PM 8. Unit PM 7 memproduksi
kertas multi layer dan unit PM 8 memproduksi kertas single layer. 2) Divisi Workshop atau Pura Rekayasa mesin Indo, bergerak di
bidang perbengkelan dan pembuatan mesin.
3) Divisi Boxindo, merupakan unit pembuatan karton gelombang untuk bahan pembuatan box.
4) Divisi Agro f. Kawasan VI
(24)
commit to user
1) Divisi Transportasi, merupakan unit pengadaan dan perencanaan bangunan dan tempat bahan untuk pengembangan dan pembangunan Pura Group.
2) Divisi Tinta, bergerak di bidang pembuatan dan pengolahan tinta untuk memenuhi kebutuhan Pura Group sendiri.
3) Divisi Dekorindo, produsen kertas dan foil dekorasi yang merupakan perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi kertas melamine impregnated, finished foil, dan foil
& kertas cetak dekorasi. 3. Visi dan Misi
a. Memenuhi permintaan dan kebutuhan akan produk-produk percetakan dan pengepakan di pasar domestik dan diluar negeri, dengan menawarkan solusi yang inovatif, berkualitas, dan berbasis teknologi canggih dan bahan baku lokal.
b. Menjadi pemain utama di industri percetakan dan pengepakan global, dengan memanfaatkan inovasi produk, sinergis dan solusi yang komprehensif.
4. Budaya Perusahaan :
a. Inovasi atau gebrakan dan pembelajaran yang berkesinambungan adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
b. Sumber daya manusia adalah kunci dan inovasi. Membangun karakter adalah langkah pertama untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkompeten.
(25)
commit to user 5. Struktur Organisasi
P.T. Pura Barutama dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh manajer-manajer. Manajer dibantu oleh beberapa kepala departemen yang membawahi kepala bidang.
Kepala bagian departemen bertanggung jawab kepada manajer dan manajer sendiri bertanggung jawab kepada direktur utama.
Gambar 1. Struktur organisasi P.T. Pura Barutama. (Sumber : Departemen HR_GA, 2011)
PRESIDENT DIRECTUR
WK. PRESIDENT DIRECTUR I DAN II
Direktur Pembelian Direktur marketing Manager marketing Area Manager Marketing Pembelian General Manager Produksi Manager HR-GA Direktur HR-GA Direktur Produksi
Seksi-seksi Kadept
HR-GA Kabag Pembelian Manager Staff Pembelian Kabag Produksi Kabid HR-GA Pengawas Kabid Produksi
(26)
commit to user 6. Komposisi Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan P.T. Pura Barutama periode Desember 2010 sebanyak 7.750 pekerja. Dengan rincian pekerja laki-laki sebanyak 5.598 pekerja dan perempuan sebanyak 2.152 pekerja.
Tabel 1. Jumlah Karyawan PT. Pura Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Pendidikan 28 Februari 2011
Pasca Sarjana 15
Sarjana 570
Diploma III 233
Diploma II 10
Diploma I 8
SLTA 3.882
SLTP 1.868
SD 1.164
Jumlah 7750
Sumber : Departemen HRD pada Februari 2011 7. Fasilitas Perusahaan
Untuk menunjang kesejahteraan karyawan, keluarganya, bahkan tamu yang berkunjung (pelanggan) perusahaan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat memotivasi karyawan untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul dan sejahtera. Sarana dan prasarana tersebut antara lain :
a. Cuti
Fasilitas cuti diberikan kepada karyawan sekurang-kurangnya 12 hari kerja selama yang bersangkutan bekerja 12 bulan. Dalam hal ini apabila cuti tahunan tidak digunakan dapat di ganti dengan uang yang pembayarannya dilakukan diakhir periode cuti. Cuti melahirkan
(27)
commit to user
diberikan kepada karyawan selama 3 bulan namun pemberlakuannya masih disesuaikan dengan kebutuhan karyawan dan memperhatikan pertimbangan medis.
b. Transportasi
Saat ini P.T. Pura Barutama belum menyediakan fasilitas transportasi bagi karyawannya. Fasilitas transportasi hanya di berikan kepada para general manager berupa mobil mewah. Selain itu, PT Pura Barutama mempunyai fasilitas helikopter serta kapal bagi yang diperuntukan bagi kepentingan internal, tamu perusahaan VIP/VVIP, serta untuk penggunaan komersial.
c. Guest house
Guest house merupakan layanan P.T. Pura Barutama kepada
para tamu VIP/VVIP yang berkunjung di kantor Pusat P.T. Pura Barutama. Guest house berkapasitas 15 ruangan, lengkap dengan fasilitas sekelas hotel berbintang lima, seperti kolam renang, lapangan tenis indoor, ruang kebugaran, dan ruang karaoke.
d. Rekreasi
Kegiatan rekreasi rutin dilakukan setiap setahun sekali, untuk pengaturan waktu tiap unit berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi unit bersangkutan, namun setelah tahun 2010 kegiatan ini ditiadakan dengan alasan kesibukan.
(28)
commit to user e. Koperasi karyawan
Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perusahaan membantu dan memfasilitasi dengan didirikannya koperasi karyawan (kopkar) Pura Group.
f. Tempat Ibadah
Untuk sarana peribadatan, P.T. Pura Barutama menyediakan mushola di setiap unitnya. Mushola ini dimanfaatkan karyawan muslim untuk melakukan ibadah.
g. Sarana Olah Raga
Sarana olah raga yang ada di perusahaan yaitu lapangan tenis, stadion tennis meja dan badminton, kolam renang, dan area fitness.
B. Proses Produksi
Proses produksi di P.T. Pura Barutama berbeda-beda di setiap unit, Berikut adalah salah satu contoh proses produksi di Unit Offset, sebagai berikut :
1. Gudang Bahan Baku
Digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara bahan baku. Bahan baku berupa kertas-kertas dalam bentuk lembaran (sheet) berukuran standart 109 X 79 cm. Di gudang kertas terdapat 200 jenis kertas misalnya duplex board, ivory board dan silver metaliz. Kertas tersebut berasal dari para suplyer misalkan Fajar Surya, Surya Pamenang, Pindo Delli, Tjiwi Kimia, Indah Kiat, dan dari unit Pura Kertas sendiri. Pada saat bahan baku masuk harus lolos melewati QC ( quality control).
(29)
commit to user
Di QC incoming terdapat pemeriksaan gramature atau berat dari kertas tersebut, selain itu terdapat pemeriksaan kondisi fisik kertas, permukaan kertas (coating), jenis kertas, ukuran kertas, dan arah serat. QC incoming
berhak untuk menerima atau menolak bahan dari suplayer berdasarkan hasil pemeriksaan. Selain kertas di gudang juga terdapat bahan kimia berupa lem, plastik OPP, flute dan spare part. Khusus untuk gudang solvent, serta gudang tinta lokasinya dibedakan. Tempat penyimpanan kimia sengaja ditempatkan terpisah sesuai jenisnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kebakaran karena bahan yang disimpan merupakan bahan yang sangat mudah terbakar. Di area ini sudah dilakukan tidakan preventif untuk mencegah kebakaran antara lain dengan memasang grounding pada area gudang pengisi solvent. Pengisian solvent dari tangki ke drum harus dihubungkan dengan grounding agar tidak terjadi listrik statis, meniadakan sumber listrik di area gudang, penggunaan water spray
agar udara sekitar tidak terlalu panas, dan pengaturan sirkulasi udara yang baik.
2. Potong Putihan
Kertas yang berukuran standart 109 X 79 cm dari gudang di potong menjadi 4 atau 6 atau 8 disuaikan dengan mesin cetak yang digunakan tujuannya untuk mempermudah dalam proses pencetakan. Area Potong Putihan merupakan area pemotongan kertas. Ketika bahan sampai di area potong putihan maka harus ada PP (perintah produksi). Di dalam perintah produksi terdapat standar ukuran bahan yang akan diproduksi, jenis tinta
(30)
commit to user
yang digunakan, dan waktu penyelesaian di setiap bagian. Ketika bahan telah selesai diproses ditiap bagian, maka selanjutnya bagian WIP memasukkan data input sebagai laporan bahwa proses produksi telah selesai dikerjakan di bagian tersebut. Di area ini potensi bahaya cukup besar, kecelakaan kerja yang terjadi yang diakibatkan oleh kelalaian manusia. Apabila pekerja tidak berkonsentrasi potensi tangan terpotong cukup tinggi, selain itu bahaya debu kertas dan terjepit pallet pun tergolong signifikan.
3. Cetak
Merupakan suatu area yang digunakan sebagai tempat untuk mencetak sesuai dengan design warna dan design bentuk yang diinginkan
customer. Jenis cetakan dapat berupa label (etiket) maupun berupa paper
packaging. Di dalam mesin cetak terdapat 4 warna dasar yakni cyan,
magenta, yellow, dan black. Di dalam mesin cetak telah dilengkapi dengan
plat yang sebelumnya sudah didesain di komputer. Untuk prosentase
warna cetakan sudah diatur di plat tersebut.
Proses selanjutnya adalah proses completing antara lain meliputi :
a. Varnish
Tujuan dari proses pemvarnishan yaitu agar produk cetakan terlihat mengkilap atau gloss. Pada proses pelapisan cetakan menggunakan chemical tertentu sesuai dengan fungsinya.
Fungsi dari pelapisan permukaan antara lain : 1) Anti air (water resistance)
(31)
commit to user
Biasanya dicoatingkan dibagian belakang cetakan atau juga di dua muka ( depan belakang). Fungsinya menjaga supaya cetakan kertas tahan terhadap air. Produk ini dipakai pada cetakan-cetakan lidding cup untuk ice cream,dan lidding cup untuk agar-agar.
2) Anti minyak (grease resistance)
Dicoatingkan dibagian belakang cetakan, berfungsi untuk menjaga supaya cetakan (kertas) tahan terhadap minyak atau lemak.
Dipakai pada cetakan untuk mengemas produk-produk yang mengandung minyak. Contoh : dos KFC, CFC, dan lain-lain. 3) Anti jamur (fungisida resistance)
Biasanya dicoatingkan pada bagian belakang cetakan (back side) untuk mencegah supaya produk yang dikemas tidak berjamur. Biasanya dipakai untuk mengemas sabun.
Pada area varnish, potensi bahaya berasal dari paparan sinar UV yang dapat mengakibatkan kebutaan bila mengenai mata secara langsung hal ini dikarenakan intensitas sinar UV yang digunakan untuk pengeringan tergolong tinggi. Selain itu bau menyengat yang berasal dari solvent yang merupakan potensi bahaya terjadinya rasa sakit pada paru-paru serta potensi tertimpa barang dan terjepit silinder rol yang berputar.
b. Foil
Menggunakan mesin hot stamping foil membutuhkan tingkat panas yang tinggi, tujuannya agar foil menempel pada kertas. Mesin
(32)
commit to user
ini mencetak dengan warna-warna khas foil antara lain : silver atau perak, gold atau emas, holo diffraction (tiga dimensi), atau warna-warna lain yang tidak bisa dihasilkan oleh tinta cetak. Foil tersebut berfungsi untuk mempercantik penampilan agar tekesan lux atau mewah selain itu foil juga berfungsi memberi pengamanan pada label atas keasliannya (anti pemalsuan). Untuk potensi bahaya di tiap variasi hampir sama yaitu potensi bahaya terjepit, tertimpa barang, dan terkena paparan bahan kimia.
c. Laminasi
Proses laminasi adalah proses pelapisan pada cetakan. Pelapisan ini untuk menempelkan plastik jenis OPP ke permukaan cetakan. Laminasi terdiri dari dua jenis yaitu laminasi polos dan motif. Laminasi dapat dilakukan pada kertas ivory, duplex dan kertas flute. Laminasi motif memiliki dua design yaitu berupa gambar atau logo
dan microtext berhologram. Pada area ini terdapat potensi bahaya
berupa terjepit roll, terkena bahan kimia baik terpercik, maupun terpeleset akibat bahan kimia tersebut.
d. Ponz atau emboss
Ponz adalah suatu proses pembentukan doos dengan ukuran dan bentuk sesuai permintaan customer. Pada proses ini cetakan yang semula berbentuk lembaran akan dicutting dan dicreasing masuk perforatingnya. Proses ini menggunakan pisau yang dibuat sesuai dengan layout film cetak. Out put dari proses creasing berupa
(33)
commit to user
lembaran-lembaran plano yang sudah ada potongan-potongan berbentuk doos. Mesin ini juga memproses pembuatan embos yang dapat menciptakan image timbul seperti relief pada suatu cetakan dibagian teks atau logo tergantung dari desain yang dibuat, sehingga ketika diraba akan tampak menonjol keluar. Cetakan yang dihasilkan nantinya tidak hanya menarik tetapi juga memiliki nilai seni tinggi ketika disentuh.
4. Cabut
Proses cabut merupakan area pemisah. Hasil dari cutting creasing
yang masih menempel dilepas satu persatu (dicabut dari posisinya pada kertas plano). Kemudian disusun per pasang di pallet untuk selanjutnya dikirim ke proses folding (lipat) dan glueing (pengeleman).
5. Lipat
Pada proses ini cetakan produk dilipat oleh mesin sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan customer. Di area ini selain proses pelipatan juga terjadi proses pengeleman dari hasil stripping. Proses pelipatan menggunakan mesin folding dan glueing. Khusus produk dengan ukuran besar seperti flute, proses lipat dilakukan secara manual.
6. Finishing
Setelah semua proses pencetakan sampai pelipatan selesai, maka proses penyortiran pun dilakukan. Proses penyortiran ini bertujuan untuk membedakan hasil yang layak dipasarkan (masuk strandart) dengan
(34)
commit to user
produk yang tidak baik (out of standart). Proses ini dilakukan secara manual, dipilih satu per satu.
7. Pengiriman
Proses terakhir yakni pengirimiman. Produk yang telah siap untuk dikirimkan ke customer. Pada area ini mengandung potensi bahaya kejatuhan barang saat pemindahan barang.
C. Higene Perusahaan
1. Potensi Bahaya a. Terjepit
Bahaya terjepit banyak ditemukan di area mesin cetak dan
varnish, kecelakaan terjadi pada saat penggantian maupun
pemeriksaan roll atau peralatan yang berputar. Hal ini dapat mengakibatkan patah tulang pada jari tangan. Upaya pengendalian yang telah ada yaitu dengan memasang cover pengaman dan peringatan serta tanda bahaya pada semua peralatan berputar.
b. Terpercik
Bahaya terpercik oleh cairan B3 khususnya solvent dan tinta. Upaya pengendalian yang telah ada yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, serta sosialisasi MSDS bagi karyawan serta pelatihan khusus bagi karyawan yang berhubungan langsung dengan bahan kimia. Dalam proses produksi, P.T. Pura Barutama banyak menggunakan bahan kimia seperti toluene, melamin, etil asetat, tinta, dan lain sebagainya.
(35)
commit to user c. Tertimpa
Pada area gudang berpotensi tertimpa kertas atau bahan. Potensi tersebut dapat diminimalisir dengan cara memberi batas ketinggian penumpukan barang yakni 1,5 m sebagai zona daerah bahaya dan larangan beristirahat diarea gudang serta pemakaian helm pengaman. 2. Faktor Bahaya
a. Faktor Fisika 1) Kebisingan
Kebisingan yang ada pada area pabrik merupakan kebisingan yang bersifat continue atau terus menerus. Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin-mesin yang ada pada area produksi. Berikut ini adalah hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan P.T. Pura Barutama pada bulan Januari 2011.
Tabel 2. Intensitas Kebisingan di Berbagai Lokasi
No Lokasi Pengukuran Hasil (dB A) NAB (dB A)
1 Ponz 74,7 85
2 Cetak I 76 85
3 Cetak II 79,4 85
4 Potong Putihan 78,3 85
5 Tinta 76,4 85
6 Varnish 79,6 85
7 Lipat 76,7 85
8 Foil 80,6 85
9 Laminasi 73,7 85
10 Finishing 62,4 85
11 Spesial room 74 85
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja (Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999) adalah 85 dBA untuk
(36)
commit to user
pemaparan 8 jam/hari dan pemaparan semakin dipersingkat apabila intensitas semakin tinggi (Yanri, 2005).
2) Penerangan
Setiap area produksi membutuhkan penerangan yang berbeda-beda tergantung dari pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan untuk menghindari terjadinya kecelakaan serta penyakit akibat kerja pada tempat kerja. Pengukuran penerangan pada P.T. Pura Barutama dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat, secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Tabel 3. Intensitas Penerangan di Berbagai Lokasi No
Unit Produksi dan Lokasi Pengukuran
Hasil pengujian (Lux)
Standar (Lux)
Jenis Pekerjaan Kisaran
Rata-rata
1 Ponz 55,9-271 172,8 100 Kurang Teliti 2 Cetak I 160-206 178,8 200 Agak Teliti 3 Q.C Cetak 1 787-1755 1307,1 500-1000 Teliti 4 Cetak II 99,2-455,5 230,5 200 Agak Teliti 5 Q.C Cetak II 651,8-1368 1051,2 500-1000 Teliti 6 Potong Putihan 47,8-61,2 55,9 100 Kurang teliti 7 Tinta 370-2580 1060 500-1000 Teliti 8 Meja control
tinta
987-1047 1031 500-1000 Teliti 9 Varnish 275-375 329,2 200 Agak Teliti 10 Lipat 97,6-113,6 122,5 100 Kurang Teliti 11 Foil 102,4-260 208,5 100 Kurang Teliti 12 Laminasi 109-137,1 122,9 100 Kurang Teliti 13 Finishing 120,3-222,8 156,7 200 Agak Teliti 14 Spesial room 163,2-312 245,9 200 Agak Teliti Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011
3) Iklim Kerja
Penggunaan peralatan kerja yang menggunakan panas, seperti pada proses pencetakan dan proses laminasi menimbulkan suhu udara di sekitar mesin menjadi panas. Udara yang panas ini dapat
(37)
commit to user
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi operator mesin maupun tenaga kerja yang berada di area tersebut. Oleh karena itu, P.T. Pura Barutama telah mengupayakan pengendaliannya, sebagai berikut :
a) Mengadakan local exhauster.
b) Mengadakan pengontrol suhu dan kelembaban ruangan.
c) Pengaturan ruangan yang di desain dengan sistem bangunan yang tinggi dan sirkulasi udara yang cukup.
Berikut hasil pengukuran yang dilakukan :
Tabel 4. Pengujian Iklim Kerja di Berbagi Lokasi No Unit produksi dan
lokasi pengukuran
Hasil pengukuran suhu (Cº)
Kelembaban (%)
1 Ponz 28,2 76,5
2 Cetak I 29,2 58,6
3 Cetak II 29,9 71,7
4 Potong putihan 29,8 73
5 Tinta 30,9 71,4
6 Varnish 30,3 71,2
7 Lipat 30,2 71,9
8 Foil 30 68,2
9 Laminasi 30,1 71,1
10 Finishing 31,2 73,8
11 Spesial Room 30 68,8
Sumber : Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011 b. Faktor Kimia
Berikut hasil pengujian kadar debu di lingkungan kerja, yang dilakukan :
Tabel 5. Pengukuran Kadar Debu di Berbagi Lokasi
No Lokasi Satuan Hasil Nilai Ambang
Batas
1. Area Cetak I Mgr/m3 0,440 10
2. Area Cetak Mgr/m3 0,479 10
3. Area Ponz Mgr/m3 0,199 10
(38)
commit to user
4. Area Lipat Mgr/m3 0,168 10
5. Spesial Room Mgr/m3 0,315 10
Sumber : Hasil Pengukuran Balai Pelatihan dan Pengujian Hiperkes pada 13 Januari 2011
Penggunaan bahan-bahan kimia yang ada di perusahaan yang berupa solvent atau pelarut, yaitu berupa cairan toluene dan etil asetat. Toluene dan Etil asetat merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan mempunyai bau yang sangat menyengat. Sehingga tidak hanya berpotensi bahaya kebakaran, namun juga dapat mengganggu pernafasan tenaga kerja yang berada di tempat kerja tersebut. Menyadari akan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan telah melakukan berbagai upaya pengendalian yang berupa penggunaan sistem ventilasi (blower) dan kewajiban penggunaan APD berupa masker bagi karyawan.
Selain itu penggunaan tinta sebagai bahan baku untuk proses cetak juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit apabila mengalami kontak langsung dengan kulit, maka selain masker karyawan juga diwajibkan untuk memakai sarung tangan apabila melakukan proses pengadukan bahan.
c. Faktor Biologi
Faktor biologi yang merupakan faktor bahaya yang ada di perusahaan meliputi : bakteri, virus, microorganisme, serangga, tikus, dan binatang-binatang lain yang dianggap mengganggu dan dapat menimbulkan suatu penyakit.
(39)
commit to user d. Faktor Mental-Psikologis
Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya maupun atasan dengan bawahan merupakan faktor bahaya mental-psikologis yang perlu mendapat perhatian khusus karena dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas. Di P.T. Pura Barutama setiap sebulan sekali diadakan acara kumpul bersama atau yang biasa disebut
“anjangsana”. Untuk tempat pelaksanaan diadakan di rumah karyawan
secara bergilir. Hal ini bertujuan selain mengakrabkan antar karyawan maupun karyawan dengan atasan juga dapat mengenal keluarga dari karyawan tersebut.
D. Kesehatan Kerja
1. Personel
Untuk penanganan masalah kesehatan, perusahaan menyediakan dokter yang tersebar di setiap balai pengobatan. Dokter yang bekerja di balai pengobatan telah mengikuti pelatihan Hiperkes dan sudah memiliki sertifikat dari pelatihan tersebut. Di setiap balai pengobatan terdapat 1 dokter dan 4 tenaga paramedis. Apabila obat yang disediakan di balai pengobatan tidak memadai dan butuh pemeriksaan khusus yang tidak bisa dilakukan di balai pengobatan, maka dokter ataupun tenaga medis yang berjaga berkewajiban untuk membuatkan surat rujukan ke rumah sakit yang telah ditunjuk oleh manajemen.
(40)
commit to user 2. Pelayanan Kesehatan
a. Balai pengobatan
Dalam penyelenggaraannya P.T. Pura Barutama memiliki balai pengobatan yang terletak pada 3 kawasan, yaitu terletak pada Kawasan II, Kawasan IV, dan Kawasan V. Pada setiap kawasan tersebut terdapat satu dokter jaga yang bertugas pada hari Senin, Rabu, dan Jumat dengan jam kerja mulai dari pukul 07.30-11.30 WIB. Adapun dokter perusahaan tersebut telah memiliki sertifikat hyperkes. Selain itu juga terdapat paramedis yang tersebar di seluruh balai pengobatan tersebut, paramedis tersebut berjaga setiap hari selama jam kerja yaitu mulai pukul 07.30-15.30 WIB. Tenaga paramedis tersebut bertugas membantu dokter perusahaan.
Perusahaan menyediakan balai pengobatan untuk membantu para korban yang mengalami kesakitan yang masih dapat ditangani oleh dokter perusahaan untuk dilakukan tindakan pertolongan pertama pada kondisi gawat daruat. Balai pengobatan tidak hanya digunakan pada kondisi darurat saja, namun balai pengobatan merupakan sarana tempat berobat para karyawan sehari-hari.
b. Kotak P3K
Pada setiap unit P.T. Pura Barutama telah menyediakan kotak P3K. Kotak P3K tersebut diletakkan secara terpusat pada satu titik yang mudah dijangkau oleh karyawan di masing-masing bagian yakni di dekat pintu masuk, pintu keluar dan bagian tengah area produksi.
(41)
commit to user
Kotak P3K tersebut berisikan : kassa steril, perban dengan lebar 5 cm dan 10 cm, plester, kapas, kain segitiga, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, pinset, lampu senter, gelas untuk mencuci mata, kantong plastik bersih, Aquades, Iodin, alcohol 70 %, buku panduan P3K di tempat kerja, buku catatan, dan daftar isi kotak.
c. Pelatihan PPPK
Selain menyediakan kotak P3K, perusahaan juga menyediakan pelatihan tentang tindakan P3K setiap setahun sekali. Setiap karyawan baru, diberikan pelatihan tentang P3K meliputi cara pertolongan pertama pada korban luka, pendarahan, patah tulang, pingsan, cara pengangkatan korban, dan tata cara memberi informasi bila terjadi kecelakaan. Adanya pelatihan dijadwalkan oleh pihak trainer perusahaan dan dilaksanakan oleh ahli K3 perusahaan yang sebelumnya telah dilatih oleh petugas kesehatan.
d. Pemeriksaan kesehatan
P.T. Pura Barutama juga menyediakan pemeriksaan bagi tenaga kerja, meliputi :
1) Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan awal dilakukan sebelum tenaga kerja di tempatkan di tempat kerja. Pemeriksaan awal kesehatan yang dilakukan meliputi test urine, test darah, rontgen paru, dan test buta warna. Untuk pemeriksaan kesehatan awal, perusahaan bekerja sama dengan RS
(42)
commit to user
yang ditunjuk oleh managemen yaitu RS. Umum Daerah Kudus dan RS. Mardirahayu.
2) Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan pada tenaga kerja yang dilakukan minimal satu tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring status kesehatan karyawan yang ada. Semua karyawan yang bekerja di P.T. Pura Barutama telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu. Tenaga kerja diwajibkan memberikan surat hasil pemeriksaan kesehatan terhadap departemen HRD bagian kesehatan. Hal ini bertujuan apabila terdapat pekerja yang mengalami gejala penyakit akibat kerja dapat di pindahkan ke bagian lain atau jika perlu diberikan istirahat.
3) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan pada tenaga kerja yang bekerja di bagian yang mengandung potensi bahaya kesehatan, misalkan di bagian pengeringan yang menggunakan sinar UV. selain itu pemeriksaan khusus juga berlaku pada tenaga kerja di bagian umum yang menderita gangguan penglihatan misalnya : penggantian kaca mata bagi penderita Minus dan Silinder, sebagaimana yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
(43)
commit to user e. Rumah sakit rujukan
Selain memiliki balai pengobatan PT. Pura juga bekerja sama dengan rumah sakit yang ada di kota Kudus sebagai rujukan apabila fasilitas di balai pengobatan tidak memadai. Adapun rumah sakit tersebut, antara lain : Rumah Sakit Mardi Rahayu, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus, Rumah Sakit Islam (YAKKIS) dan Rumah Sakit Kartika, Selain di Kabupaten Kudus, PT Pura Barutama juga menyediakan fasilitas rujukan ke RS. Karyadi Semarang, Rumah Sakit Elizabeth dan Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
f. Jamsostek
Perusahaan menyediakan asuransi bagi karyawan. Setiap karyawan telah didaftarkan untuk mengikuti Jamsostek. Program jamsostek meliputi Jaminan Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT). Untuk Jaminan Kecelakaan Kerja hanya berlaku bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada waktu berangkat kerja, beraktivitas di tempat kerja, dan saat pulang ke rumah melewati jalan yang wajar. Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) hanya berlaku bagi tenaga kerja saja, namun untuk Jaminan Kesehatan Kerja selain tenaga kerja sendiri, pelayanan ini juga diberikan kepada keluarga dari pekerja tersebut antara lain satu isteri dan tiga anak.
(44)
commit to user 3. Gizi Kerja
P.T. Pura Barutama belum mempunyai kantin khusus bagi tenaga kerjanya. Akan tetapi tiap karyawan diberi uang makan sebagai pengganti. Selain itu juga diberikan tambahan berupa susu sachet khususnya pada operator. Khusus untuk shift malam, operator diberi tambahan makanan berupa pudding.
E. Keselamatan Kerja
1. Keselamatan Kerja Boiler
Di P.T. Pura Barutama menggunakan boiler sebagai pembantu dalam proses produksi. Penggunaan boiler yang tidak sesuai persyaratan akan menimbulkan kerugian berupa peledakan. Untuk mencegah terjadinya peledakan maka P.T. Pura Barutama telah melakukan berbagai upaya antara lain :
a. Melaksanakan instruksi kerja pengoperasian boiler dengan benar b. Mengeluarkan surat izin keselamatan kerja (safety permit) saat
pembersihan tangki boiler.
c. Melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala terhadap suhu dan tekanan.
d. Menyediakan alat-alat pemadam kebakaran seperti : APAR, hydrant, dan tujuh mobil pemadam kebakaran.
(45)
commit to user 2. Keselamatan Kerja Bahan Kimia
Dalam proses produksi di pabrik banyak menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya, seperti toluene, melamin, etil asetat, tinta, dan lain sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan keracunan apabila tertelan dan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah penyediaan dan sosialisasi MSDS, pemasangan rambu-rambu tanda bahan kimia berbahaya, serta mewajibkan pemakaian APD berupa masker dan safety gloves.
3. Komunikasi Keselamatan dan kesehatan Kerja
Banyak tenaga kerja yang belum mengerti tentang keselamatan dan kesehatan kerja padahal kecelakaan yang sering terjadi ditimbulkan oleh pekerja itu sendiri. Untuk meminimalisir peristiwa tersebut maka diperlukan peran managemen untuk mengkomunikasikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Komunikasi K3 dapat berupa :
a. Pemasangan poster atau spanduk K3
Pemasangan poster atau spanduk K3 di tempat kerja merupakan suatu media yang komunikatif. Poster atau spanduk ini berisi himbauan atau pesan untuk bekerja aman dan selamat. Di P.T. Pura Barutama telah terpasang berbagai macam poster dan spanduk. Dengan adanya poster dan spanduk diharapkan para pekerja selalu waspada terhadap bahaya serta dapat berhati-hati dalam melakukan pekerjaan. Poster dan spanduk yang terpasang juga selalu ditinjau keadaan fisiknya dan
(46)
commit to user
apabila kondisinya sudah kotor, rusak atau tidak layak maka akan segera diganti.
b. Induksi K3
Setiap pekerja baru, tamu, kontraktor, pelanggan maupun pemasok yang akan memasuki wilayah P.T. Pura Barutama akan diberikan induksi tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja oleh pihak sekretaris K3 unit. Kegiatan ini dilaksanakan agar mereka mengerti tentang bahaya yang ada di perusahaan sehingga mereka mengetahui cara aman agar terhindar dari bahaya tersebut. Setelah mereka mengerti akan peraturan tersebut, barulah mereka diberikan alat pelindung diri sesuai dengan tempat yang akan mereka kunjungi. 4. Ijin Kerja
Adalah suatu izin kerja yang diberikan pada tenaga kerja pada suatu tempat khusus yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi sehingga membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai skill khusus dan membutuhkan peralatan dan standar khusus.
P.T. Pura Barutama menetapkan empat jenis pekerjaan yang digolongkan pekerjaan yang beresiko tinggi, antara lain area mudah terbakar, bertegangan tinggi, bekerja di ketinggian, dan bekerja di area terbatas (kadar oksigen kurang).
Sebagai penaggungjawab pelaksanaan surat ijin keselamatan kerja
(Safety permit) sebagai berikut :
(47)
commit to user
pengamanan keselamatan operasional dan kebersihan area kerja. b. Pimpinan unit kerja pelaksana pekerjaan bertanggung jawab terhadap
pengamanan keselamatan pelaksanaan dan kebersihan area kerja. Penandatanganan ijin kerja (Safety Permit) dilakukan oleh manager teknik yang bersangkutan.
5. Inspeksi Keselamatan Kerja
Inspeksi Keselamatan kerja bertujuan unruk mencari dan menganalisa sumber yang berpotensi sebagai penyebab kecelakaan baik yang ditimbulkan oleh kondisi dari instalasi maupun pelaksanaan kerja yang tidak standar, sehingga dapat diambil langkah awal dalam pengendaliannya.
Adapun jenis inspeksi keselamatan kerja yang diterapkan di P.T. Pura Barutama adalah
a. Periodical inspection
Merupakan inspeksi berkala, yang mencakup semua aspek sesuai lokasi yang dijadwalkan
b. Intermitten inspections
Inspeksi ini dilakukan setiap saat, serta pemilihan lokasi yang tidak dijadwalkan.
c. Routine inspections
(48)
commit to user
d. Special inspections
Inspeksi ini dilakukan pada saat tertentu, misalkan pada saat konstruksi baru, instalasi yang akan digunakan ataupun setelah kejadian.
e. Critical items inspections
Merupakan inspeksi instalasi kritis yang dapat berakibat masalah atau kerusakan besar misalkan mesin, peralatan, proses dan lain-lain.
6. Investigasi kecelakaan
Kegiatan investigasi dilakukan setiap terjadi kecelakaan (accident). Kegiatan investigasi bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya
accident. Investigasi dilakukan paling lama 2 x 24 jam dan pelaporannya
dilakukan setelah terjadi accident. Pelaksanaan investigasi dilakukan oleh ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
7. APD
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi tubuh secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya. Namun alat pelindung diri akan dapat mengurangi tingkat keparahan dari suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Syarat alat pelindung diri adalah:
(49)
commit to user
terhadap jenis bahaya yang dihadapi oleh karyawan.
b. Konstruksi dan kemampuannya harus memenuhi standar yang berlaku. c. Efisien, ringan dan nyaman dipakai.
d. Tidak mengganggu gerakan-gerakan yang diperlukan. e. Tahan lama dan pemeliharaannya mudah.
Kelemahan-kelemahan Penggunaan Alat Pelindung Diri : a. Tidak enak dipakai atau kurang nyaman.
b. Sangat sensitif terhadap perubahan waktu. c. Mempunyai masa kerja tertentu.
d. Dapat menularkan penyakit apabila digunakan secara bergantian. Alat pelindung diri yang diwajibkan di P.T. Pura Barutama adalah sebagai berikut :
a. Pelindung Kepala
Untuk melindungi kepala terhadap benturan kemungkinan tertimpa benda-benda yang jatuh, melindungi bagian kepala dari kejutan listrik ataupun terhadap kemungkinan terkena bahan kimia yang berbahaya. Jenis-jenis alat pelindung kepala yang digunakan di P.T. Pura Barutama terdiri dari :
(1) Safety helmet berbahan plastik. Digunakan untuk melindungi
kepala dari kejatuhan barang, safety helmet berbahan plastik banyak digunakan di unit bangunan.
(2) Kerudung Kepala (Hood ) Digunakan untuk melindungi produk agar tetap bersih dan tidak terkontaminasi dengan rambut serta
(50)
commit to user
melindungi seluruh kepala terhadap kotoran debu yang berasal dari debu ataupun bahan lainnya yang dapat membahayakan maupun yang dapat mengganggu kesehatan karyawan.
b. Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata terhadap benda yang melayang, percikan api, bahan kimia dan cahaya yang menyilaukan. Pelindung mata yang diberikan pada pekerja berupa
safety goggles yang dipakai pada saat melakukan pekerjaan mengelas
dan daerah berdebu maupun untuk perbaikan pada alat lain yang mengandung bahan kimia yang berbahaya.
c. Pelindung Telinga
Pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga terhadap kebisingan dimana bila alat tersebut tidak dipergunakan dapat menurunkan daya pendengaran dan ketulian yang bersifat tetap. Pelindung telinga yang diberikan adalah ear plug dan ear muff yang dipakai di daerah yang memiliki intensitas kebisingan yang tinggi. d. Pelindung Pernapasan
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari berbagai gangguan yang dapat membahayakan karyawan. Masker yang diberikan berbeda sesuai dengan faktor bahaya yang ada di lingkungan kerjanya. P.T. Pura Barutama menggunakan masker jenis :
(51)
commit to user (1) Masker kain
Dipakai di tempat kerja dimana terdapat debu pada ukuran lebih 10 mikron.
(a) Masker dengan filter untuk debu
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan dapat menyaring debu pada ukuran rata-rata 0,6 mikron sebanyak 98%. Di pakai pada saat memasuki area yang berdebu.
(b) Masker dan filter untuk debu dan gas
Digunakan untuk melindungi hidung dan mulut dari debu dan gas asam, uap solvent, fumes, asap dan kabut. Di pakai pada saat memasuki area berdebu dan mengandung gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan.
e. Pakaian Kerja
Pakaian kerja yang dipakai di P.T. Pura Barutama adalah jenis apron kain yang berfungsi agar produk tetap bersih selain itu pakaian jenis apron ini juga berfungsi untuk keamanan.
f. Pelindung Kaki
Pelindung kaki yang diberikan adalah safety shoes yang terbuat dari karet. Pelindung kaki ini hanya digunakan di area kerja, setelah selesai bekerja maka sepatu tersebut disimpan lagi pada tempatnya. g. Sarung Tangan
(52)
commit to user
yang dipergunakan saat memperbaiki mesin. Dan sarung tangan kain yang digunakan pada saat pengadukan bahan.
h. Sabuk Pengaman (safety belt)
Sabuk pengaman diberikan pada pekerja yang melakukan pekerjaan di atas ketinggian untuk mencegah terjadinya bahaya terjatuh.
8. Sarana pemadam kebakaran a. Mobil Pemadam Kebakaran
Untuk mengendalikan potensi bahaya kebakaran, maka PT. Pura memiliki sarana pemadam kebakaran, yaitu sebagai berikut :
1) Mobil Pemadam Kebakaran
P.T. Pura Barutama memiliki 7 buah kendaraan pemadam kebakaran
a) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi K 1980 HB kapasitas 3500 liter air.
b) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi K 1976 JB kapasitas 22000 liter air.
c) Kendaraan jenis Cold Diesel dengan nomor polisi K 1974 JB kapasitas 3000 liter air.
d) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi K 1956 HB kapasitas 3500 liter air.
e) Kendaraan jenis Bill Up dengan nomor polisi B 9693 NU kapasitas 11000 liter air.
(53)
commit to user
f) Kendaraan jenis Truck dengan nomor polisi K 1973 JB kapasitas 4000 liter air.
g) Kendaraan jenis Truck dengan nomor polisi K 1959 HB kapasitas 5000 liter air.
b. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Alat pemadam api ringan merupakan alat pemadam yang digunakan untuk memadamkan api ketika masih dalam skala kecil. Kalasifikasi penggunaan APAR harus disesuaikan dengan asal penyebab kebakaran. Misalkan kebakaran pada mesin produksi, APAR yang digunakan tidak boleh berasal dari dry chemical karena
dry chemical bersifat korosif terhadap logam. APAR yang sesuai
yakni AF-11 yang dapat memadamkan api tanpa merusak mesin (tidak bersifat korosif) serta penggunaannya yang tidak meninggalkan bekas dan bersih. Di P.T. Pura Barutama telah memiliki 1537 APAR dari berbagai jenis. Rincian jenis APAR yang dimiliki antara lain :
1) Jenis Dry Chemical Powder berjumlah 1025 buah. 2) Jenis CO2 berjumlah 9 buah.
3) Jenis AF berjumlah 428 buah. 4) Jenis foam berjumlah 11 buah.
APAR tersebut diletakkan di seluruh area P.T. Pura Barutama dengan jarak 15 meter antar APAR. Namun untuk area yang mengandung potensi bahaya kebakaran tinggi misalkan pada area gudang solvent maka APAR diletakkan dengan jarak kurang dari 15
(54)
commit to user
meter. Tinggi peletakan APAR juga sudah diatur yakni 125 cm dari lantai, sehingga mudah dijangkau oleh para pekerja dengan tinggi badan yang berbeda-beda. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh pihak ketiga yakni oleh suplayer APAR dan diawasi oleh pihak dari P.T. Pura Barutama.
c. Hydrant
Hydrant yang dimiliki oleh P.T. Pura Barutama berjumlah 8 unit, dengan jumlah titik kran sebanyak 92 titik. Sedangkan untuk persediaan air dibagi menjadi 2 bagian, antara lain air tandon dengan kapasitas air 10 m3 dan dari air kolam dengan jumlah kapasitas total sebesar 4.221 m3. Adapun pada air tandon hanya terletak pada Unit Keuangan dengan sumber air berasal dari sumur langsung. Sedangkan untuk air kolam dibagi menjadi beberapa titik kolam, antara lain :
a) PM 7 dan PM 8, kapasitas kolam sebesar 50 m3 dengan pengambilan air berasal dari kolam UPL.
b) Power Plant, kapasitas kolam sebesar 1000 m3 dengan pengambilan air berasal dari kolam RW.
c) TSS dan Indostamping kapasitas kolam sebesar 2.656 m3 dengan pengambilan air berasal dari kolam pengaman PM 10, kapasitas kolam sebesar 96 m3 dengan pengambilan air berasal dari tandon produksi.
(55)
commit to user
d. Fire Alarm
Fire alarm bekerja secara otomatis, fire alarm akan berbunyi
ketika smoke detector maupun heat detector menangkap adanya
smoke maupun heat di ruangan atau area kerja. Di P.T. Pura Barutama
pemasangan fire alarm diletakkan pada gedung atau perkantoran non produksi. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi dipastikan mengandung panas dari proses percetakan jadi tidak memungkinkan untuk dipasang heat dan smoke detector. Apabila terdengar suara dari
fire alarm tenaga kerja yang bekerja di dalam ruangan berhak untuk
menghentikan pekerjaannya dan bergegas menuju ke tempat yang aman. Dengan adanya fire alarm yang bekerja secara otomatis, sangat membantu personel pemadam kebakaran karena kebakaran dapat diketahui secepatnya sebelum api membesar.
9. Prosedur Tanggap Darurat
Yang dimaksud dengan keadaan darurat merupakan suatu kejadian yang tidak diduga-duga dan tidak dapat dipastikan kapan akan terjadinya suatu kejadian. PT Pura Barutama telah mempersiapkan prosedur tanggap darurat untuk kejadian kebakaran, karena potensi terjadinya kebakaran di perusahaan ini tergolong cukup besar. Kebakaran merupakan peristiwa yang dapat menimbulkan banyak kerugian berupa hilangnya nyawa, kerusakan fasilitas perusahaan, dan kerugian besar lainnya termasuk kurangnya kepercayaan dari masyarakat. Untuk mencegah atau meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan maka perlu kerjasama dari
(56)
commit to user
berbagai pihak mulai dari karyawan level bawah sampai managemen level atas. Selain itu perusahaan juga telah menyiapkan personil yang terdiri dari 4-5 orang di setiap shift.
Untuk mendukung prosedur tanggap darurat maka P.T. Pura Barutama memberikan fasilitas tanggap darurat antara lain :
a) Pos Darurat (emergency post)
Suatu tempat bangunan tertentu yang dipilih dan dianggap aman yang tidak akan terpengaruh oleh kedaan darurat dan di tempat ini juga penanggung jawab dan pimpinan penanggulangan kondisi darurat memberikan komando-komandonya.
b) Tempat berkumpul sementara (assembly point)
Tempat berkumpul sementara merupakan tempat yang digunakan karyawan untuk berkumpul sementara saat kondisi darurat. Tempat berkumpul sementara harus dapat menampung semua korban dan tempatnya harus aman dari lokasi bencana.
c) Sirene Darurat
Merupakan bunyi atau tanda terjadinya keadaan darurat. Karyawan diwajibkan meninggalkan area kerja dan segera menuju ke tempat berkumpul sementara apabila mendengar suara sirine darurat.
d) Eye Wash Fountain
Digunakan untuk mencuci mata yang terkena bahan kimia berbahaya, sementara ini fasilitas Eye Wash hanya terdapat di beberapa unit saja.
(57)
commit to user e) Ambulans
Fasilitas ambulans digunakan untuk mengevakuasi karyawan yang menjadi korban pada saat kejadian darurat. Perusahaan telah menyediakan 2 mobil ambulans untuk seluruh unit. Untuk jalur evakuasi dapat dilihat pada lampiran16
F. Ergonomi
1. Sistem Kerja
Berdasarkan waktu kerja, sistem kerja karyawan dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Bagian staff dan administrasi kantor
Karyawan yang bekerja di bagian staff dan administrasi kantor, memperoleh ketentuan waktu kerja sebagai berikut:
1) Senin s/d kamis : 07.30 - 15.30 WIB Istirahat : 11.30 - 12.30 WIB
2) Jum’at : 07.30 - 16.00 WIB
Istirahat : 11.30 - 13.00 WIB 3) Sabtu : 07.30 - 12.30 WIB Untuk hari Sabtu tidak ada waktu istirahat.
b. Waktu Kerja Bergilir Bagian Produksi, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Shift pertama (pagi) berlaku waktu kerja : 06.30-14.30 WIB 2) Shift kedua (siang) berlaku waktu kerja : 14.30-22.30 WIB
(58)
commit to user
3) Shift ketiga (malam) berlaku waktu kerja : 22.30-06.30 WIB 2. Sikap Kerja
Sikap kerja yang dilakukan karyawan dalam melaksanakan tugasnya adalah dengan sikap kerja duduk, berdiri, bergerak, atau berpindah tempat, berada di ketinggian, mengangkat dan mengangkut sesuai dengan keperluan dari masing–masing pekerjaan tenaga kerja itu sendiri
3. Alat Angkat dan Angkut
Alat angkat dan angkut digunakan sebagai alat bantu dalam transportasi, alat tersebut berupa : forklift, hand pallet, dan lift barang. Alat angkat angkut digunakan diarea dalam dan luar pabrik untuk mengangkut bahan baku dan produk. Operator yang bertugas menjalankan pesawat angkat dan angkut telah mendapatkan surat ijin operasi dan sudah mengikuti pelatihan sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1985 pasal 4.
G. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
P.T. Pura Barutama merupakan produsen Paper Making, Paper
Converting, Printing-Packaging, Holography, Enggenering, Total Security
System, dan Smart Tecnology. Penyediaan barang yang berkualitas sesuai
permintaan pelanggan dilakukan melalui proses produksi dengan menerapkan sistem manajemen mutu yang ramah lingkungan dan berbudaya K3 serta penyempurnaan secara bertahap dan berkesinambungan.
Untuk mendukung tekad tersebut, manajemen berupaya memenuhi standar mutu yang diterapkan, serta harus memenuhi persyaratan ketentuan
(59)
commit to user
dan norma-norma K3 serta peraturan perundangan yang ada. Seluruh karyawan bertanggung jawab dan mengambil peran dalam upaya meningkatkan keterampilan, kedisiplinan untuk mengembangkan produk dan jasa yang berkualitas. Pentaatan terhadap peraturan lingkungan dan ketentuan K3 serta menjunjung tinggi integritas merupakan hal yang terus dilakukan di P.T. Pura Barutama.
1. Kebijakan Manajemen K3
Kebijakan Manajemen K3 di P.T. Pura Barutama adalah sebagai berikut : Bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kelancaran dan proses produksi. Oleh karena itu semua pekerjaan yang berada di lingkungan kerja maupun berada di luar lingkungan kerja harus memahami dan aktif ikut serta dalam segala kegiatan yang berwawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kami selaku Pimpinan bertanggung jawab atas pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan perusahaan Pura Group dan untuk ini perusahaan akan melaksanakan :
a. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menciptakan mekanisme serta prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di setiap lini bidang pekerjaan, b. Komitmen managemen yang sadar akan pentingnya
memasyarakatkan dan memperlihatkan Kinerja Kesehatan dan keselamatan Kerja.
(60)
commit to user
c. Perencanaan di dalam merancang dan membangun kegiatan kegiatan usaha, perusahaan selalu berorientasi kepada Kesehatan dan Keselamatan kerja.
d. Peningkatan kualitas Sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terutama di dalam memotivasi tanggung jawab individu di dalam pelaksanaan tugas sehari-hari atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
e. Pembinaan hubungan kerja sama, bersama instansi lain di dalam melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f. Penyelesaian semua masalah yang ditimbulkan dan menciptakan cara-cara penanganan yang efektif terhadap kemungkinan timbulnya bahaya di masing-masing tempat kerja.
g. Kepastian bahwa kebijakan dan Komitmen ini dilaksanakan melalui pelaksanaan menyeluruh atas kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di seluruh unit kerja dan mensosialisasikan kepada rekanan, pelanggan serta tamu yang berhubungan dengan perusahaan.
Mengingat Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan tugas kita bersama (baik pekerja, pengusaha maupun pemerintah). Maka perlu dibudayakan agar tercipta iklim kerja yang kondusif demi tercapainya efisiensi dan Produktivitas Nasional.
2. Organisasi K3
Agar pelaksanaan K3 di perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat menciptakan kondisi yang sehat dan selamat, maka perlu dibentuk
(61)
commit to user
organisasi K3 di dalam struktur organisasi perusahaan. Organisasi K3 harus bertanggung jawab kepada managemen atas penerapan dan pengembangan K3 di perusahaan.
Pembentukan organisasi K3 secara fungsional akan memudahkan koordinasi dan kontrol terhadap bahaya yang timbul pada unit kerja dan dapat memberikan pengaruh kepada pimpinan serta karyawan di unit kerja masing-masing sehingga pengendalian kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan, kebakaran, dan insiden lainnya dapat dikendalikan. Organisasi K3 dibentuk sebagai organisasi struktural.
Organisasi K3 Struktural dibentuk agar dapat menjamin penerapan K3 di P.T. Pura Barutama sesuai dengan Undang-undang No. 01 tahun 1970. Penerapan K3 diharapkan dapat menimbulkan kondisi yang aman, nyaman dan produktif.
Adapun tugas dan fungsi P2K3 adalah sebagai berikut :
Tugas : Sebagai suatu badan pertimbangan di tempat kerja untuk memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak oleh atau kepada pengusaha atau pimpinan mengenai masalah–masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Fungsi :
1) Menghimpun dan mengolah data-data dan permasalahan keselamatan dan kesehatan Kerja.
2) Menegakkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja tentang :
(62)
commit to user
menimbulkan gangguan K3 dan penanggulangannya.
b) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja karena gangguan K3
c) Penggunaan alat pelindung diri
d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Struktur organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja P.T. Pura Barutama sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur organisasi P2K3 P.T. Pura Barutama. (Sumber : Departemen HR_GA, 2011)
Tugas dan Tanggung Jawab: a) Ketua P2K3
(1) Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk anggota untuk Ketua P2K3
Wakil Ketua P2K3
Sekretaris P2K3
Seksi Pelatihan
Seksi Kebakaran
Seksi Inspeksi
(63)
commit to user memimpinnya.
(2) Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program-program P2K3.
(3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaan kepada kantor setempat melalui pimpinan perusahaan.
(4) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di perusahaan.
(5) Melaporkan kegiatan P2K3 ke mentri tenaga kerja melalui dinas Tenaga Kerja setempat sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
b)Wakil Ketua P2K3
Melaksanakan tugas ketua apabila ketua berhalangan. c) Sekretaris P2K3
(1) Administrasi
(a)Mempersiapkan rapat regular/bulanan P2K3 (b)Menyusun notulen rapat P2K3
(c)Menghimpun semua agenda dan hasil keputusan rapat
(d)Menyebarkan notulen rapat, laporan, dan informasi K3 kepada anggota P2K3
(e)Menegaskan dan mengklarifikasi hasil keputusan rapat yang telah dicapai.
(f)Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan oleh tim-tim kerja demi suksesnya program K3.
(64)
commit to user
action dan unsafe condition di tempat kerja.
(2) Pengendali Dokumen
(a)Memelihara dan mengendalikan seluruh dokumen dan data yang berhubungan dengan persyaratan P2K3.
(b)Melakukan identifikasi seluruh dokumen dan data sesuai status revisi terakhir untuk ditinjau dan disetujui oleh personel yang berwenang sebelum diterbitkan.
(c)Mengadakan perubahan dan modifikasi dokumen dan data yang dianggap perlu direvisi.
(d)Menetapkan dan memelihara prosedur terdokumen untuk identifikasi, koleksi, pengindeksan, akses, pengarsipan, penyimpanan, pemeliharaan dan pemusnahan rekaman mutu pasif. d)Anggota P2K3
(1) Menghadiri rapat-rapat P2K3
(2) Memberikan kontribusi, masukan, saran, dan usulan dalam rapat P2K3 (3) Menghimpun dan mendapatkan informasi apabila ditugaskan ketua
P2K3 atau ditugaskan oleh rapat P2K3.
(4) Mengkaji masalah K3 yang ada di tempat kerja.
(5) Mempelajari usul dan saran karyawan untuk dibawa dalam rapat P2K3.
(6) Mengkomunikasikan hasil rapat P2K3 di unit kerja masing-masing. (7) Membantu melakukan inspeksi K3 dan investigasi kecelakaan kerja (8) Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan
(65)
commit to user tim kerja masing-masing.
(9) Melaporkan kepada ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.
3. Audit SMK3
Audit SMK3 merupakan sistem penilaian program dan kinerja K3 yang ada di perusahaan. Sasaran utama dari audit SMK3 adalah Manajemen Audit dan physical audit. Manajemen audit merupakan penilaian terhadap pelaksanaan program-program K3 yang ada di perusahaan. Sedangkan physical audit merupakan penilaian terhadap perangkat keras di setiap area kerja, termasuk penilaian fisik tempat kerja. Tujuan dari audit SMK3 yaitu untuk menilai dan mengidentifikasi secara kritis dan sistematis terhadap semua sumber bahaya potensial, mengukur, dan memastikan secara obyektif pekerjaan yang berjalan sesuai dengan standar, menyusun rencana koreksi untuk menentukan langkah dan cara untuk mengatasi sumber bahaya potensial. Pelaksanaan Audit K3 adalah audit intern yang dilakukan setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh Tim P2K3 dan audit ekstern yang dilakukan setiap 3 tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan oleh SUCOFINDO.
H. Lingkungan
1. Lingkungan
Dalam kaitannya dengan lingkungan P.T. Pura Barutama melakukan beberapa kegiatan berupa penghijauan melalui penanaman 1000 pohon,
(66)
commit to user
penyediaan air bersih yang bekerjasama dengan pihak PDAM , budidaya karang (coral) di daerah pantai jepara, dan pembudidayaan tanaman jarak serta pemanfaatnya sebagai biogas.
2. Pengolahan Limbah
P.T. Pura Barutama merupakan perusahaan yang menghasilkan berbagai kemasan produk kebutuhan sehari-hari. Pada proses produksinya banyak menggunakan berbagai macam bahan kimia. bahan kimia terdiri dari solvent, tinta, dan lainnya. Dari masing-masing unit produksi tersebut menghasilkan berbagai macam limbah yaitu limbah cair, padat, dan gas. Sebelum dibuang ke lingkungan limbah tersebut telah diolah terlebih dahulu.
Untuk menghindari pencemaran lingkungan, maka P.T. Pura Barutama melakukan pengolahan limbah yang secara ringkas dijelaskan sebagai berikut :
a. Limbah Cair
P.T. Pura Barutama memiliki instalasi pengolahan limbah cair dengan sistem WWT (Waste Water Treatment). Instalasi tersebut terletak pada kawasan tersendiri yang disediakan secara khusus untuk menampung dan mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh setiap unit dari P.T. Pura Barutama. Limbah cair tersebut dialirkan melalui pipa-pipa saluran bawah tanah untuk dialirkan ke instalasi limbah.
Adapun limbah-limbah tersebut diolah terlebih dahulu sebelum pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
(67)
commit to user b. Limbah Padat
Buangan padat yang ada sebagian besar berasal dari potongan kertas sisa dari unit Offset. Selain kertas potongan maupun produk gagal, limbah padat dapat berupa mesin-mesin tua, dan pallet kayu yang rusak.
Pengolahan buangan padat :
1) Penggunaan kembali untuk proses produksi internal 2) Ditampung sementara di area yang telah disediakan 3) Dijual pada pihak ketiga (lelang)
Sedangkan limbah padat yang berupa sampah dibuang ke TPA. Sedangkan limbah yang berupa B3 diserahkan ke pihak ketiga yaitu badan yang telah ditunjuk oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
c. Limbah Gas
Limbah buangan yang dihasilkan di P.T. Pura Barutama unit
(68)
commit to user
57 BAB IV PEMBAHASAN
A. Higene Perusahaan
1. Pengertian potensi bahaya
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja P.T. Pura Barutama yaitu:
a. Terjepit
Bahaya terjepit sering terjadi pada saat penggantian atau pemeriksaan roll atau peralatan berputar lainnya. Upaya pengendalian yang telah dilakukan yaitu dengan memasang cover pengaman dan peringatan serta tanda bahaya pada semua peralatan berputar. Upaya pengendalian yang dilakukan P.T. Pura Barutama telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 Pasal 3 sub r yang berisi
“Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi” (Yanri, 2005). b. Terpercik
Bahaya terpercik cairan B3 khususnya solvent dan tinta juga sering terjadi pada proses produksi. Apabila tenaga kerja terpercik cairan B3 secara terus-menerus maka dapat menimbulkan iritasi. Upaya yang telah dilakukan perusahaan yakni menyediakan alat pelindung
(69)
commit to user
diri, sosialisasi MSDS dan pelatihan khusus bagi karyawan yang berhubungan langsung dengan bahan kimia. Upaya yang telah dilakukan di P.T. Pura Barutama telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 tahun 1970 pasal 3 sub f tentang memberi alat-alat pelindung diri kepada para pekerja dan pasal 9 ayat 3 yang berisi Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja (Departemen Tenaga kerja RI, 1997).
c. Tertimpa
Pada area gudang berpotensi tertimpa kertas atau bahan. Untuk meminimalisir potensi bahaya tersebut di P.T. Pura Barutama telah melakukan upaya pencegahan berupa pemberian batas ketinggian penumpukan barang yakni 1,5 m sebagai zona daerah bahaya dan larangan beristirahat di area gudang serta kewajiban untuk memakai helm pengaman. Upaya yang telah dilakukan tersebut telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 pasal 12 yang berisi kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan (Departemen Tenaga kerja RI, 1997).
2. Faktor Bahaya
Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat kerja. Faktor bahaya yang terdapat di lingkungan kerja P.T. Pura Barutama adalah :
(1)
commit to user
Permenakertrans RI No: Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Pasal 2.
3) Pelatihan P3K bagi tenaga kerja baru serta simulasi yang dilaksanakan setiap setahun sekali telah sesuai dengan Permenaker No.3/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Pasal 2 sub h tentang Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja.
4) Adanya pemeriksaan kesehatan tenaga kerja awal, berkala, dan khusus. Hal ini sudah sesuai dengan Permenaker RI No. Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja, Pasal 2, 3, dan 5.
5) Penyediaan rumah sakit rujukan di daerah Kudus dan Semarang. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker RI No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan tenaga Kerja Pasal 4.
6) Adanya jaminan sosial bagi tenaga kerja. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang No.03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
c. Gizi Kerja
Di P.T. Pura Barutama belum menyediakan fasilitas kantin. Karyawan hanya memperoleh uang makan sebagai pengganti. Hal ini belum sesuai dengan Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja dan S.E menakertrans No.SE.01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
(2)
commit to user
5. Penerapan Keselamatan Kerja di P.T. Pura Barutama, meliputi :
a. Keselamatan kerja bidang boiler, upaya yang dilakukan perusahaan dalam mencegah timbulnya ledakan dari boiler telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 sub c.
b. Keselamatan bahan kimia, upaya yang telah dilakukan perusahaan dengan
memberikan APD secara cuma-cuma telah sesuai dengan Undang-undang No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 sub c.
c. Pengadaan komunikasi K3 meliputi pemasangan poster dan spanduk yang berisi himbauan tentang K3 telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 pasal 14 poin b. Dan untuk pemberian induksi terhadap tamu serta pengunjung telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 9 ayat 1.
d. Pemberlakuan ijin kerja telah sesuai dengan Permenaker No.
05/MEN/1966 tentang SMK3 pada lampiran 2 bagian 6 dan penerapan inspeksi K3 yang dilakukan sudah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 pasal 4 ayat 1 poin d.
e. Pelaksanaan investigasi sudah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 11 ayat 1 dan Penyediaan APD secara cuma-cuma telah sesuai dengan Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 14 sub c.
f. Penyediaan sarana pemadam kebakaran telah sesuai dengan Permenaker No.Per.02/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan
(3)
commit to user
Alat Pemadam Api Ringan dan untuk penyediaan fire alarm otomatis telah sesuai dengan Permenaker No.Per.02/MEN/1983 tentang instalasi alarm kebakaran automatik.
g. Adanya prosedur tanggap darurat telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja.
6. Penerapan Ergonomi di tempat kerja sudah baik, penerapan ergonomi
meliputi sistem kerja, sikap kerja dan alat angkat-angkut telah sesuai dengan Undang-Undang No. 01 tahun1970 pasal 3 ayat 1 sub (m) yang menyatakan bahwa salah satu syarat-syarat tenaga keselamatan kerja adalah untuk memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya dan Permenaker No. Per 01/MEN/1989 tentang klasifikasi dan syarat-syarat operator keran angkat.
7. Penerapan sistem manajemen K3 di PT Pura Barutama meliputi adanya kebijakan K3, struktur organisasi K3, dan pelaksanaan audit SMK3. Secara keseluruhan penerapan SMK 3 sudah berjalan baik. Dan sudah sesuai dengan Permenaker No.Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8. Pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan yakni pengolahan air limbah dengan sistem WWT , pembuangan limbah padat dengan sistem lelang, dan pembuangan limbah B3 ke badan yang ditunjuk oleh kementerian lingkungan hidup telah sesuai dengan UU No. 01 Tahun 1970 tentang
(4)
commit to user
Keselamatan Kerja yang mana disebutkan perlunya dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. P.T. Pura Barutama belum memiliki safety departemen, mengingat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah pekerjaan yang penting dan merupakan pekerjaan pokok alangkah lebih baik jika dibentuk safety department agar pelaksanaan K3 lebih optimal.
2. Pada bagian cetak, potong putihan, finishing diketahui intensitas
peneranganya tidak sesuai menurut PMP No. 07 tahun 1964 maka sebaiknya diberikan tambahan lampu sebagai tindakan darurat apabila penerangan alami tidak maksimal, hal ini bertujuan agar pekerja terhindar dari penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
3. Suhu di bagian tinta, varnish, lipat, laminasi, dan finishing diketahui melebihi NAB yaitu 300C maka sebaiknya diberikan tambahan AC (Air Conditioner)
atau local exhaust fan agar udara sekitar tidak terlalu panas dan untuk pekerja diberikan pakaian kerja yang berbahan cotton atau bahan lainnya yang dapat menyerap keringat selain itu perlu disediakan air minum yang diletakkan di dekat pekerja, sehingga kelelahan kerja akibat faktor lingkungan dapat diminimalisasikan.
(5)
commit to user
4. Perlu didirikan kantin untuk mempermudah pemantauan asupan gizi
karyawan. Kantin sebaiknya menyediakan berbagai masakan (empat sehat lima sempurna) dengan fasilitas meliputi tempat cuci tangan, lantai, tempat pencucian piring harus bersih dan intensitas penerangan serta suhu harus sesuai, sehingga kantin tidak hanya berfungsi sebagai tempat makan namun juga sebagai tempat istirahat.
(6)
commit to user
Departemen Tenaga Kerja RI, 1997. Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Iqra Media. Pura Group, 2010. Perjanjian Kerja Bersama. Kudus
Ramli, S., 2009. Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Santoso, G., 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Suma’mur P.K., 1996. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Mas Agung.
, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Haji Mas Agung.
Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Yanri, Z., 2005. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Kesehatan Kerja. Jakarta : Lembaga OSHNET Indonesia.