26
Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang penggunaan penampung gas pada teknologi biogas diantaranya, tingkat pengetahuan peternak
tentang fungsi penampung, tingkat pengetahuan peternak tentang jenis plastik yang digunakan untuk penampung gas, tingkat pengetahuan peternak tentang
kapasitas penampung gas yang dapat digunakan dan tingkat pengetahuan peternak posisi penampung gas agar gas dapat mudah keluar ke kompor.
e. Penggunaan Kompor
Menurut Said 2007, bahwa kompor biogas dapat dibuat dari kompor LPG yang telah dimodifikasi, selain itu bisa juga dibuat dari kaleng bekas dengan
syarat yang sesuai sehingga menyerupai kompor. Prinsip kerja kompor biogas dapat mengeluarkan gas yang sesuai untuk kebutuhan pembakaran. Menurut
Irmawati et al. 2008, menjelaskan bahwa setiap instalasi biogas memerlukan kompor sebagai tempat keluarnya gas sehingga dapat digunakan untuk memasak.
Secara umum kompor yang digunakan oleh peternak yaitu kompor gas biasa. Kompor gas yang digunakan terlebih dahulu dimodifikasi agar cocok digunakan
untuk biogas. Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang penggunaan
kompor pada teknologi biogas diantaranya, tingkat pengetahuan peternak tentang fungsi kompor, tingkat pengetahuan peternak tentang jenis kompor yang cocok
digunakan untuk kompor biogas, tingkat pengatahuan peternak untuk memodifikasi kompor LPG.
f. Peternak Menggunakan Biogas untuk Keperluan Sehari-hari
Menggunakan biogas dapat memberikan keuntungan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, biogas dapat digunakan untuk memasak. Gas yang diperoleh
dari proses fermentasi mengandung gas metan dan mudah terbakar. Biogas dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak seperti minyak tanah dan gas
LPG. Gas yang telah ditampung kemudian disalurkan ke kompor. Ukuran penampung gas sebanyak 4-5 m
3
dapat digunakan untuk memasak untuk skala rumah tangga. Biogas juga dapat digunakan untuk menjalankan genset.
27
Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang intensitas penggunaan biogas untuk memasak sehari-hari diantaranya, tingkat pengetahuan
peternak tentang penggunaan teknologi biogas untuk mengolah feses ternak, tingkat penggunaan biogas untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
penggunaan biogas agar feses yang menumpuk di sekitar kandang.
g. Peternak Melakukan Pemeliharaan pada Instalasi Biogas
Keberlanjutan penggunaan teknologi biogas harus dilakukan dengan cara pemeliharaan secara rutin. Kerusakan pada tangki pengurai menjadi kendala yang
sering dihadapi oleh masyarakat. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga agar penampung gas dan digester terhindar dari benda-benda asing sehingga tidak
bocor. Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang pemeliharaan teknologi biogas diantaranya, pemeliharaan peternak pada digester, intensitas
pemeliharaan peternak pada penampung gas, pemeliharaan peternak pada kompor dan peternak menjaga agar saluran pada biogas tidak ada yang bocor.
Karasteristik Peternak Umur
Umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja. Menurut Soekartawi 1988, 71, bahwa makin muda petani biasanya mempunyai
semangat ingin tahu tentang apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun
sebenarnya masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Masyarakat yang masih muda memiliki kemampuan fisik lebih kuat untuk bekerja
dan lebih cepat dalam menerima inovasi baru dibandingkan dengan yang berumur tua. Mengenai keterampilan, masyarakat yang berumur tua biasanya lebih
terampil dalam mengelola usaha dibanding yang muda karena mereka lebih banyak memiliki pengalaman.
28
Pendidikan
Menurut Hamalik 1999, 2:3 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seorang petani dalam mengadopsi suatu teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka
dalam memahami suatu teknologi semakin mudah. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin luas pula pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Margono dalam Setiadin 2005
menyatakan bahwa pendidikan warga belajar akan mempengaruhi pemahaman seseorang dalam mempelajari sesuatu baik berupa keterampilan maupun
pengetahuan. Artinya hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar akan dapat membuatnya melihat hubungan yang nyata antara berbagai fenomena yang
dihadapi. Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan peternak. Akibat tidak mengetahui manfaat teknologi tersebut kebanyakan peternak atau petani tidak berani mengadopsi suatu
teknologi. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka semakin mudah dalam mencoba ide-ide baru.
Pendapatan
Pendapatan merupakan keutungan yang diperoleh petani atau peternak dari hasil usahanya. Pendapatan diperoleh setelah mengeluarkan semua biaya-biaya
yang digunakan selama usaha berlangsung. Kondisi sekarang ini pendapatan peternak sangat mempengaruhi pola hidup peternak, dimana tingkat kebutuhan
yang semakin meningkat namun pendapatan yang diperoleh tidak mengalami perubahan.
29
Pendapatan diukur dari penerimaan yang diterima peternak setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam proses kegiatan
peternakan. Keterbatasan dana dalam kegiatan peternakan dapat mempengaruhi adopsi peternak untuk mengadopsi teknologi biogas. Peternak per petani lebih
mementingkan kebutuhan lain yang lebih mendesak yang harus dipenuhi.
Motivasi
Zainun 1989, menyatakan motivasi adalah menggambarkan hubungan dan harapan. Keuntungan yang dirasakan dengan menggunakan suatu teknologi
dapat menyebabkan seseorang termotivasi untuk menjalankan pekerjaannya. Teknologi yang sebelumnya hanya dicoba oleh seseorang akan digunakan
sepenuhnya. Danim 2004:15, menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang muncul
dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu atau keuntungan tertentu di lingkungan atau dunia kerjanya sendiri. Motivasi dapat mengarahkan orang
dalam mengambil tindakan, sehingga motivasi merupakan proses yang mendorong manusia untuk mencapai tujuannya. Motivasi mempengaruhi
seseorang dalam bekerja atau mungkin menjauhi pekerjaan, oleh karena itu beberapa unsur motivasi, seperti motivasi positif, motivasi negatif, motivasi dari
dalam dan motivasi dari luar. Mc Clelland mengemukakan teorinya yaitu Mc Clelland Achievement
Motivation Theory Robbins, 1996:220 bahwa bagaimana suatu energi dari dalam diri dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi
seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Hal-hal yang memotivasi seseorang diantaranya :
1 Kebutuhan akan prestasi, merupakan daya pengerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang
untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal.
2 Kebutuhan akan afiliasi, menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Hal ini termasuk, kebutuhan akan perasaan diterima oleh
30
orang lain di lingkungan tempat tinggalnya. Kebutuhan rasa dihormati, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal dan kebutuhan untuk ikut
berpartisipasi. 3 Kebutuhan akan kekuasaan, merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang. Hal ini memotivasi seseorang demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik.
Keterdedahan Peternak pada Informasi Biogas
Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa, tetangga, teman, petugas
penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa, atau dari informan yang lain. Ketika petani belajar tentang ide baru atau inovasi baru, maka sumber informasi yang
paling relevan yaitu berasal dari majalah-majalah pertanian, kemudian sumber informasi lain adalah para tetangga atau petani yang tinggal di sekitar dimana
petani melakukan adopsi inovasi tersebut bertempat tinggal Soekartawi, 1988. Sumber informasi sangat membantu petani maupun peternak untuk
mengembangkan suatu teknologi baru. Sekarang ini semua informasi yang kita butuhkan dapat diperoleh dengan mudah. Teknologi biogas dengan mudah
diakses baik dari majalah, surat kabar, televisi, radio dan yang lebih canggih lagi
dengan menggunakan internet. Pengalaman Beternak
Pengalaman dapat menunjukkan pengetahuan yang mendalam tentang usaha yang dikelola selama ini, sehingga akan berfikir untuk mempermudah
pekerjaan yang selama ini digelutinya atau berfikir untuk meningkatkan produktivitas usahanya dengan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat yang
berpola pikir seperti ini cenderung mencari teknologi sedangkan masyarakat yang selama ini merasa aman dengan pola usaha memiliki kecenderungan apatis
terhadap sebuah teknologi. Jika dikaitkan dengan teknologi biogas, maka teknologi biogas betul-betul memerlukan suatu pengetahuan tinggi dan kemauan
untuk menanggung resiko besar karena memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga pengalaman saja tidak cukup.
31
Jumlah Kepemilikan Ternak Jumlah kepemilikan ternak merupakan banyaknya ternak yang dimiliki
seseorang. Menurut Soekartawi 1988:93, bahwa ukuran usaha tani berhubungan positif dengan adopsi inovasi. Banyak teknologi baru memerlukan skala usaha
tani dan sumber daya untuk keperluan adopsi inovasi. Hal ini di pengaruhi agar hasil yang diperoleh lebih bermanfaat. Menurut Irmawati et al. 2008, bahwa
teknologi biogas sangat dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak, karena akan menentukan jumlah feses yang diproduksi setiap harinya. Mengetahui produksi
feses, besar digester dapat disesuaikan sehingga tidak terjadi lagi kekurangan feses ataupun kelebihan feses. Digester yang memiliki kapasitas lebih besar dari
skala usaha peternak, maka produksi gas tidak akan optimal. Mengadopsi suatu teknologi dapat mempercepat peternak dalam
mengembangkan skala usaha peternakannya. Skala kepemilikan ternak perah umumnya yang dikembangkan di Indonesia antara 2 sampai 5 ekor. Jumlah
tersebut, biogas untuk skala rumah tangga sudah dapat diterapkan. Hal tersebut tidak menjamin peternak dapat mengadopsi teknologi biogas, sering kali peternak
lebih memerlukan teknologi pengolahan pakan.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu tempat tinggal. Anggota keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi. Menurut Soekartawi 1988:87, penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap seluruh
sistem keluarga. Pada umumnya anggota keluarga sering dijadikan sebagai teman diskusi dan berkonsultasi dalam memutuskan untuk menerima suatu inovasi.
Irmawati et al. 2008 bahwa jumlah anggota keluarga peternak menentukan banyaknya gas yang dibutuhkan untuk memasak. Anggota keluarga semakin besar
jumlahnya, maka kebutuhan BBM semakin besar pula. Hal ini dihubungkan dengan kebutuhan biogas, maka semakin banyak anggota keluarga berarti
semakin besar kapasitas digester yang dibutuhkan. Selain itu, anggota keluarga
32
juga dimanfaatkan oleh peternak sebagai tenaga kerja dalam mengelola usaha ternaknya.
Usaha peternakan sapi perah di Indonesia umumnya masih dikembangkan dalam skala rumah tangga. Satu rumah tangga mengelola satu usaha. Teknologi
biogas dikembangkan masih dalam skala rumah tangga. Satu rumah tangga minimal menggunakan digester dengan ukuran 4 m
3
dengan ukuran ini, untuk memasak dapat digunakan selama 2 - 3 jam. Semakin besar kapasitas digester
semakin lama pula intensitas penggunaannya dalam memasak. Suatu keluarga makin banyak jumlah suatu keluarga intensitas memasaknya semakin tinggi juga.
Jumlah keluarga dapat mempengaruhi efektivitas penggunaan biogas dalam keluarga, semakin tinggi intensitas seseorang memasak dalam keluarga otomatis
jumlah gas yang diperlukan akan semakin meningkat.
Frekuensi Kontak dengan Anggota Kelompok Peternak
Menurut Yunasaf 2009 kelompok peternak sekarang belum dipandang sebagai unsur strategis sebagai media atau wadah terjadinya proses tranformasi
dari peternak yang tradisional gurem menjadi sejatinya peternak farmers. Pemahaman yang keliru dari sebagian orang yang menganggap bahwa adanya
kelompok merupakan kepentingan dari dinas pemerintah. Kelompok dapat merupakan media dalam menyampaikan suatu inovasi baru yang akan
disampaikan kepada peternak. Keanggotaan dalam kelompok dapat mempengaruhi peternak dalam
proses pengadopsian suatu inovasi. Kegiatan yang dikembangkan pemerintah sekarang ini banyak disalurkan melalui kelompok yang berperan sebagai
perantara anatara pemerintah dengan peternak. Inovasi baru dikembangkan dalam kelompok, diharapkan agar peternak dapat langsung melihat hasilnya dan
diharapkan akan mengadopsi inovasi tersebut. Oleh karena itu, semakin sering kontak antara peternak dengan anggota kelompoknya, semakin besar peluang
untuk mengetahui teknologi biogas dan mengadopsinya.
33
Frekuensi Kontak dengan Penyuluh Biogas
Frekuensi kontak dengan penyuluh merupakan seberapa sering pertemuan atau kontak antara peternak dengan penyuluh. Semakin tinggi intensitas kontak
antara peternak dengan penyuluh, semakin mudah peternak menangani kendala- kendala yang dihadapi pada penggunaan instalasi biogas.
Seorang penyuluh berkewajiban menyampaikan inovasi dan membantu sasaran dalam mengadopsi suatu teknologi. Prosesnya dilakukan secara terus
menerus agar peternak dapat tahu, mau dan mampu mengadopsi suatu teknologi. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, proses adopsi akan semakin cepat
pula. Penyuluh sebagai agen perubahan, penyuluh memiliki beberapa peran diantaranya mengkomunikasikan inovasi pada sasaran dan sebagai akseleran,
dalam mempengaruhi pengambilan keputusan sasaran untuk mengadopsi suatu inovasi, Totok, 2009.
Disimpulkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mengadopsi suatu teknologi adalah frekuensi pertemuan dengan penyuluh.
Seorang penyuluh harus menjelaskan keuntungan relatif yang akan diperoleh sasaran jika menggunakan suatu teknologi baru, membantu adopter memahami
inovasi secara komprehensif, dan membantu adopter dalam menanamkan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat intensitas kontak antara peternak dengan
penyuluh semakin cepat peternak dalam mengadopsi teknologi biogas.
Jarak Rumah Peternak dengan Instalasi Biogas
Jarak rumah peternak dengan instalasi biogas diukur berdasarkan seberapa jauh antara instalasi biogas dengan dapur peternak dan diukur dalam meter. Gas
yang telah diproduksi kemudian dialirkan ke plastik penampung gas dan kemudian ke kompor. Gas ini tidak mempunyai tekanan, sehingga semakin jauh
jarak antara penampung gas dengan kompor, semakin kurang gas yang keluar ke kompor.
Gas yang diperoleh dari proses fermentasi merupakan gas metan yang dapat digunakan untuk memasak. Gas tersebut tidak berbahaya karena tidak
mempunyai tekanan sehingga jika penampung gas bocor, gas akan menghilang
34
terbawa angin. Penampung gas yang terlalu jauh dari kompor, akan mempengaruhi kuatnya aliran gas dari penampung, sehingga sering dijumpai ada
penampung gas yang penuh namun gas yang keluar di kompor hanya sedikit. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat penggunaan biogas di rumah tangga
peternak. Oleh karena itu, semakin jauh instalasi biogas khususnya penampung gas dengan dapur peternak dapat mempengaruhi tekanan gas ke kompor.
Hubungan Karakteristik Peternak dengan Persepsi Peternak tentang Teknologi Biogas
Pareek dalam Seribulan 2003, persepsi didefinisikan sebagai peroses penerimaan, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan
memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera dan data. Sedangkan Subagyo et al. 2005, persepsi merupakan proses pembuatan penilaian atau
pembangunan kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di lapangan
pengindraan seseorang.
Penelitian Hasumati dan Ahlawat 2010 mengemukakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Tingkat pendidikan, jumlah
pendapatan, media massa, interaksi dengan masyarakat, kosmopolitan, adat- istiadat, suku atau bangsa, kepemilikan lahan menunjukkan pengaruh positif pada
persepsi. Senada dengan penelitian Kaliky dan Hidayat 2002, mengemukakan
bahwa karakteristik individu turut mempengaruh pandanganpersepsi seseorang. terhadap suatu stimulus objek. Secara psikologis setiap orang mempersepsi
stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Karakteristik individu diantaranya meliputi: umur, pendidikan, kepemilikan ternak, pendapatan keluarga,
pengalaman beternak, kosmopolitan. Selanjutnya penelitian Lilis 2010, mengemukakan bahwa hubungan
antara karakteristik dengan persepsi peternak sapi potong hubungannya positif namun sangat lemah. Karakteristik peternak diantaranya umur, pendidikan,
pengalaman, kepemilikan ternak, hubungan individu dengan instansi terkait. Sedangkan pesepsi peternak tentang teknologi IB diantaranya tingkat pengetahuan
35
peternak, minat peternak dan penilaian peternak. Penilaian peternak terdiri dari peubah keuntungan peternak, kompatabilitas, kemudahan penerapan IB, triabilitas
dan observabilitas. Lebih lanjut dikemukakan oleh Nurlina bahwa banyak jumlah ternak tidak menunjang banyaknya peternak menggunakan teknologi. Masyarakat
yang dianggap relatif homogen sebagai masyarakat agraris, secara individual memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga persepsi dan penerimaan
peternak akan berbeda satu sama lain. Terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal,
diantaraya: a Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek
saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu orang dengan orang yang lain akan menyebabkan perbedaan persepsi. b Set, adalah harapan seseorang akan
rangsang yang akan timbul. Perbedaan set akan menyebabkan adanya perbedaan persepsi. c Kebutuhan, baik kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri
individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu. d Sistem Nilai, dimana sistem
nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pula terhadap persepsi. e Ciri Kepribadian, dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh
individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda, Kunthi, 2005. Persepsi
adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Faktor-faktor yang
memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi
tersebut dibuat. Asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dan persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa
lalu dikemukakan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H.
Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut dengan pandangan transaksional transactional view. Konsep ini pada dasarnya
36
menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam tindakan persepsi. Wikipedia, 2010.
Rahmat dalam Aryanti, 2008 mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional
atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor
struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum- hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan
pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat.
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada
persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi persepsi, yaitu: 1 Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. 2 Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. 3 Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi Robbins, 2008.
Persepsi adalah proses kognitif di dalam pikiran seseorang untuk memberi arti terhadap stimuli dari lingkungan yang dapat ditangkap melalui
inderanya. Tiap-tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena: a perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimuli, b perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimuli tersebut. Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap persepsi: 1 Karakteristik objek: penampilan,
cara berkomunikasi dan status seseorang. 2 Karakteristik individu: konsep diri
37
seseorang. Konseptual kognitif, pengalaman, emosi, motivasi kebutuhan. 3 Karakteristik situasional: situasi sosial, situasi organisasi dan situasi alam.
www.ittelkom.ac.id, 2009. Menurut David, et al. 1985, persepsi manusia didominasi dua asumsi,
diantaranya 1 Proses pembentukan kesan dianggap bersifat mekanis dan cendrung hanya membentuk sifat manusia yang member stimulus. 2 Proses itu
berada pada di bawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikiran atau kognisi. Pembentukan tersebut bukan pada pendekatan teori belajar.
Pembentukan tersebut secara mekanis menentukan terkumpulnya informasi tentang pemberi stimulus. Informasi yang diterima secara selektif lalu
mengorganisasinya mejadi perilaku. Implikasi pokok dari pembentukan kesan adalah memproses tindak mekanis melainkan melibatkan usaha untuk melihat arti
yang melekat pada objek pemberi stimulus. Secara umum manusia memiliki kemampuan khusus untuk memproses informasi dibanding dengan binatang. Oleh
karenai itu, analisis terhadap persepsi manusia dimulai dari kemampuan memperoses informasi dalam diri.
Robbins 1996 mengemukakan persepsi merupakan suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka
agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Jadi persepsi baik langsung maupun secara tidak langsung dapat juga dipengaruhi oleh latar belakang yang
berbeda atau kerakteristik individunya. Inilah yang menyebabkan setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda pada suatu objek. Selain itu faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua jenis yaitu 1 pengaruh dari dalam diri seseorang itu sendiri dan 2 pengaruh dari luar diri seseorang.
Kedua faktor tersebut memperlihatkan persepsi sebagai proses pencarian informasi, adapun alat untuk memperoleh informasi tersebut yaitu alat
penginderaan. Beberapa teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi indivudu
merupakan pemahaman individu tentang suatu objek yang telah diketahui sebelumnya. Persepsi seseorang muncul setelah mengetahui kekurangan atau
kelebihan suatu objek dan persepsri setiap orang berbeda-beda. Adanya perbedaan
38
tersebut disebabkan karakteristik individu, motivasi atau dorongan yang berikan, dan lain sebagainya.
Hubungan Karakteristik Peternak dengan Sikap Peternak tentang Teknologi Biogas
Pengaruh cepat lambatnya seseorang dalam mengadopsi inovasi menurut Rogers dalam
1. Informasi. Informasi yang diperoleh seseorang dari media massa, dapat merubah sikap pada suatu ojek.
Soekartawi, 1988, karena adanya perbedaan individu, umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan, keberanian mengambil resiko
serta sikap terhadap perubahan sosial. Hampir sama yang disampaikan Havelock dalam David et al. 1985, bahwa variabel individu pada dasarnya mempengaruhi
kompetensi, penghargaan, pemenuhan harapan, distorsi informasi baru, proses perubahan sikap.
Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada suatu objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Selain itu sikap dapat juga didefinisikan sebagai organisasi yang bersifat menetap dari
proses motivasional, emosional, perceptual, dan kognitif dari berbagai aspek individu. Sikap kita dapat dipengaruhi oleh orang lain, khususnya komunikasi
yang terjadi melalui media massa di televisi, radio, majalah, surat kabar dan buku- buku. Proses perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :
2. Komunikator, penyampaian pesan dari komunikator dengan baik sehingga mudah diterima oleh komunikan sehingga terjadi perubahan sikap.
3. Persepsi juga dapat berpegaruh pada perubahan sikap. Contohnya sebuah bis yang dihiasi dengan gambar wanita cantik, bintang film, gambar binatang, atau
atlit terkenal yang dapat merubah sikap anda untuk menumpang bis tersebut dan tidak memilih bis yang tidak memiliki gambar.
David et al. 1985 menyimpulkan bahwa sikap merupakan pratindakan, biasanya orang tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.
Semakin banyak disonansi timbul, semain banyak perubahan sikap. Jika terdapat
39
banyak tekanan pada individu untuk melakukan tindakan yang sesuai maka akan menimbulkan perubahan sikap. Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu 1 jenis
pekerjaan seseorang dan 2 tingkat penerimaan informasi. Dalam proses pengambilan keputusan apakah seseorang menerima atau menolak inovasi adalah
banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan, status sosial, umur dan sebagainya
serta situasi ekstern atau situasi lingkungan misalnya frekuensi kontak dengan sumber informasi, kesukaan mendengar radio, televisi, menghadiri temu karya
dan sebagainya. Menurut Soekartawi 1988, bahwa adopsi menyangkut proses
pengambilan keputusan dan dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya a adanya sikap mental untuk melakukan adopsi
inovasi, b adanya komfirmasi dari keputusan yang telah diambil. Suatu perubahan sikap yang dilakukan oleh petani atau oleh komunikan adalah
merupakan proses yang memerlukan waktu dimana tiap-tiap petani memerlukan waktu berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut di latarbelakangi pertani itu
sendiri, misalnya kondisi lingkungan, karakteristik dan teknologi yang mereka
adopsi.
Penelitian Fenny 2009, mengemukakan bahwa karakteristik sosial antara lain umur, tingkat pendidikan dan kosmopolitan, demikian pula karakteristik
ekonomi seperti luas lahan, ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan nyata dengan sikap peternak. Hal ini
disebabkan adanya kelompok dalam masyarakat yang bersifat konservatif. Kelompok konservatif merupakan mereka yang ekstrim yang paling mudah
memusuhi orang dan mudah curiga, paling kaku dan paling suka memaksa, paling cepat menuduh orang lain atas kelemahan dan ketidak sempurnaannya. Paling
tidak toleran dan paling cepat kecewa dengan orang lain dan tidak mau mengalah dalam hal persepsi dan penilaian, mampu membela diri dan tidak patuh pada
peraturan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Winarni 2001
mengemukakan bahwa dengan karaktiristik sosial ekonomi yang berbeda-beda
40
akan membedakan respon petani terhadap ragam metode penyuluhan, baik berupa respon poitif maupun negatif. Umur petani berhubungan tidak nyata dengan sikap
petani terhadap metode kunjungan, diskusi, ceramah dan demonstrasi. Pendidikan formal berhubungan nyata dengan metode diskusi dan demonnstrasi serta
berhubungan tidak nyata dengan metode ceramah dan kunjungan. Pendidikan non formal petani berhubungan tidak nyata dengan sikap petani terhadap metode
ceramah dan kunjungan sedangakan untuk metode diskusi dan demonstrasi berhubungan nyata. Tingkat kekosmopolitan berhubungan nyata dengan sikap
petani terhadap metode ceramah, demonstrasi dan kunjungan. Pendapatan keluarga petani berhubungan nyata dengan sikap petani terhadap metode diskusi
dan demonstrasi serta berhubungan tidak nyata dengan sikap petani terhadap metode ceramah dan kunjungan.
Menurut pendapat Sri 2008, bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya, 1 Pengalaman pribadi, dasar pembentukan sikap:
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat, sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional. 2 Kebudayaan, pembentukan sikap tergantung pada
kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan, contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan. 3 Orang lain yang dianggap
penting Significant Others, yaitu: orang-orang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang
berarti khusus, misalnya: orangtua, pacar, suamiisteri, teman dekat, guru, pemimpin, umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah konformis dengan
orang yang dianggap penting. 4 Media massa, media massa berupa media cetak dan elektronik, dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif
yang dapat mempengaruhi opini kita, Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal, hingga membentuk
sikap tertentu. 5 Institusilembaga pendidikan dan agama, institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman baik
dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang, hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang dan 6 Faktor emosional, Suatu
sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego, dapat bersifat sementara
41
ataupun menetap persistentahan lama, contoh: prasangka sikap tidak toleran, tidak fair.
Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada suatu objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari beberapa pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam mengambil keputusan. Karakteristik invidividu menyebabkan perilaku yang berbeda-beda, ada yang bersedia
mengadopsi suatu teknologi baru ada pula yang menolah untuk mengadopsi teknologi baru lagart.
Hubungan Karakteristik Peternak dengan Adopsi Peternak tentang Teknologi Biogas
Faktor-faktor penentu dalam proses adopsi sangat dipengaruhi oleh karakteristik penerimanya. Karakteristik penerima dapat berupa umur, pendidikan,
pengalaman, pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah ternak luas lahan, kontak dengan penyuluh, infomasi yang diperoleh, media massa, motivasi,
persepsi dan sikap. Oleh karena itu, faktor yang berhubungan dengan proses adopsi dapat berupa faktor pribadi maupun lingkungan sosial, kecepatan adopsi
suatu inovasi baru sebagai suatu variabel yang tak bebas tergantung ditentukan oleh berbagai variabel bebas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi, yaitu 1 macam dan proses adopsi, 2 apakah memberikan keuntungan atau tidak, 3 Kompatabilitas
atau kelanjutan teknologi, 4 kompleksitasteknologi makin mudah, 5 triabilitaskemudahan, 6 observabilitas. Dengan adanya peran agen perubahan
berupa kegiatan penyuluhan pertanian. Variabel lain yang mempengaruhi adopsi inovasi pada tahap ini yaitu, a tingkat pendidikan calon adopter dan anggota
keluarganya, b tingkat kebutuhan informasi yang mereka perlukan, c hubungan dengan sumber-sumber informasi, d keaktifan dengan mencari informasi, e
adanya sumber-sumber informasi, f dorongan masyarakat disekitarnya, Soekartawi, 1988:61-65.
42
Kecepatan adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya : 1 sifat inovasi itu sifat ekstrinsik dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, 2 sifat
sasarannya, 3 cara pengambilan keputusan, 4 saluran komunikasi yang digunakan, 5 keadaan penyuluh dan 6 ragam sumber informasi, Totok,
1993:69-76. Meurut Rogers dan Shoemaker 1971, memberikan ciri-ciri dan
mengelompokkan keinovatifan seseorang sebagai berikut : a. Ciri sosial ekonomi, diantaranya, lebih berpendidikan, mempunyi status sosial
yang lebih tinggi, mempunyai mobilitas yang lebih tinggi, mempunyai ladang yang lebih luas, berorientasi pada ekonomi komersial, mempunyai sikap yang
lebih baik, mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik. b. Ciri kepribadian, memiliki simpatik lebih besar, dogmatis, mempunyai
kemampuan abstraktis yang lebih besar, mempunyai sikap mau mengambil resiko, lebih tinggi intelengensinya, mempunyai sikap yang lebih berkenan
terhadap perubahan, mempunyai rasionalitas yang lebih baik tarhadap pendidikanpengetahuan, tidak menyerah pada nasib, dan motivasi dan
aspirasi meningkatkan taraf hidup. c. Ciri komunikasi, yaitu partisipasi sosial lebih tinggi, sering mengadakan
komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial lain, sering mengadakan hubungan dengan agen perubahan, lebih mengadakan hubungan
dengan orang asing, memberi motivasi lebih baik, menjadi anggota sistem sosial yang lebih moderen.
Secara lebih terinci Rogers and Shoemaker 1971:157 menguraikan sifat- sifat inovasi yang dapat mempengaruhi sifat adopsi , yaitu : 1 keuntungan relatif,
inovasi akan cepat diadopsi jika memberikan keuntungan lebih dibandingkan teknologi yang sudah ada sebelumnya, 2 keterhubungan inovasi, inovasi akan
cepat jika mempunyai keterhubungan dengan nilai-nilai atau kebiasaan yang ada pada adopter, 3 tingkat kerumitan, inovasi akan cepat diadopsi jika tidak rumit
dilakukan, 4 mudah dicoba, inovasi akan cepat diadopsi jika inovasi mudah dicoba pada situasi yang ada pada petani, dan 5 dapat diamati, inovasi akan
cepat diadopsi jika mudah dan cepat dilihat hasilnya.
43
Sikap petani pembinaan harus secara terprogram dan berkesinambungan sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah bersangkutan, melalui pembinaan
petani diharapkan dapat timbul kepemimpinan nonformal di pedesaan yang akan mampu menghimpun, menggerakkan, dan mengarahkan petani dalam
melaksanakan usahataninya. Pembinaan petani diperlukan sarana dan prasarana untuk penyaluran informasi pertanian, pemilikan bahan-bahan informasi harus
selektif dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran atau pengguna. seperi jenis media penyuluhan pertanian mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga
harus selalu dipertimbangkan dalam pemilikan media yang akan digunakan. Media penyuluhan pertanian diharapkan berperan sebagai sumber informasi,
diharapkan mampu mempengaruhi pengetahuan, sikap, motivasi petani, dalam proses adopsi dan difusi inovasi pertanian, Dinas Peternakan Kota Kendari,
2010. Masyarakat desa di Indonesia itu memang dapat kita pandang sebagai
suatu bentuk masyarakat yang secara ekonomis terbelakang yang harus dikembangkan dengan berbagai cara. Orang desa tidak usah ditarik, didorong-
dorong untuk bekerja keras, hanya cara-cara dan irama bekerjanya itu harus diubah dan disesuaikan dengan cara-cara dan irama yang harus dipelihara, disiplin
secara efisisen modern. Masyarakat kita yang sebagian besar petani dalam menanggapi suatu ideinformasi yang baru berbeda-beda, menurut karakteristik
sosial ekonomi dari petani itu sendiri, dan perbedaan yang terjadi kadang sangat beragam.
Karakteristik petani meliputi tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitanan dan tingkat kemampuan ekonominya. Memperkenalkan suatu
halteknologi baru inovasi kepada masyarakat, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Pada
proses adopsi terdapat tahapan-tahapan sebelum petani menerimamenerapkan dengan keyakinannya sendiri. Tahapan itu adalah: Awareneskesadaran,
Interesttumbuhnya minat, Evolutionpenilaian, Trialmencoba, Arsoption atau menerima, Suhardiyono, 1992.
Pada penelitian yang telah dilaksanakan Suradisastra et al. 2007:117, menyatakan bahwa beberapa kondisi yang dapat dihimpun dari kelompok petani
44
sebagai bahan acuan percepatan proses adopsi teknologi diantaranya, 1 perbedaan tingkat keterdedahan exposure, 2 perbedaan jenis dan tingkat
penerapan teknologi pertanian, 3 perbedaan sikap dan persepsi, 4 perbedaan produksi dan produktivitas, dan 5 persepsi positif terhadap sumber informasi.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Hasanuddin, 2005:25-26, menyatakan bahwa tingkat adopsi inovasi dalam kegiatan usaha tani yaitu 1
sosial budaya, 2 jenis usaha taninya, 3 ketersediaan informasi bagi petani dan 4 sarana dan prasarana yang mendukung usaha pertanian tersebut.
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Musyafak dan Ibrahim 2005:36 menyatakan bahwa keberhasilan adopsi dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor eksternal yaitu jaminan pemasaran, harga produk, harga input, dan biaya. Berikutnya faktor internal seperti umur, pendidikan, sikap terhadap
resiko, sikap terhadap perubahan, hubungan dengan lingkungannya, motivasi berkarya dan karakteristik psikologis. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
Subagiyo, Rusidi dan Sekarningsih, 2005:305-309, menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi yaitu faktor internal yaitu motivasi,
keterlibatan dalam organisasi, komunikasi interpersonal, tingkat kosmopolitan dan terpaan media massa. Faktor eksternal yaitu kebijakan pemerintah, peran tokoh-
tokoh informal, formal, dan tokoh agama dan sistem sosial dan nilai-nilainorma- norma.
Penelitian Walekhwa et al. 2009, mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adopsi biogas, faktor utama yang
mempengaruhi adopsi seorang petani yaitu faktor sosial ekonomi, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh faktor pribadi umur pengguna, pendidikan formal, ukuran
keluarga, luas lahan, banyaknya jumlah ternak, jenis kelamin, pendapatan dan tempat tinggal pengguna, kelembagaan dalam masyarakat.
Selanjutnya temuan Bhatia 2002, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi difusi teknologi biogas di India diantaranya karakteristik
teknologi, karakteristik pengguna, lingkungan makro, peran pemerintah dan organisasi-organisasi yang berkaitan. Kendala utama petani dalam pengadopsian
45
teknologi biogas di India yaitu lingkungan sekitar serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani.
Temuan Suharyanto et al. 2002, menyatakan bahwa teknologi yang didesiminasikan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan penggunapetani.
Sebaik apapun teknologi yang dihasilkan akan tidak berguna apabila tidak diadopsi oleh penggunapetani.
Perilaku pengguna banyak dipengaruhi, antara lain pemilihan sistem teknologinya, sangat kondisi individu, kondisi lingkungan baik
lingkungan fisik, biologis maupun sosial ekonomi. Selain peubah tersebut, ada beberapa peubah bebas diantaranya umur, pendidikan, pendapatan, luas lahan,
sikap, pengetahuan dan norma sosial. Penelitian Syafruddin 2003, mengemukakan bahwa karakteristik
responden merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam mengadopsi inovasi dalam usahatani. Hasil penelitian Syafruddin menemukan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi petani dalam mengadopsi suatu inovasi beternak ayam broiler dipengaruhi oleh faktor internal petani
pengetahuan, motivasi kerja dan sikap peternak dan faktor lain tingkat pendidikan, pengalaman, tenaga kerja, modal, ketersediaan sarana produksi dan
pasar. Peubah 1 Pengetahuan peternak, diartikan sebagai pemahaman dan penilaian terhadap adopsi inovasi beternak ayam broiler. 2 Motivasi kerja
peternak adalah dorongan atau kekuatan pada diri peternak baik dari dalam maupun dari luar sehingga mereka rela dan mau mengikuti tahapan-tahapan dalam
mengadopsi inovasi yang dianjurkan. 3 Sikap peternak terhadap inovasi beternak ayam broiler adalah kecenderungan yang berasal dari diri peternak yang
didasarkan pada pengetahuan yang dia miliki yaitu tanggapan positif atau mendukung favorable dan tanggapan tidak mendukung atau negatif
unfavorable terhadap inovasi tersebut. 4 Tingkat pendidikan peternak, kemampuan peternak dalam mengelola usahataninya sebagian ditentukan oleh
tingkat pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal. 5 Pengalaman peternak diartikan sebagai pengetahuan peternak yang diperoleh melalui rutinitas
kegiatan usahatani sehari-hari atau peristiwa yang pernah dialaminya. 6 Tenaga kerja adalah faktor produksi yang kedua dalam proses produksi pertanian. 7
46
Modal usahatani faktor ketiga sesudah faktor alam dan tenaga kerja dalam proses produksi pertanian. 8 Ketersediaan sarana produksi secara lokal dalam jumlah
dan kualitas yang memadai di suatu daerah dapat memperlancar kegiatan beternak; seperti bibit, pengandangan, pakan dan pemeliharaan. 9 Pasar
diartikan sebagai proses transaksi antara penjual dan pembeli. Berdasarkan beberapa keterangan dan hasil penelitian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi seseorang adalah karakteristik individu itu sendiri. Karakteristik individu diantaranya umur,
pendidikan, aspek sosial budaya, pendapatan, pekerjaan, pengalaman, kontak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, motifasi, persepsi serta
informasi yang mereka peroleh baik dari media cetak maupun media elektronik.
47
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran
Biogas merupakan salah satu teknologi tepat guna yang dapat memanfaatkan limbah ternak menjadi sumber energi. Biogas Gas Bio
merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik, seperti kotoran hewan, kotoran manusia atau sampah, direndam di dalam air dan disimpan dalam tempat
yang tertutup atau anaerob. Biogas pada umumnya dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan bakar alternatif.
Teknologi biogas telah lama ditemukan, namun pada kenyataannya, belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh peternak. Salah satu syarat diterima teknologi
biogas, kesesuaian teknologi dengan karakteristik masyarakat. Kemampuan untuk menentukan sikap menerima teknologi erat hubungannya dengan karakteristik
peternak Umur, Pendidikan, Pendapatan, Motivasi, Keterdedahan peternak pada informasi, Pengalaman Beternak, Jumlah kepemilikan ternak, Jumlah anggota
keluarga, kontak dengan anggota kelompok, Keikut sertaan dalam pelatihan biogas jumlah jam, kontak dengan penyuluh biogas, Jarak rumah peternak
dengan instalasi biogas dalam meter. Disamping itu juga dipengaruhi oleh sifat- sifat teknologi itu sendiri seperti, keuntungan relatif, kompatibiliti, kompleksitas,
trialabilitas, dan observabilitas. Menurut Jahi dalam Mursidi et al. 2008, proses adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi suatu
inovasi sampai saat membuat keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Penelitian ini ingin diketahui seberapa besar pengaruh beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi peternak sapi perah dalam mengadopsi teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Rogers dalam Hanafi 1981:145-146 bahwa seseorang akan mengadopsi suatu inovasi baru jika inovasi tersebut sesuai dengan apa yang mereka
kehendaki. Kecepatan penyebaran inovasi dapat juga ditunjukkan dari persepsi seseorang tentang sifat-sifat inovasi, selain itu para agen pembaharu dapat
mempraktekkan inovasi atau mengkaitkannya dengan kepercayaan dan sikap yang ada pada diri seseorang.
48
Gambar 4. Hubungan Antara Peubah
Adopsi Teknologi Biogas oleh Peternak Y
1. Investasi terhadap teknologi biogas
2. Menggunakan digester sebagai penampung feses
3. Menggunakan Katup pengaman
4. menggunakan Penampung gas
5. Menggunakan kompor LPG sbg kompor biogas
6. Menggunakan biogas untuk keperluan sehari-
hari 7. Melakukan pemeliharaan
pada intalasi biogas
Karakteristik peternak X1
1. Umur 2. Pendidikan
3. Pendapatan 4. Pengalaman Beternak
5. Jumlah ternak 6. Jumlah anggota keluarga
7. Partisipasi Peternak 8. Kontak dengan penyuluh
9. Jarak instalasi biogas
dengan dapur peternak 10. Info teknologi biogas
11. Selang dari peternak tahu tentang teknologi biogas
sampai menggunakan 12. motivasi
Persepsi Peternak pada Teknologi Biogas X2
1. keuntungan relatif memberikan keuntungan atau tidak
2. kompatibilitas keterhubungan inovasi dengan situasi peternak
3. kompleksitas tingkat kerumitan 4. trialibilitas mudah dicoba
5. Observabilitas Dapat diamati
Sikap Peternak X3
1. Kepercayaan kognisi 2. Perasaan atau keyakinan
afeksi 3. Kecenderungan bertingkah
laku Konasi
Hipotesis Penelitian
1. Karakteristik peternak berhubungan dengan persepsi peternak sapi perah tentang
teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
2. Karakteristik peternak berhubungan dengan sikap peternak sapi perah tentang
teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
3. Karakteristik peternak berhubungan dengan adopsi peternak sapi perah tentang
teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
4. Karakteristik, persepsi dan sikap peternak berhubungan dengan adopsi peternak
tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
50
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua peternak sapi perah yang telah menggunakan teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jumlah
populasi peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang sebanyak 242 orang yang tersebar dibeberapa Kecamatan diantaranya, Kecamatan Baraka, Kecamatan
Anggeraja, Kecamatan Alla, Kecamatan Maiwa, Kecamatan Cendana, Kecamatan Curio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Enrekang dan Kecamatan Buntu Batu.
Sampel
Unit analisis pada penelitian ini adalah peternak sapi perah yang telah menggunakan biogas. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Simpel Random
Sampling. Teknik pengambilan sampel secara Simpel Random Sampling yaitu semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan
sebagai sampel. Dalam penelitian ini, semua peternak sapi perah yang ada dalam unit-unit kecamatan diambil secara random dan semua peternak sapi perah
mempunyai peluang untuk menjadi responden. Menggunakan rumus Slovin dalam Sevilla 1993, maka ukuran sampel
peternak sapi perah dengan tingkat kesalahan 8 adalah :
Keterangan : n
= Ukuran sampel N = Ukuran populasi
e = Standar Error
N n = --------------
1 + Ne
2
51
Tabel. 2. Populasi sapi perah dan jumlah pengguna teknologi biogas di Kabupaten Enrekang
No Kecamatan
Populasi Ternak Jumlah Biogas
1 Enrekang
143 4
2 Cendana
519 39
3 Maiwa
7 -
4 Anggeraja
173 7
5 Alla
102 3
6 Baraka
41 -
7 Malua
10 -
8 Bungin
- 9
Buntubatu 13
- 10
Masalle -
11 Curio
103 -
12 Baroko
40 -
Jumlah 1151
53 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang, 2009.
Keseluruhan peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang adalah 255 orang dengan populasi ternak perah sebanyak 1151 ekor, namun peternak yang
menggunakan biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan sebanyak 53 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, maka
secara proporsional dapat ditentukan ukuran sampel sebesar 39 responden. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak geografis kabupaten Enrekang berada di jantung Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan kota Makassar
dengan jalan darat 235 km. Kabupaten Enrekang secara administrasi merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terdiri dari 12 Kecamatan, dengan
luas wilayah 1.786,01 km atau sebesar 2,83 persen dari luas provinsi Sulawesi Selatan. Batas administrasi Kabupaten Enrekang sebagai berikur: sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Tanah Toraja, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng
rappang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang.
52
Gambar. 5. Peta Kabupaten Enrekang
53
Disain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah “ex Post Facto”, yaitu bentuk penelitian untuk menilai peristiwa yang telah terjadi untuk menemukan faktor-
faktor penyebab melalui pengamatan dan penilaian kondisi faktual di lapangan. Pengamatan utama penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi peternak dalam mengadopsi teknologi biogas dan mengukur seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi peternak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana pengambilan data melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data diambil dari
sampel dengan tujuan untuk mendapatkan generalisasi dari observasi yang dilakukan, sehingga perlu mempertimbangkan teknik pengumpulan data secara
benar. Hasil wawancara kemudian diolah dengan menggunakan korelasi ganda,
dengan rumus sebagai berikut : Rumus mencari nilai R
2
Rumus mencari koefisien korelasi ganda R : :
Keterangan : R
= koefisien kerelasi R
2
= koefisien korelasi ganda r
= koefisien koralsi person r’yx
= hasil perhitungan koefisien korelasi variabel Y ke variabel X r xx
= hasil perhitungan koefisien korelasi variabel X dengan X r xy
= hasil perhitungan koefisien korelasi variabel X ke variabel Y
54
Data dan Instrumen Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder baik itu data kualitatif maupun data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang
disajikan bukan dalam bentuk angka, seperti jenis kelamin, agama, status dan lain- lain sebagainya, sedangkan data kuantitatif diperoleh dalam bentuk mentah dari
kuesioner dan catatan. Data sekunder yaitu data pelengkap yang jawaban pertanyaan penelitian
diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari responden atau sumber lain. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tabel 3. Peubah, sub peubah dan indikator yang akan diukur pada
penelitian A. Karakteristik peternak X1
No Peubah
Sub Peubah Indikator
1 Karakteristik
Peternak X1
Umur Umur adalah jumlah tahun yang dihitung
sejak peternak lahir sampai ke tahun terdekat pada saat pengamatan dilakukan.
Pendidikan Pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan
yang ditempuh peternak. Pendapatan
Pendapatan adalah besarnya penghasilan yang diterima peternak dalam sebulan, yang
dihitung dalam rupiah.
Motivasi peternak
Motivasi adalah jumlah skor keinginan yang mendorong peternak untuk menggunakan
biogas. • Motivasi
ekonomi a. Skor keinginan peternak mengganti gas
LPGminyak tanah dengan biogas untuk memasak
b. Skor keinginan peternak mengolah limbah biogas menjadi pupuk padat
c. Skor keinginan peternak mengolah limbah biogas menjadi pupuk cair
d. Skor tanggapan peternak tentang biogas dapat menghemat pengeluaran rumah
tangga e. Skor peternak menggunakan limbah
55
biogas sebagai pupuk dapat mengurangi pengeluaran untuk pupuk urea
• Motivasi social
a. Skor peternak menggunakan biogas, memudahkan bersosialisasi dengan
peternak lain
b.
Skor peternak menggunakan biogas, untuk menjaga kesehatan masyarakat
yang ada di lingkungan peternakan
c.
Skor tanggapan peternak bahwa biogas dapat mengurangi pencemaran
lingkungan
d. Skor tanggapan peternak bahwa biogas dapat menjaga kebersihan lingkungan
• Motivasi pribadi
a.
Skor pemanfaatan limbah ternak menjadi energi
b.
Skor penggunaan biogas oleh peternak, agar menjadi contoh untuk peternak
lainnya
c. Skor penggunaan biogas agar menjadi peternak yang berhasil mengelola
peternakan Tingkat
keterdedahan peternak pada
informasi biogas
a. Jumlah jam dalam sehari peternak memperoleh informasi biogas dari
televisi b. Jumlah jam peternak dalam sehari
memperoleh informasi biogas dari radio c. Jumlah jam peternak dalam sehari
memperoleh infomasi biogas dari majalah
d. Jumlah jam peternak dalam sehari memperoleh informasi biogas dari surat
kabar e. Jumlah jam peternak dalam sehari
memperoleh informasi biogas dari buku Pengalaman
beternak Pengalaman beternak adalah jumlah tahun
peternak menjalankan usaha peternaknnya. Jumlah
kepemilikan ternak
Jumlah kepemilikan ternak adalah jumlah satuan ternak ST sapi perah seorang
peternak.
Jumlah anggota
keluarga Besar keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang masih tinggal dalam satu rumah.
56
Kontak dengan
anggota kelompok
Intensitas kontak dengan kelompok adalah banyaknya pertemuan kelompok yang
dihadiri peternak dalam tiga bulan terakhir.
Kontak dengan
penyuluh biogas
Intensitas kontak dengan penyuluh adalah frekuensi peternak bertemu dengan
penyuluh biogas dalam tiga bulan terakhir.
Jarak biogas dengan dapur
Jarak instalasi biogas ke dapur peternak adalah jarak antara instalasi biogas
khususnya penampung feses dengan dapur peternak, dalam meter.
Persepsi peternak X2
No Peubah
Sub peubah Indikator
1 Persepsi
peternak tentang
teknologi biogas
X2 Keuntungan
relatif a. Skor keuntungan menggunakan biogas
dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah dalam rupiah
b. Skor keuntungan menggunakan biogas dibandingkan menggunakan
menggunakan gas LPG dalam rupiah c. Skor keuntungan menggunakan biogas
dibandingkan menggunakan kayu bakar dalam rupiah
d. Skor keuntungan menggunakan biogas dibandingkan menggunakan arang
dalam rupiah Kompatibilitas
a. Skor kesesuaian teknologi biogas dengan nilai-nilai yang dipercaya
peternak setempat b. Skor kesesuaian teknologi biogas
dengan kepercayaan peternak setempat
c. Skor kesesuaian teknologi biogas dengan norma-norma peternak
setempat d. Skor kesesuaian teknologi biogas
dengan kegiatan pengolahan limbah peternakan yang sudah ada
sebelumnya
Kompleksitas a. Skor kesulitan peternak memahami
cara merakit instalasi biogas
57
b. Skor kesulitan peternak menggunakan teknologi untuk memasak dibanding
menggunakan minyak tanahLPG c. Skor kesulitan peternak memasukkan
feses pada tangki pengurai d. Skor kesulitan peternak menyediakan
air untuk teknologi biogas e. Skor kesulitan peternak mengolah
limbah biogas f. Skor kesulitan peternak merawat
instalasi biogasnya Trialabilitas
a. Skor seberapa sering peternak memasukkan feses ke tangki pengurai
dapat dicoba b. Skor seberapa sering peternak
menggunakan gas biogas untuk memasak dapat dicoba
c. Skor seberapa sering peternak menggunakan limbah biogas langsung
ke tanaman dapat dicoba d. Skor seberapa sering peternak
mengolah limbah biogas menjadi pupuk padat dan pupuk cair dapat
dicoba
Observabilitas a. Skor pembentukan gas pada digester
dapat diamati oleh peternak b. Skor lama memasak dengan
menggunakan biogas dapat diamati oleh peternak
c. Skor penggunaan biogas untuk memasak tidak mempengaruhi bau
makanan yang dimasak dapat diamati oleh peternak
d. Skor gas dari biogas yang tidak mudah meledak dapat diamati oleh peternak
e. Skor pupuk dari limbah biogas dapat diamati penggunaannya langsung pada
tanaman f. Skor pengolahan limbah biogas
menjadi pupuk padat dan pupuk cair dapat diamati oleh peternak
58
B. Sikap Peternak X3
No Peubah Sub peubah
Indikator 1
Sikap peternak
tentang
teknologi biogas X3
Kognisi a. Skor tingkat kepercayaan peternak
pada biogas tidak mempengauhi bau makanan yang dimasak
b. Skor tingkat kepercayaan peternak pada biogas dapat digunakan untuk
memasak sama dengan minyak tanah dan LPG
c. Skor tingkat kepercayaan peternak pada gas dari biogas tidak mudah
meledak d. Skor tingkat kepercayaan peternak
tentang limbah biogas yang dapat langsung dimanfaatkan pada tanaman
e. Skor tingkat kepercayaan peternak limbah biogas dapat dijadikan pupuk
cair dan pupuk padat f. Skor tingkat kepercayaan peternak
pada limbah biogas sama baiknya dengan pupuk kimia
Afeksi a. Skor peternak merasa senang gas dari
biogas dapat digunakan untuk memasak
b. Skor peternak merasa senang bahwa biogas dapat menggantikan minyak
tanah dan LPG untuk memasak c. Skor peternak merasa senang karena
dengan biogas peternak lebih mudah menangani limbah ternaknya
d. Skor peternak merasa senang karena limbah biogas dapat dijadikan pupuk
cair dan pupuk padat e. Skor peternak tidak merasa jijik
menggunakan teknologi biogas untuk memasak
f. Skor peternak merasa senang karena dengan biogas dapat menjaga
kebersihan lingkungan g. Skor peternak merasa dengan
menggunakan teknologi biogas dapat mengurangi pencemaran lingkungan
Konasi a. Skor tingkat kemauan peternak
berinvestasi pada teknologi biogas
59
b. Skor tingkat kemauan peternak memasukkan feses pada tangki
pengurai c. Skor tingkat kemauan peternak
menyediakan air untuk teknologi biogas
d. Skor tingkat kemauan peternak mengganti minyak tanah dan gas LPG
untuk memasak e. Skor tingkat kemauan peternak
merawat instalasi biogasnya f. Skor tingkat kemauan peternak
memanfaatkan limbah biogas menjadi pupuk padat dan pupuk cair
C. Derajat pengadopsian Peternak Y
No Peubah Sub peubah
Indikator 1
Adopsi peternak sapi
perah pada teknologi
biogas Y Investasi teknologi
biogas a. Besarnya biaya untuk
membangun konstruksi kandang agar limbah ternak
langsung masuk ke tangki pengurai
b. Bersarnya biaya untuk bahan- bahan konstruksi biogas
c. Besarnya biaya membangun digester
d. Besarnya upah pekerja e. Besarnya biaya oprasional,
biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan
Derajat penggunaan
digester a. Menggunakan digester
sebagai tangki pengurai b. Menggunakan digester
sebagai tempat penampungan feses
c. Menggunakan digester agar gas hasil penguraian tidak
terbuang begitu saja d. Menjaga digester agar tetap
kedap udara e. Menggunakan digester agar
feses tidak menumpuk disekitar kandang
60
Derajat penggunaan katup
a. Menggunakan katup sebagai pengaman
b. Menggunakan katup untuk mengikat air yang ikut
bersama gas dari digester c. Menggunakan air dalam
katup untuk mengontrol jumlah gas
d. Menggunakan air dalam katup agar gas yang digester
langsung ke penampung gas dan tidak keluar melalui
katup
Derajat penggunaan
penampung Gas a. Menggunakan penampung
gas untuk menampung gas yang secara kontinu
diperoduksi pada digester
b. Menggunakan penampung gas sebagai tempat cadangan
gas c. Menggunakan digester untuk
menjaga gas agar tidak menguap di udara
d. Penggunaan jenis plastik sebagai penampung gas
Derajat penggunaan
kompor a. Menggunakan kompor
sebagai tempat keluarnya gas pada saat memasak
b. Menggunakan kompor biasa menjadi kompor biogas
c. Menggunakan kompor biogas sebagai tempat meletakkan
panci, wajan dan alat-alat masak lainnya pada saat
memasak
d. Menggunakan kompor untuk mengontrol besar kecilnya
gas yang keluar pada saat memasak
Derajat penggunaan biogas
untuk keperluan sehari-hari
a. Menggunakan biogas untuk menampung feses yang keluar
setiap hari b. Menggunakan biogas untuk
menjaga kebersihan kandang c. Menggunakan biogas agar
feses ternak tidak mencemari
61
lingkungan sekitar d. Menggunakan biogas agar
tidak mengkontaminasi susu yang telah di perah
e. Menggunakan biogas untuk mempermudah pekerjaan
peternak f. Menggunakan biogas sebagai
sumber energi alterbatif Melakukan
pemeliharaan pada instalasi biogas
a. Intensitas pemeliharaan peternak pada digester
b. Intensitas pemeliharaan peternak pada penampung
gas c. Intansitas pemeliharaan
peternak pada kompor d. Intensitas peternak menjaga
agar saluran pada biogas tidak ada yang bocor
Instrumentasi
Instrumentasi merupakan proses penyusunan instrumen yang digunakan sebagai alat ukur dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan yaitu berupa kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan peubah penelitian. Pengembangan instrumen dilakukan dengan cara 1
menentukan peubah-peubah yang ada di dalam penelitian, 2 mengembangkan sub-sub peubah, 3 menetapkan indikator pada setiap peubah, 4
mengembangkan pertanyaan disetiap indikator, 5 menyusun kuesioner. Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmah, instrumen
penelitian diuji terlebih dahulu baik validitas maupun realibilitas.
Validitas Instrumen
Validitas atau kesahihan, menunjukkan seberapa dekat alat ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur. Menurut Singarimbun dan Effendi
2006, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu megukur apa yang ingin diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk, yaitu dengan mendasarkan pada konsep dan definisi oprasional.
62
Mengetahui syarat kesahihan instrumen penelitian ini, maka dilakukan diantaranya 1 konsultasi pada dosen pembimbing dalam penyusunan instrumen,
dan 2 melakukan iju coba instrumen sebelum digunakan dalam pengumpulan data.
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemampuan
suatu alat ukur dalam mengukur secara konsisten dan sebagai alat ukur yang tepat untuk mengukur gejala yang sama. Suatu penelitian dikatakan reliabel, andal,
memiliki ketepatan atau presisi apabila memberikan nilai yang sama ataupun hampir sama jika pemeriksaan dilakukan berulang-ulang. Reliabilitas digunakan
untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Langkah yang dilakukan untuk memperoleh instrument yang andal reliable, maka digunakan uji coba lapangan terhadap 13 peternak sapi perah
yang telah menggunakan biogas. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji reliabilitas instrument Alfa Cronbach
α dalam software SPSS17. Hasil tersebut menunjukkan bahwa alat ukur yang telah diuji coba dapat digunakan dalam
penelitian. Muhidin dan Abdurrahman 2007 mengelompokkan nilai uji reliabilitas sebagai berikut:
1 Kurang reliabel, nilai Alpa Cronbach 0,00 – 0,20 2 Agak reliabel, nilai Alpa Cronbach 0,21 – 0,40
3 Cukup reliabel, nilai Alpa Cronbach 0,41 – 0,60 4 Reliabel, nilai Alpa Cronbach 0,61 – 0,80
5 Sangat reliabel, nilai Alpa Cronbach 0,81 – 1,00
63
Pengumpulan Data
Data dikumpulakan pada bulan April sampai bulan Mei 2010. Pengumpulan data dilakukan pada responden yaitu peternak sapi perah yang telah
menggunakan biogas yang tersebar dibeberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan data primer. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dengan bantuan dua orang enumerator yang telah telah diberi penjelasan sebelumnya tentang data yang akan dikumpulkan. Selain itu
dikumpulkan juga data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.
Analisis Data
Keseluruhan data yang dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan dalam pembahasan. Langkah awal yaitu mencari koofisien
korelasi setiap variabel dengan menggunakan program SPSS, selanjutnya untuk mengetahui hubungan bersama variabel karakteristik X1 dengan persepsi X2,
karakteristik X1 dengan sikap X3, karakteristik X1 dengan adopsi Y dan katakteristik X1, persepsi X2 dan sikap X3 dengan adopsi Y digunakan
korelasi ganda dengan bantuan program excel 2007.
64
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hipotesis 1: Karakteristik peternak berhubungan dengan persepsi peternak
tentang teknologi biogas Karakteristik peternak terdiri dari peubah umur, pendidikan, pendapatan,
pengalaman, jumlah ternak, jumlah keluarga, kontak peternak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, jarak digester dengan dapur peternak,
keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang waktu dari peternak tahu biogas sampai peternak menggunakan biogas dan motivasi peternak berhubungan
dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas. Koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan persepsi peternak dapat diketahui pada Tabel 4
berikut: Tabel 4. Nilai koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan
persepsi peternak tentang teknologi biogas
No Variabel
r r
x2x1 x2x1
.r r
x1x1
Hasil Perhitungan
x1x2
1 Umur
-0.014 -0.1
-0.014 2
Pendidikan 0.203
-0.04 0.203
R
2
= 0.48 3
Pendapatan 0.268
0.391 0.268
4 Pengalaman
0.147 0.163
0.147 r = 0.69
5 Jumlah Ternak
0.134 -0.19
0.134 6
Jumlah Keluarga -0.262
-0.17 -0.262
7 Partisipasi
-0.125 -0.16
-0.125 8
Kontak dengan penyuluh
0.024 0.12
0.024 9
Jarak instalasi biogas 0.080
0.479 0.080
10 Info biogas
-0.112 -0.28
-0.112 11
Selang waktu tahu biogas
0.104 0.136
0.104 12
Motivasi 0.421
0.555 0.421
Keterangan: r’
x2x1
= hasil perhitungan koefisien korelasi persepsi dengan karekteristik r
x1x1
= hasil perhitungan koefisien korelasi karakteristik r
x1x2
= hasil perhitungan koefisien korelasi karekteristik dengan perspsi
65
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas ialah 0,69. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan karakteristik peternak akan meningkatkan persepsi peternak tentang teknologi biogas sebesar 0,69 satuan.
Selanjutnya pengaruh peubah tersebut secara bersama-sama pada persepsi peternak tentang teknologi biogas ialah 0,48 atau 48. Hal ini menunjukkan
bahwa kontribusi faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada persepsi peternak tentang teknologi biogas mencapai 52.
Hipotesis 2: Karakteristik peternak berhubungan dengan sikap tentang teknologi
biogas Hubungan karakteristik peternak dengan sikapnya tentang teknologi biogas
diuji dengan prosedur korelasi ganda. Hipotesis 2 dijelaskan dari hasil perhitungan koefisien korelasi ganda dan dapat diketahui pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Nilai koefisien korelasi ganda karakteristik peternak pada sikap peternak tentang teknologi biogas
No Variabel
r r’
x3x1 x3x1
.r r
x1x1
Hasil Perhitungan
x1x3
1 Umur
0.066 0.028
0.066 2
Pendidikan 0.254
0.069 0.254
R
2
= 0.38 3
Pendapatan 0.099
0.3136 0.099
4 Pengalaman
0.054 0.0837
0.054 r = 0.61
5 Jumlah Ternak
-0.074 -0.301 -0.074
6 Jumlah Keluarga
-0.257 -0.187 -0.257
7 Partisipasi
-0.141 -0.019 -0.141
8 Kontak dengan
penyuluh -0.095
-0.055 -0.095
9 Jarak instalasi biogas
0.004 0.268
0.004 10
Info biogas -0.109
-0.134 -0.109 11
Selang waktu tahu biogas
0.256 0.2633
0.256 12
Motivasi 0.367
0.4548 0.367
Keterangan: r’
x3x1
= hasil perhitungan koefisien korelasi sikap dengan karekteristik r
x1x1
= hasil perhitungan koefisien korelasi karakteristik r
x1x3
= hasil perhitungan koefisien korelasi karekteristik dengan sikap
66
Tabel 5 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan sikapnya tentang teknologi biogas ialah 0,61. Hal ini berarti
bahwa peningkatan satu satuan karakteristik peternak akan meningkatkan sikap peternak tentang teknologi biogas sebesar 0,61 satuan. Selain itu, tabel tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh bersama peubah-peubah karakteristik dengan sikap peternak tentang teknologi biogas ialah 0,38 atau 38. Jadi, 62 selebihnya
merupakan pengaruh peubah-peubah lain pada sikap peternak yang tidak diamati dalam penelitian ini.
Hipotesis 3: Karakteristik peternak berhubungan dengan adopsi peternak tentang
teknologi biogas
Hipotesis 3 dapat dijelaskan melalui Tabel 6 di bawah ini yang menunjukkan koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan adopsi
peternak tentang teknologi biogas sebagai berikut: Tabel 6. Nilai koefisien korelasi ganda karakteristik peternak pada adopsi
peternak tentang teknologi biogas
No Variabel
r r’
yx1 yx1
.r r
x1x1
Hasil Perhitungan
x1y
1 Umur 0.088
0.306 0.088
2 Pendidikan 0.208
0.131 0.208
R
2
= 0.32 3 Pendapatan
0.117 0.251
0.117 4 Pengalaman
-0.168 -0.17
-0.168 r = 0.57
5 Jumlah Ternak -0.073
-0.26 -0.073
6 Jumlah Keluarga -0.246
-0.26 -0.246
7 Partisipasi 0.015
0.269 0.015
8 Kontak dengan penyuluh
-0.062 -0.18
-0.062 9 Jarak instalasi biogas -0.232
-0.08 -0.232
10 Info biogas -0.243
-0.14 -0.243
11 Selang waktu tahu biogas
0.309 0.206
0.309 12 Motivasi
0.049 -0.01
0.049
Keterangan: r’
yx1
= hasil perhitungan koefisien korelasi adopsi dengan karekteristik r
x1x1
= hasil perhitungan koefisien korelasi karakteristik r
x1y
= hasil perhitungan koefisien korelasi karekteristik dengan adopsi
67
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan adopsi teknologi biogas di Kabupaten Enrekang Sulawesi
Selatan ialah 0,57. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan satu satuan karakteristik peternak, akan meningkatkan adopsi teknologi biogas sebesar 0,57
satuan. Secara bersama-sama karakteristik peternak berpengaruh pada adopsi teknologi biogas sebesar 0,32 atau 32. Selebihnya tabel tersebut menunjukkan
bahwa pengaruh faktor-faktor lain pada adopsi teknologi biogas mencapai 68.
Hipotesis 4: Hubungan karakteristik, persepsi dan sikap dengan adopsi teknologi
biogas Tabel 7 mengungkapkan karakteristik peternak yang terdiri peubah umur,
pendidikan, pendapatan, pengalaman, jumlah ternak, jumlah keluarga, kontak peternak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, jarak digester
dengan dapur peternak, keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang waktu dari peternak tahu biogas sampai peternak menggunakan biogas dan
motivasi, persepsi dan sikap peternak yang secara kolektif berhubungan dengan adopsi teknologi biogas.
68
Tabel 7. Nilai koefisien korelasi ganda karakteristik, persepsi dan sikap peternak pada adopsi peternak tentang teknologi biogas
No Variabel
r r’
yx yx
.r r
xx
Hasil Perhitungan
xy
1 Umur
0.088 0.258125 0.088
2 Pendidikan
0.208 0.103119 0.208
R
2
= 0.38 3
Pendapatan 0.117 0.389881
0.117 4
Pengalaman -0.168
-0.10246 -0.168
r = 0.62 5
Jumlah Ternak -0.073
-0.31415 -0.073
6 Jumlah Keluarga
-0.246 -0.3173
-0.246 7
Partisipasi 0.015 0.199568
0.015 8
Kontak dengan penyuluh
-0.062 -0.11455
-0.062 9
Jarak instalasi biogas -0.232 0.102305
-0.232 10
Info biogas -0.243
-0.25133 -0.243
11 Selang waktu tahu
biogas 0.309 0.235284
0.309 12
Motivasi 0.049
0.18376 0.049
13 Persepsi
-0.091 -0.45316
-0.091 14
Sikap 0.050 0.120824
0.050
Keterangan: r’
yx
= hasil perhitungan koefisien korelasi adopsi dengan semua variabel X r
xx
= hasil perhitungan koefisien korelasi karakteristik r
xy
= hasil perhitungan koefisien korelasi semua variabel X dengan adopsi
Tabel 7 menunjukkan bahwa hubungan bersama antara karakteristik, persepsi dan sikap peternak dengan adopsi peternak tentang teknologi biogas ialah
0,62. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan karakteristik peternak, persepsi peternak dan sikap peternak akan meningkatkan adopsi
peternak tentang teknologi biogas sebesar 0,62 satuan. Secara bersama-sama peubah tersebut berpengaruh pada adopsi peternak tentang teknologi biogas 0,38
atau 38. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi faktor-faktor lain pada adopsi peternak tentang teknologi biogas mencapai 62.
69
Pembahasan
Koofisien korelasi peubah karakteristik peternak yang paling berhubungan dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas diantaranya motivasi,
pendapatan, pendidikan, pengalaman, jumlah ternak, selang peternak tahu sampai peternak menggunakan biogas, jarak biogas dengan dapur peternak dan kontak
peternak dengan penyuluh. Hasil tersebut masih sangat lemah, sehingga dilakukan analisis dengan menggunakan korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik peternak berhubungan dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas sebesar 0,69 lihat Tabel 4. Besarnya koefisien korelasi ini
tercapai karena adanya sinergi pada peubah umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, jumlah ternak, jumlah keluarga, kontak peternak dengan anggota
kelompok, kontak dengan penyuluh, jarak digester dengan dapur peternak, keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang waktu dari peternak tahu
biogas sampai peternak menggunakan biogas dan motivasi peternak yang secara kolektif berhubungan dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas.
Pengaruh karakteristik peternak pada persepsi peternak sapi perah tentang teknologi biogas sebesar 48 persen. Pengaruh tersebut masih tergolong lemah,
karena faktor eksternal di luar penelitian ini memiliki pengaruh yang lebih besar. Besarnya pengaruh faktor ekternal tersebut dapat berupa tanggapan atau persepsi
peternak masih kurang tentang gas dari biogas yang dapat digunakan memasak untuk sehari-hari, selain itu masih kurangnya peternak yang menggunakan
teknologi biogas. Hal tersebut dapat terjadi, karena peternak yang belum menggunakan biogas beranggapan bahwa biogas yang ada sekarang tidak dapat
bertahan lama, akibat konstruksinya yang mudah rusak. Persepsi muncul karena seseorang mengorganisir dan menginterpretasikan kesan yang mereka tangkap
memalalui indera sehingga muncul suatu makna. Hal ini senada dengan pendapat Robbins 2001 persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu
untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat
berbeda dari kenyataan yang objektif. Perilaku orang didasarkan pada persepsi akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri.
70
Artikel yang dikutip pada Management Consulting Courses 2011 mengemukakan bahwa persepsi mengacu pada cara seseorang untuk memahami
dunia sekitarnya. Persepsi merupakan kumpulan proses pada individu yang menyadari kejadian sekitar yang kemudian diinterpretasikan terkait dengan
informasi yang diterima. Faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dapat berupa faktor internak dan faktor eksternal. Faktor internal berupa a batasandari sensor
yang dimiliki, indera yang dimiliki oleh setiap manusia memiliki batasan yang berdampak pada perbedaan respon bagi tiap situasi yang dihadapi. b faktor
psikologis, seperti keperibadian, pengalaman, masa lalu, dan proses pembelajaran serta motivasi. Faktor ekternal berupa target yang diobsevasi dan situasi pada saat
seseorang melihat suatu objek atau kejadian. Besarnya koefisien korelasi karakteristik peternak dengan persepsi
peternak tentang teknologi biogas nampak pada 1 bertambahnya keuntungan peternak yang menggunakan biogas dibandingkan dengan yang menggunakan
minyak tanah, LPG, kayu bakar atau menggunakan arang untuk memasak, 2 bertambahnya penerimaan peternak tentang teknologi biogas karena sesuai
dengan nilai-nilai yang dipercaya peternak setempat, serta sesuai dengan kegiatan pengolahan limbah peternakan yang sudah ada sebelumnya, 3 bertambahnya
pemahaman peternak tentang cara merakit kompor biogas, memudahkan peternak memasak menggunakan biogas, memudahkan peternak memasukkan feses ke
dalam digester, memudahkan peternak mengelola limbah biogas dan memudahkan peternak merawat teknologi biogas, 4 bertambahnya keinginan
peternak untuk mencoba memasukkan feses ketangki pengurai, keinginan peternak mencoba memasak menggunakan biogas bertambah, bertambahnya
keinginan peternak mencoba menggunakan limbah biogas pada tanaman dan mengolah limbah biogas menjadi pupuk oleh peternak bertambah, 5
bertambahnya pengalaman peternak menggunakan biogas untuk masak, keamanan penggunaan gas dari biogas karena tidak mudah meledak, dan biogas tidak
mempengaruhi bau makanan yang dimasak. Karena ini senada dengan pendapat Rogers dalam Hanafi 1971, menyatakan sifat-sifat biogas seperti: 1
keuntungan relatif yang mengadopsian suatu inovasi. Keuntungan relatif terdiri
71
dari keuntungan ekonomis, dalam bentuk rendahnya biaya awal, kecilnya resiko, ketidak-nyamanan, hemat tenaga dan waktu serta imbalan yang diterima, 2 ide
yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol tidak akan diadopsi secepat ide yang kompatibel dengan situasi masyarakat setempat, 3
kompatibilitas bisa berupa memberi jaminan yang lebih besar dan resiko lebih kecil oleh penggunanya. Suatu inovasi mungkin kompatibel jika ada kesesuaian
dengan kepercayaan sosiokultural serta tingkat kebutuhan masyarakat dengan teknologi tersebut, suatu ide baru dapat digolongkan ke dalam kontinum ”rumit
sederhana”. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu, sedangkan dari pihak lain tidak. 4 ide baru yang dapat dicoba biasanya
diadopsi lebih cepat dan 5 hasil inovasi-inovasi tertentu dapat dilihat dan dapat dikomunikasikan terhadap orang lain dan ada juga yang tidak bisa, sehingga dapat
mempengaruhi adopsi seseorang. Pendapat diatas sejalan dengan pendapat Soekartawi 1988, menyatakan
sifat-sifat inovasi diantaranya: 1 keuntungan relatif suatu teknologi baru, 2 kompatibilitas teknologi baru dengan kebiasaan pengguna, 3 kemudahan
penggunaan teknologi baru, 4 derajad kerumitan teknologi yang rendah dan 5 kemudahan melihat hasil teknologi tersebut.
Selanjutnya Robbins 1996, mengemukakan persepsi merupakan suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan
indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh latar
belakang yang berbeda atau karakteristik individunya. Selain itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua jenis yaitu 1 pengaruh
dari dalam diri seseorang itu sendiri dan 2 pengaruh dari luar diri seseorang. Kedua faktor tersebut memperlihatkan persepsi sebagai proses pencarian
informasi. Hasil penelitian ini senada dengan temuan Hasumati dan Ahlawat 2010
mengemukakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, media massa, interaksi dengan
masyarakat, kosmopolitan, adat-istiadat, suku atau bangsa, kepemilikan lahan
72
menunjukkan pengaruh positif pada persepsi. Sama halnya dengan penelitian Kaliky dan Hidayat 2002, mengemukakan bahwa karakteristik individu turut
mempengaruhi pandanganpersepsi seseorang. terhadap suatu stimulus objek. Secara psikologis setiap orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik
personalnya. Karakteristik individu diantaranya meliputi: umur, pendidikan, kepemilikan ternak, pendapatan keluarga, pengalaman beternak, kosmopolitan.
Selanjutnya temuan Lilis 2010, mengemukakan bahwa hubungan antara karakteristik dengan persepsi peternak sapi potong positif namun sangat lemah.
Karakteristik peternak diantaranya umur, pendidikan, pengalaman, kepemilikan ternak, hubungan individu dengan instansi terkait. Sedangkan pesepsi peternak
tentang teknologi IB diantaranya tingkat pengetahuan peternak, minat peternak dan penilaian peternak. Penilaian peternak terdiri dari peubah keuntungan
peternak, kompatabilitas, kemudahan penerapan IB, triabilitas dan observabilitas. Sama halnya dengan pendapat Aryanti, 2008 mengemukakan bahwa
persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu,
pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain:
lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Penelitian ini searah dengan pendapat Kunthi 2005 bahwa terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya: a
Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar sekaligus, b Set merupakan harapan seseorang c Kebutuhan, kebutuhan yang
berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu. d Sistem Nilai, dimana sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pula terhadap
persepsi. e Ciri Kepribadian, dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda.
Berdasarkan pernyataan yang dikutip pada www.ittelkom.ac.id 2009 bahwa persepsi adalah proses kognitif di dalam pikiran seseorang untuk
memberi arti terhadap stimuli dari lingkungan yang dapat ditangkap melalui
73
inderanya. Tiap-tiap orang mempunyai persepsi sendirisendiri karena: a perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimuli, b perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimuli tersebut. Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap persepsi: 1 Karakteristik objek: penampilan,
penampilan, cara berkomunikasi dan status seseorang. 2 Karakteristik individu: konsep diri seseorang. Konseptual kognitif, pengalaman, emosi, motivasi
kebutuhan. 3 Karakteristik situasional: situasi sosial, situasi organisasi dan situasi alam.
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori diatas menunjukkan adanya hubungan karakteristik peternak dengan persepsi peternak tentang
teknologi biogas. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh pemerintah setempat yaitu memperhatikan karakteristik peternak untuk
menyalurkan bantuan teknologi biogas, dapat menentukan baik buruknya persepsi peternak tentang teknologi biogas. Hasil pengamatan dilapangan, peternak
mengalami kendala dalam merawat instalasi biogas yang berbahan plastik. Plastik yang mudah sobek menyebabkan gas tidak dapat digunakan untuk memasak
seperti gas LPG, minyak tanah dan kayu bakar. Koofisien korelasi karakteristik peternak yang paling berhubungan dengan
sikap peternak tentang teknologi biogas diantaranya motivasi, selang waktu peternak tahu sampai peternak menggunakan biogas, pendidikan, pendapatan,
pengalaman dan jarak biogas dengan dapur peternak. Hasil korelasi setiap variabel tersebut masih sangat lemah, sehingga dilakukan analisis dengan
menggunakan korelasi ganda untuk mengetahui hubungan bersama semua variabel karakteristik tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.
Pengaruh karakteristik peternak pada sikap peternak tentang teknologi biogas sebesar 38 persen. Pengaruh tersebut sangat lemah dibandingkan faktor
eksternal yang tidak diteliti pada penelitian ini yang mencapai 62 persen. Faktor tersebut dapat berupa pengaruh dari orang lain yaitu sikap seseorang sering juga
dipengaruhi oleh orang-orang yang ada di sekitar terutama orang yang memiliki pekerjaan yang berbeda. Tidak adanya pendampingan, instansi terkait atau pihak
yang berkepentingan perlu melakukan pendampingan teruama pada peternak yang
74
baru menggunakan teknologi biogas untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi terutama jika terdapat kebocoran. Disisi lain, pembentukan sikap
seseorang tergantung juga pada budaya. Hal tersebut searah dengan temuan Fenny 2009 bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok yang bersifat konservatif
yaitu orang yang paling mudah memusuhi orang lain dan mudah curiga, paling suka memaksa dan paling cepat kecewa pada orang lain. Selanjutnya menurut Sri
2008 bahwa pembentukan sikap seseorang tergantung pada budaya tempat tinggal individu tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widiyanta 2002 yang menunjukkan bahwa sumber pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman
pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok, pengaruh media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting berpengaruh pada perubahan sikap.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Ramdhani 2009, bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang dilakukan individu. Oleh karena itu,
mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif, yaitu: a Faktor-faktor genetik dan fisiologik
umur, b Pengalaman Personal, c Pengaruh orang tua keluarga, d Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat dan e Media massa adalah media
yang hadir di tengah tengah masyarakat. Penelitian ini juga senada dengan temuan Mei dan Kurniasari 2008,
keduanya mengemukakan bahwa kemampuan seseorang untuk menentukan sikap menerima teknologi erat hubungannya dengan karakteristik internal diantaranya
umur, tingkat pendidikan formal dan non formal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, kosmopolitan, permodalan, tata nilai adat,
frekweinsi kontak dengan instansi terkait dan kerakteristik eksternal diantaranya kontak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, pengaruh tokoh
masyarakat, ketersediaan sarana dan prasara. Disamping itu juga dipengaruhi oleh sifat-sifat teknologi itu sendiri seperti relative advantage, compatibility,
complexcity, triability, observability dan ketersediaan input complementer. Selanjutnya hasil temuan Winarni 2001 mengemukakan bahwa
karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda akan membedakan respon petani
75
terhadap ragam metode penyuluhan, baik berupa respon poitif maupun negatif. Oleh karena itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang
diantaranya Umur, metode kunjungan, diskusi, ceramah, demonstrasi, pendidikan formal, pendidikan non formal petani, tingkat kekosmopolitan dan pendapatan
keluarga petani. Berbeda dengan temuan di atas Fenny 2009, mengemukakan bahwa
karakteristik sosial anatar lain umur, tingkat pendidikan dan kosmopolitan, begitu pula karakteristik ekonomi seperti luas lahan, ketersediaan tenaga kerja keluarga,
dan pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan nyata dengan sikap peternak. Hal yang mendasari keberhasilan program pengembangan peternakan tanpa ada
pengaruh karakteristik pada sikap peternak, karena apabila peternak memperoleh kepercayaan dan kemudahan mendapatkan bantuan dan merasa yakin bahwa diri
dan keluarganya akan mendapatkan manfaat besar dari setiap perbaikan yang terkandung dalam program-program pengembangan peternakan. Oleh karena itu,
tidak ada alasan untuk khawatir bahwa peternak tidak akan responsif terhadap aneka rangsangan ekonomi dan kesempatan-kesempatan baru guna memperbaiki
standar hidupnya.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Sri 2008, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya, 1 Pengalaman pribadi, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat 2 Kebudayaan, pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan 3 Orang lain yang
dianggap penting Significant Others, yaitu: orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita 4 Media massa, berupa
media cetak dan elektronik, dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita 5 Institusilembaga
pendidikan dan agama, institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang
menentukan sistem kepercayaan seseorang dan 6 Faktor emosional, suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau
pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego, dapat bersifat sementara ataupun menetap persistentahan lama.
76
Pendapat Rogers dalam
Dinas Peternakan Kota Kendari 2010, menjelaskan bahwa untuk mengubah sikap petani pembinaan harus secara terprogram dan
berkesinambungan sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah bersangkutan, melalui pembinaan petani diharapkan dapat timbul kepemimpinan non formal di
pedesaan yang akan mampu menghimpun, menggerakkan dan mengarahkan Soekartawi, 1988, mengemukakan bahwa
pengaruh cepat lambatnya seseorang dalam mengadopsi inovasi karena adanya perbedaan individu, umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan,
keberanian mengambil resiko dan sikap seseorang. Hal senada dikemukakan oleh Halim 1992, bahwa karakteristik individu merupakan suatu ciri atau sifat-sifat
yang melekat pada diri seseorang dengan semua aspek kehidupan lingkungan sosial. Karakteristik individu dapat meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin,
status sosial, status ekonomi, bangsa dan lain-lain. Karakteristik individu yang menentukan perilakunya dan meliputi berbagai variabel seperti, motif, nilai, sikap
kepribadian dan sikap berinteraksi satu sama lain. Hampir sama dengan pendapat Kurnia 2002, yang menyatakan sikap
merupakan kecendrungan seseorang untuk mengetahui, merasakan dan bertindak terhadap suatu objek. Sikap bukanlah tingkah laku, tetapi merupakan
kecendrungan untu merasa, berfikir, bertindak dan bertingkah laku dengan cara tertentu terhadap suatu objek.
Penentu sikap diantaranya: 1 keinginan individu yaitu keinginan seseorang untuk mencapai kepuasan, 2 informasi meliputi
keinginan seseorang dalam mengembangkan pengetahuannya, 3 keyakinan individu akan suatu teknologi dan 4 kepribadian refleksi dan kepribadian
seseorang.
Sama halnya dengan Soekartawi 1988, mengemukakan dalam proses
pengambilan keputusan apakah seseorang menerima atau menolak inovasi adalah banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh situasi
interen orang tersebut misalnya pendidikan, status sosial, umur dan sebagainya serta situasi eksteren atau situasi lingkungan misalnya frekuensi kontak dengan
sumber informasi, kesukaan mendengar radio, televisi, menghadiri temu karya dan sebagainya.
77
petani dalam melaksanakan usahataninya. Pembinaan petani diperlukan sarana dan prasarana untuk penyaluran informasi pertanian, pemilikan bahan-bahan
informasi harus selektif dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran atau pengguna. seperi jenis media penyuluhan pertanian mempunyai kelebihan dan
kekurangan sehingga harus selalu dipertimbangkan dalam pemilikan media yang akan digunakan. Media penyuluhan pertanian diharapkan berperan sebagai
sumber informasi, diharapkan mampu mempengaruhi pengetahuan, sikap, motivasi petani, dalam proses adopsi dan difusi inovasi pertanian.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif karakteristik peternak pada sikap peternak tentang teknologi biogas. Karakteristik
peternak terdiri dari dimensi umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, jumlah ternak, jumlah keluarga, kontak peternak dengan anggota kelompok, kontak
dengan penyuluh, jarak digester dengan dapur peternak, keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang waktu dari peternak tahu biogas sampai peternak
menggunakan biogas, dan motivasi peternak. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah setempat. Untuk meningkatkan
sikap peternak tentang teknologi biogas, maka perlu meningkatkan karakteristik peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.
Koofisein korelasi karakteristik peternak yang paling berhubungan dengan adopsi peternak tentang diantaranya selang dari tahu sampai menggunakan
teknologi biogas, pendidikan, pendapatan, umur, motivasi peternak, kontak dengan anggota kelompok, dan jarak instalasi biogas dari penampung gas ke
dapur. Hasil korelasi tersebut sangat lemah, sehingga dilakukan analisis dengan menggunakan korelasi ganda untuk mengetahui hubungan bersama semua
variabel karakteristik. Hasilnya menunjukkan keeratan hubungan peubah karakteristik peternak dengan adopsi peternak di Kabupaten Enrekang Sulawesi
Selatan mencapai 0,57 lihat Tabel 6. Hal tersebut disebabkan, karena setiap peubah dari karakteristik peternak secara bersama-sama memberikan konteribusi
pada adopsi peternak tentang teknologi biogas dan nampak
pada bertambahnya jumlah jam penggunaan peternak memasak dengan biogas.
78
Besarnya koefisien korelasi ganda karakteristik peternak dengan adopsi peternak tentang teknologi biogas terjadi karena hubungan peubah umur,
pendidikan, pendapatan, pengalaman, jumlah ternak, jumlah keluarga, kontak peternak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, jarak digester
dengan dapur peternak, keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang waktu dari peternak tahu biogas sampai peternak menggunakan biogas dan
motivasi peternak dengan adopsi peternak tentang teknologi biogas dilakukan secara bersama-sama. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Soekartawi 1988,
bahwa beberapa hal yang mempengaruhi adopsi seseorang diantaranya umur, pendidikan, pola hubungan, motivasi, sifat adopsi, interaksi individual, kelompok,
anggota keluarga dan sumber informasi. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Ibrahim et al. 2003, bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan
seseorang mengadopsi inovasi, antara lain: umur, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dan pola hubungan serta kegiatan penyuluhan.
Senada dengan temuan Mei dan Kurniasari 2008, mengatakan bahwa kemampuan menentukan sikap menerima atau mengadopsi teknologi erat
hubungannya dengan faktor internal dan eksternal pengguna. Karakteristik internal meliputi: umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal,
jumlah tanggungan keluarga, alasan menggunakan teknologi, pendapatan pengguna, jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Kemudian faktor eksternal adalah
kekosmopolitan pengguna teknologi, keanggotaan dalam kelompok, frekwensi interaksi dengan lembaga, ketersediaan sarana dan prasarana serta jenis
pengambila keputusan. Penelitian Mursidi et al. 2008, menjelaskan bahwa variabel umur,
pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, alasan melakukan usaha, jumlah tenaga kerja, cosmopolitan, frekwensi kontak dengan penyuluh tidak
memperlihatkan hubungan nyata, namun variabel pendidikan formal dan pendapatan petani memperlihatkan hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Azizi dan Nasution 2008, menyatakan bahwa ada beberapa variabel yang mempunyai pengaruh terhadap teknologi, diantaranya:
79
umur, tingkat pendidikan, pendapatan per bulan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja keluarga, cosmopolitan serta kontak dengan penyuluh.
Selanjutnya hasil penelitian Walekhwa et al. 2009, mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adopsi biogas, faktor
utama yang mempengaruhi adopsi seorang petani yaitu faktor sosial ekonomi, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh faktor pribadi umur pengguna, pendidikan
formal, ukuran keluarga, luas lahan, banyaknya jumlah ternak, jenis kelamin, pendapatan dan tempat tinggal pengguna, kelembagaan dalam masyarakat. Hal
ini sejalan dengan temuan Suharyanto et al. 2002, menyatakan bahwa teknologi
yang didesiminasikan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan penggunapetani. Sebaik apapun teknologi yang dihasilkan akan tidak berguna
apabila tidak diadopsi oleh penggunapetani. Perilaku pengguna banyak
dipengaruhi, antara lain pemilihan sistem teknologinya, sangat kondisi individu, kondisi lingkungan baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial ekonomi.
Selain peubah tersebut, ada beberapa peubah bebas diantaranya umur, pendidikan, pendapatan, luas lahan, sikap, pengetahuan dan norma sosial.
Hasil temuan Hamalik 1999 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seorang petani mengadopsi suatu teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka semakin mudah
memahami suatu teknologi. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin luas pula pengetahuannya. Zainun 2004, menyatakan motivasi adalah menggambarkan hubungan
dan harapan. Keuntungan yang dirasakan dengan menggunakan suatu teknologi dapat menyebabkan seseorang termotivasi untuk menjalankan pekerjaannya.
Teknologi yang sebelumnya hanya dicoba oleh seseorang akan digunakan
80
sepenuhnya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Danim 2004:15, menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang muncul dari dalam diri seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu atau keuntungan tertentu di lingkungan atau dunia kerjanya sendiri. Motivasi dapat mengarahkan orang dalam mengambil tindakan,
sehingga motivasi merupakan proses yang mendorong manusia untuk mencapai tujuannya. Motivasi mempengaruhi seseorang dalam bekerja atau mungkin
menjauhi pekerjaan, oleh karena itu beberapa unsur motivasi, seperti motivasi positif, motivasi negatif, motifasi dari dalam dan motivasi dari luar.
Yunasaf et al. 2009 menyatakan bahwa kelompok peternak sekarang belum dipandang sebagai unsur strategis sebagai media atau wadah terjadinya
proses tranformasi dari peternak yang tradisional menjadi sejatinya peternak farmers. Pemahaman yang keliru dari sebagian orang yang menganggap bahwa
adanya kelompok merupakan kepentingan dari dinas pemerintah. Kelompok dapat merupakan media dalam menyampaikan suatu inovasi baru yang akan
disampaikan kepada peternak. Keanggotaan dalam kelompok dapat
mempengaruhi peternak dalam proses pengadopsian suatu inovasi. Disejelaskan lebih lanjut oleh Yunasaf bahwa pemahaman yang keliru dari sebagian orang
yang menganggap bahwa adanya kelompok merupakan kepentingan dari dinas pemerintah. Kelompok dapat merupakan media dalam menyampai suatu inovasi
baru yang akan disampaikan kepada peternak. Bappenas 2000, menjelaskan bahwa usaha peternakan sapi perah
keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak enam ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal
pengusahaannya sebanyak dua ekor. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan
melakukan diversifikasi usaha. Oleh karena itu, semakin tinggi skala usaha peternakan sapi perah, semakin cepat pula peternak mengadopsi suatu teknologi.
Hal senada dengan temuan Irmawati 2008, mengemukakan bahwa teknologi biogas sangat dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak, karena akan
menentukan jumlah feses yang diproduksi setiap harinya. Mengetahui produksi feses, besar digester dapat disesuaikan sehingga tidak terjadi lagi kekurangan
81
feses ataupun kelebihan feces. Digester yang memiliki kapasitas lebih besar dari skala usaha peternak, maka produksi gas tidak akan optimal. Dijelaskan lebih
lanjut bahwa jumlah anggota keluarga peternak menentukan banyaknya gas yang dibutuhkan untuk memasak. Anggota keluarga semakin besar jumlahnya, maka
kebutuhan BBM semakin besar pula. Hal ini dihubungkan dengan kebutuhan biogas, maka semakin banyak anggota keluarga berarti semakin besar kapasitas
digester yang dibutuhkan. Selain itu, anggota keluarga juga dimanfaatkan oleh peternak sebagai tenaga kerja dalam mengelola usaha ternaknya.
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori diatas menunjukkan adanya hubungan karakteristik peternak dengan adopsi peternak tentang teknologi
biogas. Meningkatnya karakteristik peternak, akan meningkatkan jumlah jam penggunaan biogas untuk memasak oleh peternak. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan acuan bagi pemerintah atau instansi yang terkait, bahwa penyaluran bantuan teknologi biogas perlu dikaitkan dengan karakteristik calon penggunanya.
Pengamatan di lapangan bahwa banyak teknologi biogas yang mengalami kerusakan dan tidak berfungsi lagi. Selain itu masih kecilnya perhatian
pemerintah tentang kelangsungan teknologi biogas karena belum adanya solusi yang diberikan pemerinah untuk mengatasi instalasi biogas yang rusak.
Desiminasi teknologi biogas haruslah digalakkan dengan melakukan pendampingan pada peternak sapi perah. Selain desiminasi dalam pengembangan
teknologi biogas perlu juga dilakukan penyuluhan oleh instansi terkait. Penyuluhan diperlukan agar peternak dapat mandiri dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri. Oleh karena itu, kendala yang dihadapi selama ini khususnya yang terjadi di Kabupaten Enrekang dapat teratasi.
Peubah yang berhubungan positif dengan adopsi peternak tentang teknologi biogas yaitu selang waktu dari tahu sampai menggunakan teknologi
biogas, pendidikan, pendapatan, umur, sikap peternak, motivasi peternak, kontak dengan anggota kelompok, dan jarak instalasi biogas dari penampung gas ke
dapur, namun nilai tersebut tergolong sangat lemah. Oleh karena itu, digunakan koefisien korelasi ganda untuk mengetahui hubungan bersama karakteristik,
persepsi dan sikap peternak dengan adopsi peternak tentang teknologi biogas.
82
Koofisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa karakteristik, persepsi dan sikap peternak berhubungan dengan kemampuan peternak dalam mengadopsi teknologi
biogas, dengan derajad hubungan mencapai 0,62 dapat dilihat pada Tabel 7. Hal ini nampak pada bertambahnya jumlah jam penggunaan peternak memasak
dengan biogas. Besarnya koefisien korelasi ganda karakteristik, persepsi dan sikap
peternak dengan adopsi teknologi biogas terjadi karena hubungan peubah umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, jumlah ternak, besarnya keluarga, kontak
peternak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, jarak digester dengan dapur peternak, keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang
waktu dari peternak tahu biogas sampai peternak menggunakan biogas, motivasi, persepsi dan sikap peternak dengan adopsi dilakukan secara bersama-sama. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Mei et al. 2008, menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat adopsi dipengaruhi karakteristik internal dan eksternal
pengguna. Karakteristik internal terdiri dari, umur pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja
keluarga, tingkat kosmopolitan, frekwensi kunjungan penyuluh, dan jenis pengambilan keputusan. Faktor eksternal terdiri dari kehadiran dalam kelompok,
sarana dan prasarana, pengaruh tokoh masyarakat, dukungan kelembagaan, asal modal usaha, pemasaran dan urutan adat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Muhidin
dan Abdurrahman 2007, menjelaskan bahwa besar kecilnya nilai korelasi antara dua atau lebih variabel X dengan variabel Y, terjadi ketika salah satu bagian
variabel bebasnya dianggap konstan atau dibuat tetap. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharani dan Hikmah
2008 mengemukakan bahwa karakteristik internal dan faktor internak pengguna dapat mempengaruhi tingkat adopsi seseorang. Temuan Mei dan Kurniasari
2008, mengemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan adopsi suatu teknologi oleh masyarakat. Faktor tersebut bukan hanya dari bentuk
teknologinya, tetapi kemampuan masyarakat pengguna teknologi seperti pengetahuan, keterampilan dan permodalan serta sikap masyarakat pengguna
teknologi.
83
Penelitian Syafruddin 2003, menjelaskan bahwa karakteristik responden merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam mengadopsi
inovasi dalam usahatani. Hasil penelitian syafruddin menemukan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi petani dalam mengadopsi suatu inovasi
beternak ayam broiler dipengaruhi oleh faktor internal petani pengetahuan, motivasi kerja dan sikap peternak dan faktor lain tingkat pendidikan,
pengalaman, tenaga kerja, modal, ketersediaan sarana produksi dan pasar. Sama halnya dengan hasil penelitian Bhatia 2002, menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi difusi teknologi biogas di India diantaranya karakteristik teknologi, karakteristik pengguna, lingkungan makro, peran
pemerintah dan organisasi-organisasi yang berkaitan. Kendala utama petani dalam pengadopsian teknologi biogas di India yaitu lingkungan sekitar serta besarnya
biaya yang harus dikeluarkan petani. Temuan Suradisastra et al. 2000:117, mengemukakan beberapa kondisi
yang dapat dihimpun dari kelompok petani sebagai bahan acuan percepatan proses adopsi teknologi diantaranya, 1 perbedaan tingkat keterdedahan exposure, 2
perbedaan jenis dan tingkat penerapan teknologi pertanian, 3 perbedaan sikap dan persepsi, 4 perbedaan produksi dan produktivitas, dan 5 persepsi positif
terhadap sumber informasi. Penelitian yang dilaksanakan oleh Walekhwa et al. 2009, menjelaskan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adopsi biogas, faktor utama yang mempengaruhi adopsi seorang petani yaitu faktor sosial ekonomi,
selain itu dapat juga dipengaruhi oleh faktor pribadi umur pengguna, pendidikan formal, ukuran keluarga, luas lahan, banyaknya jumlah ternak,jenis kelamin,
pendapatan dan tempat tinggal pengguna, kelembagaan dalam masyarakat. Pendapat Suhardiyono 1992 mengemukakan bahwa masyarakat kita
yang sebagian besar petani dalam menanggapi suatu ideinformasi yang baru berbeda-beda, menurut karakteristik sosial ekonomi dari petani itu sendiri, dan
perbedaan yang terjadi kadang sangat beragam. Karakteristik petani meliputi tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitanan dan tingkat kemampuan
ekonominya. Dalam memperkenalkan suatu halteknologi baru inovasi kepada
84
masyarakat, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Pada proses adopsi terdapat tahapan-tahapan
sebelum petani menerimamenerapkan dengan keyakinannya sendiri. Tahapan itu adalah: Awareneskesadaran, Interesttumbuhnya minat, Evolutionpenilaian,
Trialmencoba, Arsoptionmenerima, Temuan Totok 2009, mengemukakan bahwa tolak ukut tingkat adopsi,
yaitu: kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah
“diberi” inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan “rekomendasi” yang disampaikan oleh penyuluhan. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kecepatan adopsi tergantung pada proses perubahan perilaku yang diupayakan, prosesnya dapat berlangsung cepat dan dapat juga berlangsung
lambat. Jika prosesnya melalui pemaksaan biasanya adopsinya berjalan cepat tetapi jika melalui pendidikan prosesnya dapat berlangsung lebih lambat. Selan
itu, kecepatan adopsi dapat juga dipengaruhi sifat-sifat atau karakteristik teknologi, karakteristik calon pengguna, pengambilan keputusan adopsi, saluran
atau media yang digunakan, dan kualifikasi penyuluh. Pendapat yang sama disampaikan oleh Rogers dan Shoemaker 1971,
memberikan ciri-ciri dan mengelompokkan keinovatifan seseorang sebagai berikut: a Ciri sosial ekonomi, diantaranya, lebih berpendidikan, mempunyai
status sosial yang lebih tinggi, mempunyai mobilitas yang lebih tinggi, mempunyai lading yang lebih luas, lerorientasi pada ekonomi komersial,
mempunyai sikap yang lebih baik, mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik, b Ciri kepribadian, memiliki simpatik lebih besar, dogmatis, mempunyai
kemampuan abstraktis yang lebih besar, mempunyai sikap mau mengambil resiko, lebih tinggi intelengensinya, mempunyai sikap yang lebih berkenan terhadap
perubahan, mempunyai rasionalitas yang lebih baik tarhadap
pendidikanpengetahuan, tidak menyerah pada nasib, dan motivasi dan aspirasi meningkatkan taraf hidup dan c Ciri komunikasi, yaitu partisipasi sosial lebih
tinggi, sering mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial lain, sering mengadakan hubungan dengan agen perubahan, lebih mengadakan
85
hubungan dengan orang asing, member motivasi lebih baik, menjadi anggota sistem sosial yang lebih modern.
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori diatas menunjukkan bahwa peningkatan adopsi peternak tentang teknologi biogas dapat dilakukan
dengan cara yaitu 1 peningkatan pada peubah karakteristik peternak yaitu umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman, jumlah ternak, jumlah keluarga, kontak
peternak dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, jarak digester dengan dapur peternak, keterdedahan peternak pada informasi biogas, selang
waktu dari peternak tahu biogas sampai peternak menggunakan biogas, dan motivasi peternak, 2 harus ada pengelolaan dan pengembangan teknologi biogas
sehingga dapat memberbaiki persepsi peternak tentang teknologi biogas dan 3 peningkatan pada peubah sikap yang tediri dari komponen kognitif, afektif dan
konasi. Pengaruh karakteristik, persepsi dan sikap peternak dengan adopsi pada
penelitian ini sebesar 38 persen, hasil masih tergolong lemah. Dengan kata lain, pengaruh peubah lain yang tidak diteliti pada penelitian ini sangat kuat. Peubah
yang tidak termasuk dalam penelitian ini dapat berupa karakteristik teknologi biogas, permodalan, biogas yang ada sekarang masih merupakan sumbangan dari
pemerintah maupun kurangnya pelatihan biogas. Teknologi biogas yang ada di Kabupaten Enrekang ada tiga macam,
diantaranya biogas yang berbahan dasar dari drum, fiber, dan plastik PE seperti yang sekarang ini banyak digunakan di Kabupaten Enrekang. Namun teknologi
biogas yang ada sekarang memiliki banyak kekurangan seperti mudah bocor karena terbuat dari plastik. Masalah yang dihadapi peternak sapi perah di lokasi
penelitian yaitu kebocoran yang terjadi pada penampung gas dan kebocoran ini sulit untuk dideteksi sehingga menyebabkan banyak teknologi biogas yang
terbengkalai. Faktor lain yang dapat menghambat adopsi peternak tentang teknologi biogas karena teknologinya selama ini merupakan bantuan pemerintah
setempat. Akibatnya banyak peternak yang tergantung pada proyek pemerintah. Peternak selalu berharap mendapatkan bantuan teknologi biogas dari pemerintah.
Fektor ekternal yang dapat mempengaruhi peternak sapi perah dalam mengadopsi
86
teknologi biogas yaitu tidak ada pelatihan khususnya biogas. Kurangnya peternak mengikuti pelatihan biogas menyebabkan pengetahuan peternak menjadi terbatas.
Hal tersebut menjadi kendala utama bagi peternak dalam mengatasi kerusakan. Selain karakteristik teknologi biogas, sumber permodalan juga bisa
menjadi salah satu faktor penyebab kurang berkembangnya teknologi biogas di Kabupaten Enrekang. Satu unit reaktor biogas memelukan dana kurang lebih
Rp 3.500.000,-, dan banyak peternak yang merasa berat mengeluarkan biaya sebesar itu.
Temuan di lapangan diketahui bahwa kondisi wilayah Kabupaten Enrekang masih banyak terdapat potensi sumber daya lokal seperti kayu.
Masyarakat setempat masih banyak yang menggunakan kayu bakar untuk memasak. Ketersediaan potensi ini, menyebabkan masyarakat merasa belum
kekurangan sumber energi terutama untuk bahan bakar memasak. Selain itu kayu bakar sangat mudah diperoleh dan masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mendapatkannya. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab sehingga teknologi biogas kurang berkembang di Kabupaten Enrekang. Namun keadaan ini
bukan tanpa masalah, pengunaan kayu bakar akan menyebabkan kebutuhan masyarakat akan kayu semakin meningkat, keadaan ini dapat menyebabkan
kondisi alam sekitar menjadi rusak dan hutan menjadi gundul karena penebangan pohon. Selain itu, penggunaan kayu bakar menimbulkan asap sehingga
mengganggu pernafasan, meninggalkan kerak yang berwarna hitam, dapat mempengaruhi bau makanan yang dimasak serta dapat mengkontaminasi susu
yang akan dibuat dangke.
87
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dipaparkan pada bagian
terdahulu, maka dapat disimpulkan: 1. Faktor yang berhubungan dengan adopsi peternak sapi perah tentang teknologi
biogas di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan diantaranya: selang dari tahu sampai menggunakan teknologi biogas, pendidikan, pendapatan, umur, sikap
peternak, motivasi peternak, kontak dengan anggota kelompok, dan jarak instalasi biogas dari penampung gas ke dapur.
2. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas cukup erat.
3. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan sikap peternak tentang teknologi biogas cukup erat.
4. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan adopsi teknologi biogas cukup erat.
5. Secara bersama-sama hubungan karakteristik, persepsi dan sikap peternak dengan adopsi juga cukup erat atau sedang
Saran
Saran-saran berikut ini dirumuskan berdasarkan kesimpulan diatas: 1. Desiminasi teknologi biogas perlu digalakkan dengan selang dari tahu sampai
menggunakan teknologi biogas, pendidikan, pendapatan, umur, sikap peternak, motivasi peternak, kontak dengan anggota kelompok, dan jarak
instalasi biogas dari penampung gas ke dapur. 2. Perlu pelatihan untuk memperbaiki persepsi peternak tentang teknologi
biogas. 3. Perlu penyuluhan untuk mengubah sikap peternak pada teknologi biogas.
4. Adopsi teknologi biogas perlu digalakkan dengan melakukan pendampingan terhadap peternak sapi perah.
88
5. Perlu penelitian lanjutan tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
adopsi teknologi biogas yang belum diteliti pada penelitian ini.
89
DAFTAR PUSTAKA Aryanti.
2008. Pengertian Persepsi.
http:teori-psikologi.blogspot.com 200805pengertian-persepsi.html
Azizi A, Nasution Z. 2008. Adopsi Teknologi Budidaya Ikan Kerapu Sistem Keramba Jaring Apung. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
[4 November 2010]
Baba S. 2008. Rekayasa Teknologi Biogas untuk diadopsi Peternak Sapi Potong di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong. Universitas
Hasanuddin. Makassar Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2007. Biogas untuk generator
listrik skala rumah tangga. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 292.
Bhatia R. 2002. Diffusion of renewable energy technologies in developing countries: a case study of biogas engines in India. Institute Of Economic
Growth, Delhi, India. Enabling Future Energy Solutions. 418:1. Danim S. 2004. Motivasi, Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Rineka
Ciptas. Jakarta. David. O. Sears, Jonathan L. Freedam dan L. Anne Peplau. 1985. Psikilogi
Sosial. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Deptan. 2009. Program Bio Energi Pedesaan. http:www. Deptan.go.idhtml
[23 Februari 2009]. Dinas Peternakan Kabupaten Enrekang. 2009. Populasi Sapi Perah. Enrekang,
Sulawesi Selatan. Dinas Peternakan Kota Kendari. 2010. Pengaruh Media Cetak Brosur dalam
Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. httpwww. Googel.com. [4 november 2010].
Eirlangga. 2007. Energi Biru dari Kotoran Ternak. http:www.sampah sebagai biogas.comhtml [15 Desember 2008].
Engel J F, Blackwell R D, Miniard P W. 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara, Jakarta.
Fenny. A. 2009. Sikap Petani pada Program Community Development CD Sapi Sistem Bergulir dan Hubungannya dengan Karakterstik Sosial Ekonomi.
httpwww. Googel.com. [ 4 November 2010] Hamalik O. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi aksara, Jakarta
Hambali E, Mudjalipah S, Tambunan A H, Pattiwiri. A W, Hendroko R. 2007. Teknologi Bioenergi. Agro Media. Jakarta Selatan.
Hanafi A. 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional Surabaya.
90
Haryati. 2006. Biogas : Limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif. Wartazoa 163:167.
Hasanuddin. 2005. Adopsi inovasi dalam kegiatan usaha tani pada beberapa spesifik sosial budaya petani di Provinsi Lampung. Agrijati 11:22
Hasumati. S, Ahlawat. S. 2010. Factors affecting perceptions of rural parents towards education of girl child in mehsana district-A gender analysis.
International Research Journal. Hikmah, Maharani. Y. Kurniasari. N. 2008. Proses Difusi Teknologi Alat Tangkap
Long Lina. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Ibrahim J B, Sudiyono A dan Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan
Pertanian. Bayumedia Publishing. Malang. Irmawati, Jamila dan Baba S. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi
Biogas di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Kerjasama Balitbanda. Ittelkom. 2009. Pengambilan Keputusan Individual. http:mhd.blog.ittelkom.ac.id
blogfiles200910BAB-2a.pdf. [4 desember 2009] Kaliky. R, Hidayat. N. 2003. Karakteristik Peternak Sapi Perah di Desa Kepuh
Harjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. httpwww.ntd.litbang.go.id.
[5 November 2010]
Kunthi. P. S. 2005. Persepsi Klien tentang Keefektifan Konselor dalam Melaksanakan Konseling Individual Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Pengalaman Kerja dan Gender Konselor di SMA Negeri se-kota Semarang Tahun Ajaran 20042005. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
Kurnia A. 2002. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan petani terhadap sub sistem usaha tani berbasis padi berorientasi agribisnis [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lilis. N. 2010. Hubungan Antara Karakteristik Peternak dengan Persepsi Peternak
Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan. httpwww.dosctoc.com. [7 November 2010]
Maharani. Y. dan Hikmah. 2008. Faktor-Faktor Tingkap Penentu Adopsi Paket Teknologi Alat Tangkap Mini Purse Seine. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Managemen Consulting Courses. 2011. Perception dan Person Perception. http:managementconsultingcourses.comLesson33PerceptionPerson
Perception.pdf [27 Januari 2011] Mei D. E. Kurniasari N. 2008. Adopsi Teknologi Bididaya Ikan Nila Sistem
Keramba Jaring Pung. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta
91
Mei D. E. Muhartono. R, Gatut. N. B. 2008. Proses Adopsi dan Pola Difusi Teknologi Mini Purse Seine. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Mcclellan CD. 1961. David C Mcclellan Motivational Needs Theory. http:bussinessballs.comdavidmcclelland.htm [desember 2009]
Muhidin S, Abdurrahman M. 2007. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Pustaka Setia, Bandung.
Mulyadi. 2007. Pengadopsian inovasi pertanian suku pedalaman arfak [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Mursidi, Hikmah, dan Zahri Nasution. 2008. Adopsi Teknologi Budidaya Udang Windu. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Nandiyanto dan Rumi F. 2006. Biogas Sebagai Peluang Pengembangan Energi Alternatif. http:www.energi alternatif.comhtml. [23 Februari 2009]
Ramdhani. 2009. Sikap dan Beberapa Definisi untuk Memahaminya. http:www.google.comdefinisipdf. [Januari 2009].
Robbins P.S 1996. Perilaku Organisasi, Jakarta. PT Prenhallindo. Robbins. R. Stephen. 2001. Perilaku Organisasi. Prentice Hall, 2001, Jilid 1
Bab5. http:yasinta.wordpress.com20080904persepsi-dan- pengambilan-keputusan-individual[4 November 2010]
Rogers M E. 2003. Diffusion of Innovation. Free Press. New York London Toronto.
Said S. 2007. Membuat Biogas dari Kotoran Hewan. Bentara Cipta Prima. Jakarta Seribulan. 2003. Persepsi dan sikap siswa smu 69 pulau pramuka terhadap
pelestarian pemanfaatan ekosistem sumber daya pesisir dan laut [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Setiadin. H. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi anggota kelompok tani dalam berusaha tani: kasus usaha tani ikan air tawar di desa purwasari.
kec. dramaga, kab. bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Setiawan A I. 2007. Pemanfaatan Kotoran Ternak. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarata.
Sevilla C.G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Siddiq M. 2009. Hukum Biogas. http:www. Hukum Biogas.comhtml. [26 februari 2009]
Simamora S, Salundik, Sri S, Surajuddin. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. AgroMedia Pustaka,
Jakarta. Soejitno. 1982. Pengatar Penyuluhan Pertanian. Penerbit Hapsara. Surakarta
92
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Rajagrafindo Persada Soekanto S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali Jakarta.
Sri. U. R. 2008. Psikologi Umum. Bab 1. httpwww. Google.com sikap Attitude. [4 November 2010]
Sri. W. 2009. Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta. Subagyo, Rusidi, dan Sekarningsih R. 2005. Kajian faktor-faktor sosial yang
berpengaruh terhadap adopsi inovasi usaha perikanan laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 182:313.
Suhardiyono. 1992. Hubungan Karakteristik Soaial Ekonomi Petani dengan Sikap terhadap Ragam Metode Penyuluhan di Delanggu Kabupaten Klaten.
http:eone87.wordpress.com20100402. [11 November 2010]
Suharyanto, Destialisma, Parwati I. A. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Tabela. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP
Bali. Suradisastra. K, Sejati. W.K dan Supriyatna. Y. 2007. Potensi dan Kendala
Adopsi Teknologi Pertanian pada Masyarakat Peladang Berpindah. Pusat Penelitian Sosial Eonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Syafruddin. 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. Universitas Gdajah
Mada. Yogyakarta. Http:www.damandiri.or.iddetail.php. [8 November 2010]
Syifaunindra. 2009. Biogas Sebagai Bahan Bakar Alternatif Asal Ternak. http:www.biogas sebagai bahan bakar alternatif asal ternak [25 mei
2008] Totok M. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press. Surakarta. ___________ 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
Van Den Ban A W dan Hawkins H S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakata.
Mugisha. J. Drake. 2009. Biogas energy from family-sized digesters in Uganda: critical factors and policy implications. enabling future energy solutions.
Enabling Future Energy Solutions 737:6-8. Widiyanta. 2002. Sikap Terhadap Lingkungan Alam. Fakultas Kedokteran,
Program Studi Psikologi, Universitas Sumatera Utara. http:www.google.compsiko-aripdfdigitized by USU digital library.
[Januari 2009]
93
Wikipedia. 2010. Pengertian Persepsi. file:www.google.comD:coba persepsiwekipedia20persepsi.htm. [5 November 2010]
Winarni, 2001. Hubungan Karakteristik Soaial Ekonomi Petani dengan Sikap
terhadap Ragam Metode Penyuluhan Di Delanggu Kabupaten Klaten. httpwww.google.com [4 November 2010]
Yunasaf U. 2008. Dinamika kelompok peternak sapi perah dan keberdayaan anggotanya di kabupaten bandung. [disertsi]. Bogor: Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Zainun B. 1989. Manajemen dan Motivasi. Balai Aksara. Jakarta.
95 Lampiran 1. Distribusi peternak sapi perah yang menggunakan teknologi biogas berdasarkan karakteristik peternak
Variabel Kategori
Umur Muda 33,33
Sedang 35,90 Tua 30,77
Pendidikan Rendah 35.90
Sedang 53,85 Tinggi 10,26
Pendapatan
Rendah 35,90 Sedang 33,33
Tinggi 30,77
Pengalaman Krg. Berpengalaman 35,90
Cukup 35,90 Berpengalaman 28,21
Jml. Ternak Sedikit 33,33
Sedang 33,33 Banyak 33,33
Jml. Keluarga
Sedikit 43,59 Sedang 25,64
Banyak 30,77
Partisipasi Rendah 56,41
Sedang 17,95 Tinggi 25,64
Kntk. Penyuluh Rendah 46,15
Sedang 23,08 Tinggi 30,77
Jarak Dekat 35,90
Sedang 38,46 Jauh 25,64
Info Tidak Pernah 74,36
Pernah 25,64
Lama Tahu Baru 43,6
Sedang 28,2 Lama 28,2
Motivasi Rendah 35,90
Sedang 33,33 Tinggi 30,77
Persepsi Rendah 33,33
Sedang 35,90 Tinggi 30,77
Sikap
Rendah 38,46 Sedang 30,77
Tinggi 30,77
Penggunaan Rendah 35,90
Sedang 33,33 Tinggi 30,77
96 Lampiran 2. Tabel Korelasi
Va ria b e l umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.
ternak jml.
keluarga partisipasi
kntk. penyuluh
jarak info
dari.tahu. guna
motivasi Persepsi
sikap adopsi
Umur
1 -.216
-.329 .077
.349 .256
-.069 .118
-.124 .091
.145 .299
-.014
.066 .088
Pendidikan
1 -.329
.214 -.176
-.057 -.233
-.045 -.026
.104 -.100
.101 .024
.203
.254 .208
Pendapatan
-.216 .214
1 -.044
-.164 .706
.159 .173
-.048 -.175
-.007 -.075
.268
.099 .117
Pengalaman
-.176 .349
-.044 1
.209 .194
.109 .042
-.076 -.083
-.026 .233
.147
.054 -.168
jml.ternak
-.077 -.057
.209 .706
1 .047
.210 .238
-.035 -.179
.014 -.005
.134
-.074 -.073
jml.keluarga
.256 -.233
-.164 .194
.047 1
.261 -.070
.208 .064
-.017 -.117
-.262
-.257 -.246
Partisipasi
-.069 -.045
.159 .109
.210 .261
1 -.031
.577 .077
-.072 .010
-.125
-.141 .015
kntk.penyuluh
.118 -.026
.173 .042
.238 -.070
1 .577
-.029 .226
-.172 .117
.024
-.095 -.062
Jarak
-.124 .104
-.048 -.076
-.035 .208
-.031 -.029
1 .036
.627
.080
-.320 .004
-.232
Info
.091 -.100
-.175 -.083
-.179 .064
.077 .226
1 .627
-.233 -.095
-.112
-.109 -.243
dari.tahu.guna
.145 .101
-.007 -.026
.014 -.017
-.072 -.172
.036 -.233
1 -.143
.104
.256 .309
Motivasi
.299 .024
-.075 .233
-.005 -.117
.010 .117
-.095 -.320
-.143 1
0.421
.049 .367
Persepsi
-.014 .203
.268 .147
.134 -.262
-.125 .024
.080
-.112
.104
0.421 1
0.861
-0.09
Sikap
.066 .254
.099 .054
-.074 -.257
-.141 -.095
.004 -.109
.256 0.861
.367 1
.050
Adopsi
.088 .208
.117 -.168
-.073 -.246
.015 -.062
-.232 -.243
.309 .049
-0.091
.050 1
97 Lampiran 3. Korelasi Karakteristik Peternak pada Persepsi Peternak
Hasil Perhitungan Rxx
Va ria b e l umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Umur
1.871 0.367
0.267 -0.395
-0.361 -0.624
0.683 -0.495
0.593 -0.627
-0.574 -0.431
pendidikan
1.385 0.415
-0.465 0.024
0.423 0.108
0.089 -0.154
- 0.393
0.294 -0.186
-0.290
pendapatan
-0.189 -0.572
2.566 0.364
0.474 -1.888
-0.326 0.201
0.021 0.113
0.218 0.252
pengalaman 0.034
-0.494 0.230
1.332 -0.355
0.018 -0.265
0.186 -
0.195 0.256
0.163 -0.180
jml.ternak 0.373
0.563 -0.531
-1.855 2.579
-0.384 0.242
-0.563 -
0.246 0.339
-0.196 -0.183
jml.keluarga -0.699
0.146 0.273
-0.012 -0.112
1.680 -0.878
0.597 -
0.666 0.444
0.318 0.239
partisipasi 0.715
0.040 -0.116
-0.222 -0.045
-0.861 2.073
0.413 -1.268
-0.258 -0.282
-0.079
kntk.penyuluh -0.630
-0.135 0.028
0.177 -0.332
0.622 2.070
-1.309 0.056
-0.366 0.301
0.022
Jarak 0.488
-0.455 0.177
-0.133 -0.467
-0.607 0.365
0.126 2.501
-0.437 -1.805
0.384
Info -0.491
0.363 -0.047
0.185 0.568
0.374 -0.198
-0.447 2.543
-1.798 0.595
-0.056
dari.tahu.guna -0.599
-0.144 0.043
0.127 0.044
0.303 -0.281
0.266 -
0.477 0.645
1.340 0.264
motivasi -0.458
-0.260 0.119
-0.205 -0.001
0.231 -0.082
-0.002 -0.016
0.351 0.267
1.377
98
Nilai R
persepsi.x
Va ria b e l umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Persepsi
-.014 .203
.268 .147
.134 -.262
-.125 .024
.080 -.112
.104 0.421
Hasil Perhitungan Rpersepsi,x . Rxx
Va ria b e l umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Persepsi
-.098 -.043
.391 .163
-.191 -.170
-.158 .120
.479 -.280
.136
0.555 Nilai R
x,persepsi
Va ria b e l Persepsi
umur
-.014
Hasil Perhitungan:
pendidikan
.203
pendapatan
.268
R2 = 0.48
pengalaman
.147
jml.ternak
.134
jml.keluarga
-.262
Hasil Perhitungan:
partisipasi
-.125
kntk.penyuluh
.024
R = 0.69
jarak
.080
info
-.112
dari.tahu.guna
.104
motivasi
0.421
99 Lampiran 4. Korelasi Karakteristik Peternak pada Sikap Peternak
Hasil Perhitungan Rxx
Va ria b e l umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Umur
1.871 0.367
0.267 -0.395
-0.361 -0.624
0.683 -0.495
0.593 -
0.627 -0.574
-0.431
pendidikan 1.385
0.415 -0.465
0.024 0.423
0.108 0.089
-0.154 -
0.393 0.294
-0.186 -0.290
pendapatan -0.189
-0.572 2.566
0.364 0.474
-1.888 -0.326
0.201 0.021
0.113 0.218
0.252
pengalaman 0.034
-0.494 0.230
1.332 -0.355
0.018 -0.265
0.186 -
0.195 0.256
0.163 -0.180
jml.ternak 0.373
0.563 -0.531
-1.855 2.579
-0.384 0.242
-0.563 -
0.246 0.339
-0.196 -0.183
jml.keluarga -0.699
0.146 0.273
-0.012 -0.112
1.680 -0.878
0.597 -
0.666 0.444
0.318 0.239
partisipasi 0.715
0.040 -0.116
-0.222 -0.045
-0.861 2.073
0.413 -1.268
- 0.258
-0.282 -0.079
kntk.penyuluh -0.630
-0.135 0.028
0.177 -0.332
0.622 2.070
-1.309 0.056
- 0.366
0.301 0.022
Jarak
0.488 -0.455
0.177 -0.133
-0.467 -0.607
0.365 0.126
2.501 -0.437
-1.805 0.384
Info -0.491
0.363 -0.047
0.185 0.568
0.374 -0.198
-0.447 2.543
-1.798 0.595
-0.056
dari.tahu.guna -0.599
-0.144 0.043
0.127 0.044
0.303 -0.281
0.266 -
0.477 0.645
1.340 0.264
motivasi -0.458
-0.260 0.119
-0.205 -0.001
0.231 -0.082
-0.002 -
0.016 0.351
0.267 1.377
100
Nilai R sikap
.x
Va ria b e l Umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Sikap
.066 .254
.099 .054
-.074 -.257
-.141 -.095
.004 -.109
.256 .367
Hasil Perhitungan Rsikap,x . Rxx
Va ria b e l Umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Sikap
.028 .069
.314 .084
-.301 -.187
-.019 -.055
.268 -.134
.263
0.455 Nilai R
x,sikap
Va ria b e l Sikap
Umur
.066
Hasil Perhitungan:
pendidikan
.254
pendapatan
.099
R2 = 0.38
pengalaman
.054
jml.ternak
-.074
jml.keluarga
-.257
Hasil Perhitungan:
partisipasi
-.141
kntk.penyuluh
-.095
R = 0.618
Jarak
.004
Info
-.109
dari.tahu.guna
.256
Motivasi
.367
101 Lampiran 5. Korelasi Karakteristik Peternak pada Adopsi Peternak
Hasil Perhitungan Rxx
Va ria b e l Umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
Motivasi Umur
1.871 0.367
0.267 -0.395
-0.361 -0.624
0.683 -0.495
0.593 -0.627
-0.574 -0.431
pendidikan
1.385 0.415
-0.465 0.024
0.423 0.108
0.089 -0.154
- 0.393
0.294 -0.186
-0.290
pendapatan
-0.189 -0.572
2.566 0.364
0.474 -1.888
-0.326 0.201
0.021 0.113
0.218 0.252
pengalaman 0.034
-0.494 0.230
1.332 -0.355
0.018 -0.265
0.186 -
0.195 0.256
0.163 -0.180
jml.ternak 0.373
0.563 -0.531
-1.855 2.579
-0.384 0.242
-0.563 -
0.246 0.339
-0.196 -0.183
jml.keluarga -0.699
0.146 0.273
-0.012 -0.112
1.680 -0.878
0.597 -
0.666 0.444
0.318 0.239
partisipasi 0.715
0.040 -0.116
-0.222 -0.045
-0.861 2.073
0.413 -1.268
-0.258 -0.282
-0.079
kntk.penyuluh -0.630
-0.135 0.028
0.177 -0.332
0.622 2.070
-1.309 0.056
-0.366 0.301
0.022
Jarak 0.488
-0.455 0.177
-0.133 -0.467
-0.607 0.365
0.126 2.501
-0.437 -1.805
0.384
Info -0.491
0.363 -0.047
0.185 0.568
0.374 -0.198
-0.447 2.543
-1.798 0.595
-0.056
dari.tahu.guna -0.599
-0.144 0.043
0.127 0.044
0.303 -0.281
0.266 -
0.477 0.645
1.340 0.264
motivasi -0.458
-0.260 0.119
-0.205 -0.001
0.231 -0.082
-0.002 -0.016
0.351 0.267
1.377
102
Nilai R y
x
Va ria b e l Umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Adopsi
.088 .208
.117 -.168
-.073 -.246
.015 -.062
-.232 -.243
.309 .049
Hasil Perhitungan Ryx . Rxx
Va ria b e l Umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Adopsi
.306 .131
.251 -.166
-.264 -.263
.269 -.176
-.083 -.141
.206
-0.013 Nilai R
x,y
Va ria b e l adopsi
Umur
.088
Hasil Perhitungan:
Pendidikan
.208
Pendapatan
.117
R2 = 0.32
Pengalaman
-.168
jml.ternak
-.073
jml.keluarga
-.246
Hasil Perhitungan:
Partisipasi
.015
kntk.penyuluh
-.062
R = 0.571
Jarak
-.232
Info
-.243
dari.tahu.guna
.309
Motivasi
.049
103 Lampiran 6. Korelasi karakteristik, Persepsi dan Sikap Peternak pada Adopsi Peternak
Hasil Perhitungan : Rxx
Va ria b e l Umur
pendidikan pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml. keluarga
partisipasi kntk.
penyuluh jarak
info dari.tahu.
guna motivasi
Persepsi sikap
Umur
1.99 0.291
0.373 -0.496
-0.436 -0.638
0.815 -0.660
0.391 -0.488
-0.456 -0.530
0.944
-0.93
Pendidikan
1.475 0.52
-0.534 -0.042
0.340 0.098
0.202 -0.295
-0.570 0.414
-0.087 -0.381
0.812
-0.79
Pendapatan
-0.34 -0.671
2.908 0.534
0.355 -1.968
-0.528 0.396
0.509 -0.185
0.245 0.733
-1.350
0.59
Pengalaman
-0.038 -0.59
0.374 1.417
-0.345 -0.017
-0.381 0.312
0.043 0.105
0.129 0.018
-0.799
0.54
jml.ternak
0.36 0.536
-0.571 -1.999
2.711 -0.300
0.255 -0.544
-0.374 0.405
-0.310 -0.391
0.034
0.41
jml.keluarga
-0.70 0.133
0.144 -0.053
-0.010 1.749
-0.855 0.597
-0.793 0.513
0.232 0.054
0.118
0.26
Partisipasi
0.85 0.150
-0.265 -0.327
-0.105 -0.842
2.231 0.126
-1.451 -0.070
-0.194 -0.282
1.105
-0.90
kntk.penyuluh
-0.79 -0.273
0.169 0.291
-0.227 0.620
2.291 -1.493
0.366 -0.573
0.168 0.211
-1.303
1.18
Jarak
0.26 -0.624
0.614 0.103
-0.510 -0.738
0.064 0.436
3.171 -0.465
-2.222
-2.044
0.993 1.16
Info
-0.34 0.479
-0.318 0.034
0.579 0.450
0.000 -0.655
2.811 -2.225
0.629 -0.433
1.353
-0.82
dari.tahu.guna
-0.53 -0.068
0.091 0.110
-0.095 0.242
-0.215 0.162
-0.510 0.681
1.478 0.340
0.506
-0.78
Motivasi
-0.62 -0.359
0.552 -0.002
-0.140 0.067
-0.310 0.206
-0.371 0.940
0.341 1.988
-1.504
0.49
Persepsi
0.90 0.734
-1.059 -0.718
-0.361 0.160
1.069 -1.225
- 1.989
1.292
0.550
-1.449 7.468
-5.94
Sikap
-0.75 -0.689
0.324 0.429
0.773 0.178
-0.810 1.052
1.129 -0.798
-0.860 -5.871
0.402 6.29
104
Nilai Ryx
Va ria b e l Umur
pendidikan Pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Persepsi
sikap adopsi
.088 .208
.117 -.168
-.073 -.246
.015 -.062
-.232 -.243
.309 .049
-0.091
.050
Hasil Perhitungan Ryx . Rxx
Va ria b e l Umur
pendidikan Pendapatan
pengalaman jml.ternak
jml.keluarga partisipasi
kntk.penyuluh jarak
info dari.tahu.guna
motivasi Persepsi
Sikap adopsi
0.258 13
0.10311923 0.389880953
-0.10246467 -0.3141526
-0.31730198 0.19956816
-0.11455 0.1023
- 0.251
0.23528 0.18376
-0.45316 0.121
Nilai R
x,y
Va ria b e l
penggunaan
umur
0.088
Hasil Perhitungan:
pendidikan
.208
pendapatan
.117
R2 = 0.38
pengalaman
-.168
jml.ternak
-.073
jml.keluarga
-.246
Hasil Perhitungan:
partisipasi
.015
kntk.penyuluh
-.062
R = 0.62
jarak
-.232
info
-.243
dari.tahu.gun a
.309
motivasi
.049
Persepsi
-0.091
sikap
.050
ABSTRACT
YUSRIADI. I 351080061. Factors Associated with Adoption of Biogas Technology by Dairy Farmer in Enrekang Regency, South Sulawesi. Under the
direction of AMRI JAHI, RICHARD W.E. LUMINTANG DAN SUHUT SIMAMORA
This study analysed factors associated with adoption of biogas technology amongst dairy farmers. There were 39 dairy cattle farmers in Enrekang Regency,
South Sulawesi that had adopted tha biogas technology as research samples. Data were analysed by multiple correlation procedure using the excel 2007 program.
Research results showed that factors related to adoption of biogas technology were age, education, income, experience, number of livestocks owned, number of
family, contact with famers, contact with extension agent, the distance of digester the kitchen, ability to obtains information, time has of first knowing the biogas to
adoption, farmers motivation, perception, and attitudes. The multiple correlation coefficeants of famers characteristics to their perception, attitudes, and adoption
were 0.69, 0.61, 0.57 respectively. Coefficeants of determination of the farmers characteristics, perceptions and attitudes on the adoption of biogas technology
was 0,38.
Key words: dairy farmer, adoption biogas technology
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan
utama peternak diperoleh dari hasil pengolahan susu dan penjualan anakan. Sebagai pendapatan sampingan, feses yang dihasilkan setiap hari diolah menjadi
pupuk organik. Selain itu, untuk memanfaatkan feses tersebut digunakan teknologi biogas yang dapat mengurai feses ternak menjadi gas. Teknologi biogas
ialah teknologi tepat guna yang mudah digunakan oleh masyarakat dan dipraktekkan, termasuk membangun ruang instalasi kedap udara tempat
penguraian bahan-bahan organik kotoran ternak. Kabupaten Enrekang merupakan salah satu sentra sapi perah di Sulawesi
Selatan. Ternak perah sudah ada sejak lama di Kabupaten Enrekang. Ternak perah sangat cepat berkembang, karena Kabupaten Enrekang merupakan daerah
pegunungan dan memiliki lahan yang luas untuk menanam pakan ternak. Selain itu, salah satu makanan khas masyarakat di Kabupaten Enrekang berbahan dasar
susu yaitu dangke. Populasi ternak perah di Kabupaten Enrekang sebanyak 1100 ekor yang
tersebar di beberapa Kecamatan. Jika satu ekor sapi perah menghasilkan feses antara 25 – 35 kghari, maka jumlah feses yang dihasilkan seluruh ternak perah
setiap hari di Kabupaten Enrekang mencapai 27,5 – 37,5 tonhari. Jumlah tersebut akan bertambah terus mengingat populasi sapi perah di Kabupaten Enrekang
semakin besar. Satu kilogram kotoran ternak dapat menghasilkan 60 liter biogas. Oleh karen itu, jika semua feses ternak sapi perah yang dihasilkan setiap hari di
Kabupaten Enrekang diolah menjadi biogas, maka akan diperoleh kurang lebih 1.650.000 liter biogas atau 1.650 m
3
biogashari. Memasak selama satu jam membutuhkan kurang lebih 500 liter biogas, jadi potensi feses tersebut dapat
digunakan memasak selama 3300 jam dan jika setiap keluarga memasak selama
2
tiga sampai empat jamhari, maka potensi biogas itu dapat digunakan oleh 1100 keluargahari.
Feses ternak perah yang diolah dengan benar akan memberikan keuntungan bagi peternak. Contohnya, pengolahan feses menjadi pupuk organik
dan pemanfaatan feses untuk biogas. Teknologi biogas merupakan teknologi yang memanfaatkan feses ternak menjadi gas. Gas hasil biogas terbentuk dari proses
fermentasi feses ternak yang dicampur dengan air dan disimpan pada kondisi kedap udara. Gas yang dihasilkan dapat terbakar sehingga cocok digunakan
sebagai bahan bakar untuk memasak. Feses ternak jika dibiarkan menumpuk akan menimbulkan banyak masalah seperti; bau yang tidak sedap, sumber penyakit,
dan jika dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran lingkungan, serta membuat lingkungan sekitar kandang menjadi kotor.
Pemerintah mencoba memperkenalkan teknologi biogas untuk membantu peternak dalam mengolah limbah peternakan. Biogas merupakan teknologi
sederhana yang sudah ada sejak lama dan digunakan untuk memfermentasikan feses menjadi gas. Di Indonesia, biogas sudah ada sejak 1970-an. Beberapa
kelebihan jika menggunakan teknologi biogas dibanding menggunakan minyak tanah, LPG, atau kayu bakar, diantaranya mengubah feses menjadi energi,
mengurangi pencemaran lingkungan, menjaga kesehatan masyarakat yang ada di sekitar peternakan, pembuatannya relatif mudah, biaya relatif murah, alat-alat dan
bahan dasarnya mudah diperoleh, mengurangi pengeluaran rumah tangga dan limbah biogas dapat digunakan sebagai pupuk cair dan pupuk padat.
Di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, ada sekitar 242 orang yang mengelola usaha peternakan sapi perah. Semua tersebar di beberapa kecamatan.
Kepemilikan rata-rata sapi perah di Kabupaten Enrekang antara 2 – 10 ekor. Feses yang dihasilkan oleh dua ekor dapat menghasilkan biogas untuk memasak
kebutuhan sebuah keluarga. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak dalam menggunakan teknologi biogas, menjadi kendala yang menghambat
diadopsinya biogas di kalangan peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.
3
Masalah Penelitian
Biogas merupakan teknologi lama yang telah banyak dikembangkan di Kabupaten Enrekang. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang
teknologi biogas menjadi salah satu faktor penyebab teknologi ini belum berkembang.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Faktor apakah yang berhubungan dengan adopsi peternak sapi perah tentang
teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan? 2. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan persepsi peternak
tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan?
3. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan sikap peternak tentang
teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan?
4. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan adopsi peternak
tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan?
5. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan persepsi, sikap dan adopsi peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan? Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa alasan untuk menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi teknologi biogas di kalangan peternak sapi
perah. Adopsi merupakan proses pengambilan keputusan yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi peternak sapi
perah tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. 2. Menentukan hubungan karakteristik peternak dengan persepsi peternak
tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
3. Menentukan hubungan karakteristik peternak dengan sikap peternak pada
teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
4
4. Menentukan hubungan karakteristik peternak dengan adopsi teknologi oleh
peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
5. Menentukan hubungan bersama karakteristik, persepsi dan sikap peternak dengan adopsi teknologi biogas peternak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi kepada orang lain terutama dinas-dinas atau instansi pemerintahan terutama yang ada di
Kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan umumnya.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bahan informasi dalam pengembangan teknologi biogas, sehingga dalam
pengembangannya dapat diketahui faktor-faktor yang selama ini mempengaruhi peternak sapi perah dalam mengadopsi teknologi Biogas di
Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan 2. Bahan masukan kepada pihak yang terkait, khususnya Dinas Peternakan dan
Pertanian serta Dinas Pertambangan yang selama ini membantu peternak dalam pemanfaatan limbah ternak. Sehingga feses yang selama ini tidak
dimanfaatkan dapat memberikan nilai tambah bagi peternak sapi perah. 3. Bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, sehingga biogas tidak
hanya memanfaatkan feses ternak, tetapi juga memanfaatkan limbah rumah tangga dan pertanian untuk biogas, khususnya di Kabupaten Enrekang dan
Sulawesi Selatan pada umunya.
5
Definisi Istilah
Definisi istilah di bawah untuk memberikan suatu batasan tentang konsep yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini diharapkan untuk menjelaskan
faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi teknologi biogas oleh peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Faktor tersebut ialah sebagai
berikut: Karakteristik peternak X1
Karakteristik peternak ialah bagian dari individu peternak yang mendasari tingkah laku peternak, faktor ini terdiri dari:
1. Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak peternak lahir sampai ke tahun terdekat pada saat pengamatan dilakukan.
2. Pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan yang ditempuh peternak. 3. Pendapatan adalah besarnya penghasilan yang diterima peternak dalam
sebulan, yang dihitung dalam rupiah. 4. Motivasi adalah jumlah skor keinginan yang mendorong peternak untuk
menggunakan biogas. 5. Pengalaman beternak adalah jumlah tahun peternak menjalankan usaha
peternaknnya. 6. Jumlah kepemilikan ternak adalah jumlah satuan ternak ST sapi perah
seorang peternak. 7. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang masih tinggal dalam
satu rumah. 8. Intensitas kontak dengan kelompok adalah banyaknya pertemuan kelompok
yang dihadiri peternak dalam tiga bulan terakhir. 9. Intensitas kontak dengan penyuluh adalah frekuensi peternak bertemu dengan
penyuluh biogas dalam tiga bulan terakhir. 10. Jarak instalasi biogas ke dapur peternak adalah jarak antara instalasi biogas
khususnya penampung feses dengan dapur peternak, dalam meter.
6
Persepsi Peternak Pada Teknologi Biogas X2 Persepsi ialah skor pemahaman peternak tentang teknologi biogas, yang
meliputi: 1. Keuntungan relatif adalah apakah biogas lebih menguntungkan dibanding
minyak tanah, LPG, bensin, dan kayu bakar. 2. Kompatibilitas adalah kesesuaian teknologi biogas dengan peternak lain.
3. Kompleksitas adalah tingkat kerumitan teknologi biogas. 4. Trialibilitas adalah kemudahan teknologi biogas untuk dicoba dalam skala
kecil. 5. Observabilitas adalah hasil dari teknologi biogas dapat diamati.
Sikap Peternak Pada Teknologi Biogas X3 Sikap ialah skor yang menafsirkan kecendrungan peternak bertingkahlaku
dalam mengadopsi teknologi biogas, yang terdiri dari: 1. Aspek kognisi merupakan kepercayaan individu mengenai teknologi biogas.
2. Aspek afeksi merupakan perasaan individu terhadap teknologi biogas. 3. Aspek konasi menunjukkan bagaimana kecenderungan bertingkahlaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan teknologi biogas. Adopsi Teknologi Biogas Y
Adopsi teknologi biogas oleh peternak sapi perah yaitu akor atau adopsi biogas oleh peternak sapi perah yang menggunakan teknologi setiap hari.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Biogas Pengertian Biogas
Biogas gas bio merupakan gas yang timbul dari hasil fermentasi bahan- bahan organik seperti, kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam di
dalam air dan disimpan di dalam tempat yang tertutup atau anaerob. Biogas ini sebenarnya dapat juga terjadi pada kondisi alami, namun untuk mempercepat dan
menampung gas ini, maka diperlukan alat yang memenuhi syarat terbentuknya gas ini Setiawan, 2007:35.
Hambali et al. 2007:52 menyatakan bahwa biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti, kotoran ternak, kotoran
manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayuran difermentasikan atau mengalami proses metanisasi.
Limbah yang selama ini tidak diolah dan dibiarkan menumpuk baik itu limbah pertanian, peternakan, dan limbah agro industri ternyata dapat
menghasilkan suatu hal yang berguna. Contohnya, feses ternak yang selama ini hanya dipandang sebagai kotoran yang tidak bernilai. Ternyata dapat bermanfaat
setelah diolah, tidak terlalu sulit untuk mengubah bahan tersebut menjadi gas, hanya mencampurkan bahan tersebut dengan air dan didiamkan dalam ruang
hampa udara. Kotoran ternak atau limbah organik lainnya jika di masukkan dalam
digester tangki pengurai dalam beberapa hari akan mengalami proses fermentasi dan terbentuklah gas. Contohnya biogas yang digunakan sekarang kebanyakan
memanfaatkan feses ternak sebagai bahan bakunya, selain itu ada juga yang menggunakan dari limbah pertanian dari pabrik. Hampir sama yang disampaikan
Shiddiq 2009 bahwa biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses pembusukan limbah organik dari mahluk hidup dengan bantuan bakteri dalam
keadaan anaerob. Limbah organik ini dapat berupa kotoran manusia, kotoran hewan, atau limbah agro industri.
8
Menurut Simamora et al. 2006:12 bahwa biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik tertutup dari udara bebas untuk
menghasilkan suatu gas yang sebagian besar merupakan metan dan karbon dioksida dan proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Feses ternak yang dimasukkan dalam tangki pengurai digester akan
mengalami pembusukan sehingga terbentuk gas yang mengandung metan, karbondioksida, hydrogen, nitrogen dan oksigen. Demikian juga halnya dengan
pendapat Said 2007:1 menyatakan bahwa biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan biologis atau organik oleh organisme kecil
pada kondisi tanpa oksigen anaerob. Artikel yang dikutip Departemen Pertanian 2009:3 menjelaskan bahwan “biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses
penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob”. Teknologinya biogas merupakan teknologi sederhana yang memanfaatkan
limbah yang tidak berguna lagi dengan proses penguraian. Kedua artikel diatas menjelaskan bahwa penguraian bahan organik secara anaerobik. Gas yang
terbentuk akibat adanya proses fermentasi bahan-bahan organik yang diantaranya, kotoran manusia, kotoran hewan, atau limbah pertanian maupun limbah rumah
tangga dan gas yang dihasilkan adalah sebagian gas metane.
Perkembangan Biogas
Gas metan sudah lama digunakan oleh bangsa Mesir, China dan Romawi kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil kalori. Proses fermentasi
lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta 1776. Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan
oleh Willam Henry pada tahun 1806. Becham 1868 murid Louis Pasteur dan Tappeiner 1882 adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis
dari pembentukan metan Nandiyanto dan Fikri, 2006 Sejak dulu, gas sudah ditemukan oleh manusia, gas yang selama ini
digunakan dalam kehidupan sehari-hari diperoleh dari proses penguraian organisme atau yang sudah mati jutaan tahun yang lalu. Fosil tersebut bercampur
9
dengan unsur-unsur hara yang terpendam di dalam bumi. Teknologi yang diciptakan oleh manusia maka unsur tersebut diangkat kepermukaan bumi dan
diproses menjadi gas, batubara dan lain-lain sebagainya. Menurut Haryati 2006:167 bahwa pemanfaatan biogas bukanlah hal yang
baru, gas ini telah dipakai sekitar 200 tahun lalu. Pada era sebelum ada listrik, di Landon, biogas diperoleh dari saluran pembuangan di bawah tanah dan digunakan
sebagai bahan bakar lampu jalan yang terkenal dengan nama gaslight, negara lain yang memanfaatkan biogas seperti, Tanzania, India, Cina dan Amerika Serikat.
Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif sangat memungkinkan untuk diterapkan dimasyarakat. Apalagi mengingat harga bahan bakar konvensional
sekarang ini semakin mahal dan sulit diperoleh. Artikel Departemen Pertanian 2009 menjelaskan bahwa sejarah
pemanfaatan biogas, diantaranya 1 Cina, sejak tahun 1975 “biogas for every household”. Tahun 1992 5 juta rumah tangga di Cina menggunakan biogas.
Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak dan manusia serta limbah pertanian. 2 India, biogas
dikembangkan pada tahun 1981 “the national project on bigas development” oleh departemen sumber energi non-konvensional. Pada tahun 1999, sebanyak 3 juta
rumah tangga menggunakan biogas. Reaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah
pertanian. Ditambahkan pula oleh Nandiyanto dan Fikri 2006, alat penghasil biogas
secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis
pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang
digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini
mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti
China, Filipina, Korea, Taiwan dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset
10
dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
Berdasarkan artikel Agro Tekno 2007,
Indonesia sampai sekarang telah banyak reaktor biogas yang telah berhasil dikembangkan, dimana teknologi ini di
gunakan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak. Teknologi biogas telah banyak dikembangkan di Bali, Sulawesi,
Sumatera terutama daerah Jawa. Contohnya di Desa Wangunsari, Lembang Kabupaten Bandung, dimana biogas telah digunakan oleh keluarga petani dan
peternak. Manfaat biogas juga telah dirasakan oleh warga di Kabupaten Garut, Desa Cisurapan, Jawa Barat. Hampir semua kegiatan dilaksanakan oleh pihak
pemerintah dan beberapa Universitas seperti Institut Teknologi Bandung ITB dan UPT BP-PTK LIPI Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Irmawati tahun
2008 di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan, beberapa peternak telah mampu mengembangkan teknologi Biogas, contohnya, di Kabupaten Enrekang,
Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Barru. Bahkan biogas telah digunakan selama 24 jam di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sinjai.
Selain keberhasilan teknologi biogas, beberapa peternak belum mampu memaksimalkan penggunaan teknologi biogas. Contohnya di Sulawesi Selatan
Kabupaten Enrekang, Bulukumba, Sinjai, Barru, Sidrap, Soppeng dan Bone beberapa peternak belum mampu memperbaiki kerusakan pada instalasi biogas,
selain itu peternak juga berhubungan dengan penyuluh setempat. Kerusakan yang terjadi kebanyakan pada penampung gas, karena bahan yang digunakan dari
bahan plastik sehingga mudah sobek dan hal yang sama terjadi di Nusapenida, Bali.
Manfaat Biogas
Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang menyediakan produk daging dan susu. Usaha peternakan sapi perah banyak dikembangkan karena
mampu memproduksi susu tinggi. Selain itu, ada juga hasil sampingan berupa feses dan urin. Hasil sampingan ternak berupa limbah, semakin besar skala usaha
semakin besar pula limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut jika tidak di kelola
11
dengan baik, maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu untuk mengatasi limbah tersebut, diciptakan teknologi biogas yang memanfaatkan
limbah ternak menjadi energi. Keuntungan dari biogas yaitu dapat digunakan untuk memasak dan tenaga listrik, limbah dari biogas tersebut dapat diolah
menjadi pupuk padat dan cair yang dapat digunakan langsung pada tanaman.
Gambar 1. Model Pengembangan Sapi Perah Skala Rumah Tangga Menurut Haryati 2006:160 biogas merupakan renewable energy yang
dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam. Di beberapa negara, biogas
membawa keuntungan untuk kesehatan, sosial, lingkungan dan finansial. Dijelaskan lebih lanjut bahwa instalasi biogas adalah suatu penyediaan sumber
energi desentralisasi yang sangat berguna. Contohnya di Tanzania biogas di hasilkan dari limbah kota dan industuri yang menghasilkan tenaga listrik dan
pupuk. Departemen Pertanian 2009 dijelaskan bahwa manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan
KELUARGA Biogas memasak dan
listrik Usaha Sapi Perah
Anak Susu Limbah feses urin
Pengolahan limbah Pupuk padat cair
PASAR
PERTANIAN
12
untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, disamping itu produksi biogas juga menghasilkan sisa olahan
kotoran ternak yang langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman atau budidaya pertanian.
Biogas mempunyai banyak manfaat. Biogas merupakan hasil penguraian bahan organik dan menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai sumber
energi, baik energi listrik, gas untuk memasak, pengganti minyak tanah. Di perjelas lagi oleh Setiawan 2007:35-37 bahwa kotoran ternak selain dijadikan
pupuk kandang, kotoran ternak juga dapat digunakan untuk menghasilkan biogas. Biogas merupakan proses fermentasi feses ternak diubah menjadi gas dalam
kondisi anaerob. Menurut Hambali et al. 2007:57-61 bahwa ada tiga jenis bahan baku
yang prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas, diantaranya kotoran hewan dan manusia, sampah organik dan limbah cair.
a. Kotoran Hewan dan Manusia Pemanfaatan kotoran ternak dan manusia sebagai bahan baku biogas akan
mengatasi beberapa permasalahan yang timbul akibat kotoran tersebut bila dibandingkan limbah lain yang menumpuk tanpa pengolahan. Kotoran hewan
yang menumpuk akan mencemari lingkungan. Jika kotoran tersebut terbawa air masuk kedalam tanah atau sungai.
Sebagai bahan baku biogas, ketersediaan kotoran hewan sangat melimpah. Hewan-hewan tersebut diperlihara baik dalam jumlah besar di peternakan maupun
dipelihara secara individu dalam jumlah kecil oleh rumah tangga. Berdasarkan hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran sebanyak
10 - 30 kg, seekor ayam menghasilkan kotoran 25 gram per hari dan seekor babi dewasa menghasilkan kotoran 4,5 – 5,3 kg per hari. Berdasarkan hasil riset yang
pernah ada diketahui bahwa setiap 10 kg kotoran ternak sapi berpotensi menghasilkan 360 liter biogas dan 20 kg kotoran babi menghasilkan 1,379 liter
biogas.
13
b. Sampah Organik Padat Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu anorganik,
organik dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya. Sampah organik ini dengan mudah dapat diuraikan dalam proses alami. Potensi
sampah di Indonesia sangat besar. Khususnya untuk rumah tangga, jumlah yang dihasilkan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat 5 kali lipat. Diprediksi
peningkatan tersebut bukan saja karena pertambahan penduduk, tetapi juga karena meningkatnya timbunan sampah perkapita yang disebabkan oleh perbaikan
tingkat ekonomi dan kesejahteraan. Berdasarkan hasil penelitian, pembuatan biogas dari sampah organik
menghasilkan biogas dengan komposisi metan 51,33 – 58,18 dan gas CO
2
c. Limbah Organik Cair 41,82 – 48,67 campuran sampah organik tersebut dengan kotoran dapat
meningkatkan komposisi metan dalam biogas.
Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari suatu proses yang sudah tidak dipergunakan. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi sebagai
penghasil limbah cair antara lain kegiatan industri, rumah tangga, peternakan, dan pertanian. Saat ini kegiatan rumah tangga mendominasi jumlah limbah cair
dengan persentase sekitar 40 dan diikuti oleh limbah industri 30 dan sisanya limbah rumah sakit, pertanian, peternakan, atau limbah lainnya. Komponen utama
limbah cair adalah air 99 sisanya yaitu bahan padat yang bergantung pada asal buangan tersebut. Tidak semua limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku biogas, hanya limbah cair organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku biogas. Limbah tersebut diantaranya urin hewan, limbah cair rumah tangga, dan
limbah cair industri seperti, industri tahu, tempe, tapioka, brem dan rumah potong hewan. Pengolahan limbah cair untuk biogas dilakukan dengan mengumpulkan
limbah cair dengan digester anaerob yang diisi dengan media penyangga yang berfungsi sebagai tempat hidup bakteri anaerob.
14
Menurut Irmawati 2008:7-8 pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis,
tahap pengasaman dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek
menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer gula sederhana yang
terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan
dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak. Pada tahap metanogenik adalah proses
pembentukan gas metan. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2. Tahap Pembentukan Biogas Selulosa
Glukosa
Asam lemak dan alkohol
Selulosa
C
6
H
12
O
6
n + nH
2
O CH
3
CHOHCOOH Glukosa
asam laktat CH
3
CH
2
CH
2
COOH+CO
2
+H
2
asam butaman CH
3
CH
2
OH+CO
2
etanol C
6
H
12
O
5
n + nH
2
O nC
3
H
12
O
6
selulosa glukosa
C
6
H
12
O
6
n + nH
2
O CH
3
CHOHCOOH Glukosa
asam laktat CH
3
CH
2
CH
2
COOH+CO
2
+H
2
asam butaman CH
3
CH
2
OH+CO
2
etanol
4H
2
+CO
2
2H
2
O + CH
4
CH
3
CH
2
OH + CO
2
CH
3
COOH + CH
4
CH
3
COOH+CO
2
CO
2
+ CH
4
CH
3
CH
2
CH
2
OOH+2H
2
+CO
2
Ch
3
COOH+CH
4
Hidrolisis
Pengasaman
Metanogenik
15
Tabel 1. Komposisi gas yang terdapat dalam biogas dapat dilihat dari tabel berikut :
Jenis Gas Biogas
Kotoran sapi Campuran kotoran ternak
dan sisa pertanian
Metana CH
4
65.7 54 – 70
Karbondioksida CO
2
27 45 – 27
Nitrogen N
2
2.3 0.5 – 3
Karbon Monoksida CO 0.1
Oksigen O
2
0.1 6
Propena C
3
H
8
0.7 -
Hidrogensulfida H
2
- S
Sedikit Nilai Kalor kkalm
3
6513 4800 – 6700
Sumber : Harahap dalam Simamora et al. 2006.
Diketahui bahwa biogas memiliki banyak kegunaan yang dapat membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, gas yang dihasilkan oleh aktifitas
anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik yang diantaranya, kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, sampah atau limbah organik dapat
digunakan untuk memasak dan menjalankan generator untuk pembangkit tenaga listrik. Kedua, limbah pertanian, perkebunan, dan peternakan yang selama ini
dibuang sekarang ini sudah dapat dikelola dan dapat dimanfaatkan serta dapat menghindari adanya pencemaran lingkungan. Ketiga, limbah yang dihasilkan dari
biogas dapat digunakan sebagai pupuk cair dan pupuk padat, dan dapat digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, bioenergi adalah sumber energi
terbarukan, yaitu sumber energi yang dapat tersedia kembali dalam jangka waktu tahunan, tidak seperti minyak bumi atau batu bara yang membutuhkan waktu
jutaan tahun. Teknologi ini juga membantu dalam hal pengolahan limbah serta memberikan hasil tambahan berupa pupuk cair dan pupuk padat, mengingat harga
pupuk kimia sekarang yang semakin langka dan semakin mahal.
16
Aspek Sosial Ekonomi Menggunakan Biogas Aspek Sosial Ekonomi Menggunakan Biogas
Beberapa faktor yang menyebabkan pemerintah mengembangkan teknologi biogas. Hal tersebut diantaranya, rata-rata pendapatan peternak masih
rendah, kebutuhan akan energi sangat tinggi, untuk memenuhi kekurangan energi listrik, menghemat biaya untuk bahan bakar minyak dan dibutuhkan teknologi
tepat guna pada usaha peternakan. Pemerintah mendapat kendala dalam pengembangan teknologi biogas.
Usaha peternakan di Indonesia untuk skala rumah tangga rata-rata masih kecil. Satu keluarga memelihara ternak antara dua sampai lima ekor. Selain itu,
harga susu maupun produk olahan dari susu masih rendah. Di samping harga yang rendah produksi susu pun masih sangat rendah, sedangkan kebutuhan untuk
kehidupan sehari-hari semakin meningkat dan harga bahan-bahan pokok semakin mahal. Adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan pendapatan yang diterima
peternak masih rendah. Kebutuhan akan energi di masyarakat masih tinggi. Seperti memasak,
menyalakan lampu, menjalankan mesin, dan lain-lain sebagainya, masyarakat masih mempergunakan energi yang berasal dari alam. Energi yang diperoleh dari
alam yang telah mengalami pengolahan berupa, gas LPG, minyak tanah, bensin, solar. Jika dimanfaatkan terus menerus tanpa ada upaya untuk memperbaharuinya
lama kelamaan energi ini akan habis, selain itu untuk memperbaharuinya butuh waktu yang lama.
Intensitas penggunaan energi yang tinggi, menyebabkan pemerintah harus berpikir untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin hari semakin
meningkat. Langkah yang ditempuh pemerintah yaitu mengurangi subsidi pada BBM sehingga seringnya terjadi pemadaman bergilir sehingga biaya hidup
menjadi meningkat. Terjadinya hal tersebut, maka perlu diciptakan energi alternatif yang murah, tersedia sepanjang masa dan ramah lingkungan.
Membantu masyarakat dalam menangani masalah kekurangan energi, pemerintah mencoba mengembangkan teknologi biogas. Teknologi ini
17
memanfaatkan limbah berupa limbah peternakan, pertanian maupun limbah dari pabrik tahu dan tempe menjadi energi. Menggunakan teknologi biogas, gas yang
dihasilkan dari hasil fermentasi limbah yang berupa gas metan dan dapat terbakar sehingga dapat digunakan untuk memasak. Selain untuk memasak, gas ini juga
dapat digunakan untuk menyalakan mesin dan untuk listrik. Pengembangan teknologi biogas, pemerintah menghadapi beberapa
kendala. Langkah yang dilakukan pemerintah yaitu mencoba membuat instalasi namun masih dalam skala besar. Skala besar, harus dikeluarkan biaya yang besar
juga. Sehingga hanya masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi yang dapat menggunakan teknologi ini. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah mencoba
memodifikasi teknologi ini sehingga pembuatannya lebih murah dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah.
Keuntungan Ekonomi Menggunakan Biogas
Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas mudah terbakar yang lain. Biogas sangat bermanfaat, seperti untuk memasak dengan
menggunakan biogas skala rumah tangga, untuk peternak yang memiliki 2 ekor ternak dengan digester ukuran 2 m
3
maka gas yang dihasilkan dapat digunakan memasak selama 2 jamhari. Sisa keluaran hasil fermentasi biogas dapat juga
dimanfaatkan sebagai pupuk. Menurut Said 2007:20 potensi gas yang akan dihasilkan oleh seekor
ternak serta keuntungan yang diperoleh apabila menggunakan biogas. Satu unit reaktor biogas yang menggunakan umpan kotoran dari 2 – 4 ekor sapi perah
mampu memenuhi kebutuhan memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga, biogas yang dihasilkan tersebut setara dengan 1 – 2 liter
minyak tanah per hari. Keluarga peternak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak bisa menghemat penggunaan minyak tanah 1 – 2 liter per
hari, jika harga minyak tanah dipedesaan Rp 4.500,-liter, berarti keluarga peternak bisa mengurangi pengeluaran sebesar Rp 1.642.500,- – Rp 3.285.000,-
per tahun.
18
Data yang disampaikan Syifaunindra 2008 bahwa potensi ketersediaan biogas yang dapat dipergunakan oleh rumah tangga masyarakat pedesaan setara
dengan 10.985.502 liter minyak tanah, yang apabila kebutuhan rata-rata minyak tanah rumah tangga 1.25 literhari, maka energi biogas dapat dipenuhi 8.788.401
per rumah tangga. jika diasumsikan masyarakat pedesaan membeli minyak tanah seharga Rp 1.200,- per liter, jumlah uang yang biasanya untuk membeli minyak
tanah dapat dipergunakan untuk keperluan lain sebanyak Rp 4,8 triliun. Subsidi pemerintah terhadap minyak tanah sekitar Rp 1.847,- per liter pada saat harga
minyak tanah import 45 dollar Amerika Serikat dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Rp 9.000,-. Dengan demikian subsidi bahan bakar minyak tanah dapat
disaving sebesar Rp 7,38 triliun. Jika membahas lebih jauh tentang keuntungan peternak sapi perah yang
menggunakan biogas dengan tidak menggunakan biogas dapat kita lihat seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh. Mulai dari gasnya sampai pada pupuk
organiknya. Ditinjau dari segi ekonomis biogas memberikan keuntungan lebih besar. Dengan harga bahan bakar minyak yang sekarang ini bertambah mahal dan
semakin langka, peternak dapat memenuhi atau bahkan mengganti minyak tanah menjadi gas. Sebagai contoh, jika sekarang harga minyak tanah Rp 4.000,- liter,
dan tiap rumah tangga menggunakan minyak tanah 2 – 3 liter setiap harinya, jadi dengan menggunakan teknologi biogas peternak dapat menghemat biaya Rp
8.000,- – Rp 12.000,- hari. Hampir sama dengan yang dijelaskan Eirlangga 2007 bahwa nilai kalori
dari 1 meter kubik biogas sekitar 6.000 Kkalm
3
yang setara dengan setengah liter minyak disel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan untuk sebagai bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil. Penggunaan biogas sangat
sederhana sama dengan penggunaan gas dan bahan bakar lainnya.
19
Gambar 3. Model Instalasi biogas Menggunakan Plastik sebagai Digester
Adopsi Pengertian Adopsi
“Adopsi Inovasi” mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut
proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Berbagai pengertian adopsi inovasi, maka pengertian yang
diberikan oleh Rogers dan Shoemaker tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi, dimana ada beberapa elemen yang penting yang
perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi a adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, dan b adanya konfirmasi dari keputusan yang telah
diambil Soekartawi, 1988:55-56. Adopsi diartikan penggunaan secara penuh suatu ide baru sebagai cara
terbaik. Selanjutnya dikatakan mengadopsi suatu inovasi atau teknologi adalah kepuasan yang manusiawi dan keputusan tersebut didasarkan pada empat hal,
Kran Pengontrol
20
yaitu 1 kemauan untuk melakukan sesuatu, 2 tahu cara yang akan dilakukan, 3 tahu cara melakukannya, 4 mempunyai sarana untuk melakukannya.
Hampir sama dengan yang disampaikan Soejitno 1982 adopsi diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide, alat-alat dan teknologi “baru” yang
disampaikan berupa pesan komunikasi melalui penyuluhan. Manifestasi dari bentuk adopsi ini, dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metoda, maupun
peralatan dan teknologi yang digunakan dalam kegiatan komunikasinya. Adopsi diartikan sebagai penerimaan dan penggunaan inovasi baru dari komunikan
Berbeda pula dengan yang dijelaskan Totok 1993 adopsi, dalam proses penyuluhan pertanian, pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku baik yang berupa : pengetahuan cognitive, sikap affective, maupun keterampilan psychomotoric pada diri seseorang setelah menerima
“inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Adopsi merupakan proses penerimaan suatu yang “baru” yaitu menerima sesuatu yang
ditawarkan dan yang diupayakan oleh pihak lain penyuluh. Menurut Hasanuddin 2005:22 adopsi inovasi merupakan kemampuan
petani dalam menggunakan suatu teknologi untuk kegiatan usaha taninya. Sedangkan menurut Subagiyo et al. 2005:313 proses adopsi merupakan proses
pelaksanaan suatu teknologi yang dapat berjalan secara sistematis sehingga memberikan keuntungan secara ekonomis dan memberikan dorongan untuk
msyarakat setempat. Seorang petani yang menggunakan metode atau teknologi baru dalam
usahanya dapat dianggap sudah mampu mengadopsi, namun dalam proses adopsi yaitu tahap tahu, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba dan tahap
mengadopsi. Lima tahap tersebut tidak mutlak harus berurutan mulai satu sampai lima. Kenyataan ada petani yang dari awalnya tahu kemudian langsung mencoba
dan menerapkannya, tanpa harus berminat dulu dan mengevaluasinya. Slamet dalam Mulyadi 2007:39 menyatakan bahwa proses adopsi inovasi
adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai seseorang tersebut mengadopsi menerima, menerapkan, dan
21
menggunakan hal yang baru tersebut. Penerimaan atau penolakan inovasi ialah keputusan yang dibuat oleh seseorang dan memerlukan jangka waktu tertentu.
Selain itu Ibrahim et al. 2003:66 menyatakan bahwa adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai
orang tersebut mengadopsi menerima, menerapkan, menggunakan hal baru tersebut. Sedangkan Van den Ban dan Hawkins 1999:124, menyatakan bahwa
adopsi itu menerapkan inovasi dalam skala besar setelah membandingkannya dengan metode yang lama.
Diketahui bahwa adopsi merupakan proses dimana seseorang mulai mencoba sampai menggunakan suatu teknologi baru atau metode baru, yang
dianggap dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan. Petani atau peternak jika mengetahui adanya teknologi baru tidak langsung menggunakannya. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi, sehingga mereka belum menggunakan teknologi tersebut. Sebagai contoh, teknologi biogas dimana memanfaatkan feses
ternak sapi menjadi gas. Peternak tidak langsung menggunakannya, namun mereka perlu mengetahui keuntungan yang diperoleh setelah menggunakan
teknologi tersebut.
Derajat Pengadopsian
Derajat pengadopsian merupakan kecepatan penerimaan suatu inovasi baru. Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah penerimaan yang
pengadopsian suatu ide baru dalam suatu priode tertentu. Rogers dalam
Tipe keputusan inovasi mempengaruhi kecepatan adopsi. Secara umum diharapkan bahwa tipe inovasi dapat dilakukan secara: 1 Sendiri optional,
keputusan yang dibuat individu dengan mengabaikan keputusan lain dalam Hanafi
1971, dijelaskan lebih lanjut bahwa salah satu variabel penjelas dari kecepatan adopsi suatu inovasi adalah sifat-sifat inovasi itu sendiri. Selain sifat-sifat inovasi,
hal lain yang dapat menjadi variabel penjelas kecepatan adopsi adalah 1 tipe keputusan inovasi, 2 sifat saluran komunikasi yang dipergunakan untuk
menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, 3 ciri-ciri sistem sosial, 4 gencarnya usaha agen pembaharu dalam mempromosikan inovasi.
22
masyarakat sekitarnya, 2 Secara kelompok kolektif, keputusan yang dibuat oleh individu-individu dalam suatu masyarakat yang setuju membuat keputusan
bersama dan 3 Secara kekuasaan otoriter, keputusan yang dipaksakan terhadap individu oleh orang yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi.
Menurut Rogers 2003, semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan inovasi, semakin lambat tempo adopsinya. Oleh karena itu,
salah satu jalan untuk mempercepat pengadopsian suatu teknologi adalah memilih unit pembuat keputusan yang lebih sedikit melibatkan orang.
Kecepatan pengadopsian dipengaruhi juga oleh saluran komunikasi. Saluran komunikasi yaitu alat yang digunakan untuk menyebarkan suatu inovasi
dan mempengaruhi dalam kecepatan pengadopsian inovasi. Saluran komunikasi bisa berupa media massa seperti, televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain
sebagainya. Hal lain yang juga dipertimbangkan dapat mempengaruhi kecepatan
pengadopsian suatu inovasi adalah sistem sosial, terutama norma-norma sistem. Suatu sistem moderen tempo adopsi mungkin lebih cepat karena kurangnya
rintangan sikap antara para penerima dalam hal ini peternak. Sedangkan dalam sistem yang tradisional, mungkin tempo adopsi agak lebih lambat.
Sifat lain yang mempengaruhi percepatan inovasi yaitu agen pembaharu. Agen pembaharu gencar melakukan usaha-usaha propomosi sehingga kecepatan
pengadopsian dan usaha agen pembaharu. Tugas agen pembaharu adalah mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran
penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Agen pembaharu atau penyuluh harus mampu menggunakan metode penyuluhan yang tepat untuk membantu peternak
membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Teori dan Konsep tentang Adopsi Teknologi Biogas
Menurut Ibrahim. et al. 2003:66 bahwa adopsi merupakan proses yang terjadi sejak seseorang pertama kali mendengar hal yang baru sampai orang
tersebut mengadopsi menerima, menerapkan, menggunakan. Pada awalnya, petani sasaran mengetahui suatu inovasi, yang dapat berupa sesuatu yang benar-
23
benar baru atau yang sudah lama ditemukan namun masih dianggap baru oleh petani sasaran. Petani sasaran tersebut menerapkan suatu inovasi, maka petani
tersebut meninggalkan cara-cara lama. Keputusan untuk menerima inovasi ini merupakan proses mental, yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui
adanya suatu inovasi sampai untuk menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya.
Keputusan untuk melakukan perubahan dari semula hanya pengetahui sampai sadar dan mengubah sikap untuk melaksanakan ide baru tersebut, biasanya
juga merupakan hasil dari urutan-urutan kejadian dan pengaruh tertentu berdasarkan dimensi waktu. Kata lain, perubahan yang dilakukan oleh seseorang
merupakan proses yang memerlukan waktu dan tiap-tiap orang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh berbagai hal yang melatarbelakangi,
misalnya karakteristik peternak, kondisi lingkungan dan teknologi yang diadopsi Baba. 2008.
Menurut Rogers 2003:168-169 bahwa keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak orang mengetahui adanya suatu inovasi sampai mengambil
keputusan untuk menerima atau menolaknya. Menerima atau menolak inovasi merupakan keputusan yang dibuat oleh seseorang, jika menerima maka seseorang
akan menggunakan ide baru tersebut menolak inovasi tersebut karena merasa tidak sesuai dengan pribadinya dan untuk digunakan. Proses keputusan suatu
inovasi tersebut terdiri dari pengetahuan knowladge, persuasion, keputusan decision, implementasi dan konfirmasi. Keputusan seseorang dalam mengadopsi
suatu inovasi dipengaruhi beberapa faktor, misalnya karakteristik individunya dan sifat inovasinya teknologi.
Komponen Terkait tentang Adopsi Teknologi Biogas
Proses adopsi biogas merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan dimensi waktu. Mengadopsi biogas berlangsung mulai dari peternak tahu adanya
teknologi biogas sampai peternak mau mencoba serta menggunakan teknologi ini terus-menerus. Adopsi teknologi biogas dapat dilihat dari keinginan peternak
24
menggunakan biogas dalam kegiatan rumah tangganya. Seperti, memasak maupun untuk tenaga listrik.
a. Investasi Peternak pada Teknologi Biogas
Investasi merupakan semua biaya yang dikeluarkan peternak untuk suatu unit biogas. Biaya investasi tersbut meliputi biaya bahan untuk konstruksi dan
biaya upah pekerja. Selain itu ada juga biaya operasional yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perbaikan. Biaya ini digunakan untuk mengganti plastik
penampung yang bocor, perbaikan tangki pengurai digester dan pemeliharaan kompor. Ada beberapa hal yang dapat diamati pada investasi peternak pada
teknologi biogas, diantaranya, biaya konstruksi biogas, biaya membangun digester, upah pekerja dan besarnya biaya operasional. Oleh karena itu,
pengadopsian tentang teknologi biogas dapat diketahui dari investasi masyarakat tentang teknologi biogas.
b. Penggunaan Tangki Pengurai digester