I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian terhadap daerah aliran sungai DAS menjadi salah satu kajian penting
dalam hidrologi, dimana aliran air di dalam DAS memberikan sumbangan berupa debit ke
sungai utama. Asdak 1995 mendefinisikan DAS sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama. DAS menjadi sistem penting dalam merespon curah hujan yang jatuh dan
mengetahui proses pengalihragaman curah hujan menjadi debit.
DAS memiliki
karakteristik yang
berhubungan erat dengan jenis tanah, tataguna lahan, topografi, kemiringan lereng dan
panjang sungai.
Karakteristik DAS
mempengaruhi proses pengalihragaman hujan menjadi debit. Debit adalah volume air yang
mengalir melewati penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran merupakan perilaku debit
sebagai bentuk respon terhadap perubahan dalam DAS. Hidrograf aliran menujukkan
hidrograf total yang tersusun dari aliran dasar baseflow dan aliran langsung direct runoff.
Berdasarkan hidrograf aliran maka dapat disusun hidrograf satuan. Menurut Subarkah
1980 hidrograf satuan dilakukan untuk mengetahui aliran langsung direct runoff
dari hujan efektif yang tersebar merata di seluruh wilayah DAS pada periode tertentu.
Hidrograf satuan banyak digunakan untuk memperkirakan
banjir rancangan
yang mungkin terjadi di suatu wilayah dan
mempelajari karakteristik suatu DAS. Hidrograf
aliran dapat
disusun menggunakan model hidrologi. Berbagai
model hidrologi telah dikembangkan untuk memperoleh hidrograf aliran suatu DAS.
Salah satu model yang dapat digunakan yaitu HEC-HMS Hydrologic Engineering Center-
Hydrology Modelling System. HEC-HMS merupakan
model aplikasi
yang dikembangkan oleh US Army Corps of
Engineers-Institute for Water Recources untuk mensimulasi proses curah hujan-
limpasan pada wilayah DAS USACE 2010. Penggunaan HEC-HMS bertujuan untuk
memperoleh hidrograf aliran hasil model yang nantinya akan dibandingkan dengan hidrograf
aliran pengamatan. DAS Citarum Hulu merupakan salah satu
DAS penting yang ada di Jawa Barat. DAS Citarum Hulu berfungsi sebagai daerah utama
resapan air, pemasok air untuk waduk Cirata dan Jatiluhur, pemasok air untuk irigasi dan
kebutuhan air wilayah Jawa Barat maupun Jakarta serta pembangkit listrik. Disisi lain,
DAS Citarum Hulu didominasi oleh genangan banjir,
sampah, limbah
industri dan
berkurangnya kawasan hutan menjadi non- hutan. Pemukiman semakin meningkat tanpa
perencanaan yang baik, pola pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi
menyebabkan areal genangan banjir semakin meluas, tingkat erosi yang semakin tinggi, dan
menurunkan kualitas air sungai Citarum. Wangsaatmaja 2006. Analisa hidrograf
aliran DAS Citarum Hulu menjadi kajian penting untuk mengetahui karakteristik DAS
dalam merespon curah hujan yang jatuh di DAS Citarum Hulu dari waktu ke waktu.
Fokus utama penelitian ini adalah menyusun hidrograf aliran di DAS Citarum Hulu.
1.2
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai yaitu : a.
Menyusun hidrograf aliran DAS Citarum Hulu
b. Mempelajari perubahan hidrograf
aliran DAS Citarum Hulu akibat perubahan curah hujan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
DAS Citarum Hulu terletak diantara 6°48-7°07 LS
dan 107°31-107°49 BT, masuk
ke dalam
wilayah administrasi
pemerintahan Kotamadya
Bandung dan
Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Luas DAS Citarum Hulu sebesar 2781,8 km
2
yang terbagi menjadi 7 sub-DAS yaitu Sub- DAS
Cikapundung, Citarik,
Cisarea, Cisangkuy, Ciwidey, Ciminyak dan Cihaur.
Aliran air anak sungai dari sub-subDAS mengalir ke Citarum Hulu kemudian aliran air
masuk ke waduk Saguling sebagai outlet akhir DAS Citarum Hulu. Analisis spasial
dalam penelitian ini mencangkup DAS Citarum Hulu di atas stasiun Dayeuhkolot.
DAS Citarum
hulu terletak
pada ketinggian antara 650 sampai 2600 meter di
atas permukaan laut mdpl dengan bentuk topografi berupa dataran dan pegunungan.
Bila dilihat dari klasifikasi lereng, kawasan DAS Citarum hulu terdiri dari berbagai kelas
lereng mulai dari datar sampai terjal. Pola
pengaliran utama adalah Sungai Citarum dengan beberapa anak sungai utama, yaitu
Cikapundung, Cikeruh, Citarik, Cirasea, Cisangkuy, dan Ciwideuy. Hulu Sungai
Citarum
terletak di
gunung Wayang,
Kabupaten Bandung yang mengalir ke Waduk Saguling dan bermuara di Pantai Utara Jawa,
tepatnya di Kabupaten Karawang. Wilayah DAS Citarum Hulu dibagi mejadi 4 yaitu
endapan tersier, hasil gunung api tua, hasil gunung api muda dan endapan danau.
Secara umum DAS Citarum Hulu memiliki curah hujan rata-rata tahunan
sebesar 1685 mm. Puncak curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret sedangkan
curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan pola curah hujan tipe monsun
Gambar 1. Pola debit DAS Citarum Hulu mengikuti pola curah hujan yang terjadi.
Puncak debit tertinggi terjadi padabulan April dan debit terendah terjadi pada bulan Agustus
Gambar 2.
Gambar 1 Pola CH DAS Citarum Hulu.
Gambar 2 Pola debit DAS Citarum Hulu.
2.2 Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai DAS didefinisikan sebagai daerah yang dibatasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung tersebut kemudian dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama
Asdak 1995. Menurut Linsley et al. 1982 DAS merupakan daerah yang dianggap
sebagai wilayah dari titik tertentu pada sungai dan dipisahkan oleh punggung bukitgunung
yang dapat ditelusuri pada peta topografi. UU RI No.7 Tahun 2004 tentang sumberdaya air
pasal 1 ayat 1 mendefinisikan daerah aliran sungai sebagai suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami.
DAS dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah aliran sungai bagian hulu, tengah dan
hilir. Menurut Asdak 1995 daerah hulu DAS biasanya memiliki kemiringan lereng yang
terjal lebih dari 45. DAS bagian hulu merupakan daerah konservasi yang dikelola
untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi. Kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS yang rapat, kualitas air dan kemampuan menyimpan air dengan baik,
dapat menjadi indikasi daerah hulu suatu DAS. Daerah aliran sungai bagian tengah
merupakan daerah transisi antara bagian hulu dengan hilir sedangkan bagian hilir DAS
dicirikan oleh kemiringan lereng yang lebih landai yaitu kurang dari 8 dan beberapa
tempat merupakan daerah rawan banjir.
Daerah aliran sungai menjadi sistem penting dalam mentransformasikan curah
hujan menjadi debit aliran. Analisa terhadap sistem hidrologi DAS menjadi penting untuk
mengetahui dan memahami perilaku DAS terhadap
curah hujan
sehingga dapat
memperkirakan komponen hidrograf aliran dalam waktu tertentu Harto 2000.
Komponen ‐komponen utama ekosistem
DAS terdiri dari manusia, hewan, vegetasi, tanah,
iklim, dan
air. Masing
‐masing komponen tersebut memiliki sifat yang khas
dan keberadaannya tidak berdiri ‐sendiri,
namun berhubungan
dengan komponen
lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis ekosistem. Manusia memegang peranan
penting dan dominan dalam mempengaruhi kualitas suatu DAS. Keseimbangan ekosistem
akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalan dengan
baik. Kualitas interaksi antar komponen ekosistem terlihat dari kualitas ekosistem
tersebut. Aktivitas yang terjadi dalam suatu DAS menyebabkan perubahan ekosistem
misalnya perubahan penggunaan lahan yang dapat memberikan dampak berupa perubahan
fluktuasi debit, kandungan sedimentasi dan material lain yang terlarut Ramdan 2004.
2.3 Penggunaan Lahan