Hidrograf Aliran Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN

sifat yang gembur sehingga jenis tanah ini mudah meloloskan air, mudah terseret air hujan, angin dan longsor sedangkan jenis tanah grumusol memiliki sifat sulit dan berat untuk diolah. Namun ketika musim hujan, tanah ini menjadi liat dan lengket sedangkan pada musim kemaru menjadi keras dan retak- retak. Berdasarkan alasan tersebut maka jenis tanah subDAS Citarum Hulu-2 termasuk dalam HSG B. HSG B memiliki karakteristik hidrologi laju infiltrasi yang sedang, berdrainase baik hingga sedang dan memiliki tekstur tanah cukup halus hingga kasar. Jenis tanah yang mendominasi subDAS Citarum Hulu-3 yaitu jenis tanah latosol, aluvial coklat kekelabuan, latosol coklat dan litosol coklat. Jenis tanah latosol memiliki kondisi fisik yang lembab, berada pada areal 600-800 mdpl dan cocok untuk perkebunan maupun pertanian sedangkan karakteristik sifat tanah lain sama dengan karakteristik jenis tanah pada subDAS Citarum Hulu-1 maupun 2. Hal tersebut menjadi alasan jenis tanah pada subDAS Citarum Hulu-3 dikelompokkan menjadi HSG A. Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Lahan merupakan faktor fisik DAS dinamis mengikuti perkembangan penduduk dan pola pembangunan wilayah. Tipe penggunaan lahan pemukiman mendominasi penggunaan lahan subDAS Citarum Hulu-1 sedangkan subDAS Citarum Hulu-2 dan subDAS Citarum Hulu-3 didominasi oleh tipe penggunaan lahan pertanian. Tipe dan peta penggunaan lahan tiap subDAS terdapat dalam Lampiran 10 dan 11. Berdasarkan hasil kalibrasi terhadap nilai bilangan kurva, subDAS Citarum Hulu-1 memiliki nilai bilangan kurva sebesar 85, subDAS Citarum Hulu-2 memiliki nilai bilangan kurva sebesar 87 sedangkan pada subDAS Citarum Hulu-3 memiliki nilai bilangan kurva sebesar 81. Bilangan kurva sebesar 85 menunjukkan bahwa curah hujan yang jatuh akan menjadi limpasan sebesar bilangan kurva tersebut. Tipe penggunaan lahan akan menentukan nilai bilangan kurva tiap subDAS. Berdasarkan hasil perhitungan, perbedaan nilai bilangan kurva tiap subDAS disebabkan oleh luasan tiap tipe penggunaan lahan pada tiap subDAS berbeda sehingga akan mempengaruhi nilai bilangan kurva gabungan yang diperoleh. Nilai bilangan kurva menjadi penting karena nilai bilangan kurva tiap subDAS merupakan input dalam HEC-HMS.

4.2 Hidrograf Aliran Pengamatan

Hidrograf aliran pengamatan diperoleh berdasarkan data tinggi muka air TMA stasiun Dayeuhkolot yang diturunkan menggunakan persamaan rating curve dari BBWS Citarum. Persamaan rating curve atau lengkung kalibrasi yang digunakan adalah : Q = 1,333TMA – 0,9 2,944 Q merupakan debit aliran sungai m 3 detik dan TMA merupakan tinggi muka air m. Hidrograf aliran pengamatan disusun sebagai bahan kalibrasi atau pembanding dengan hidrograf aliran hasil HEC-HMS. Hidrograf aliran pengamatan dipilih berdasarkan kejadian puncak tunggal tertinggi dengan rentang waktu dimulai pada tanggal 16 Februari 2010 hingga 20 Februari 2010. Berdasarkan hasil analisa, dapat diketahui debit puncak Qp, volume aliran dan waktu mencapai puncak tp. Nilai ketiga komponen hidrograf aliran pengamatan tersebut tertera dalam Tabel 3. Tabel 3 Komponen hidrograf aliran pengamatan DAS Citarum Hulu Parameter Nilai Unit Qp 103,30 m 3 detik Volume aliran x1000m 3 22705 m 3 m 3 t p 14 jam Hidrograf aliran dianggap sebagai suatu gambaran dari karakteristik suatu DAS yang mengendalikan hubungan antara curah hujan dan debit. Hidrograf aliran dipengaruhi oleh sifat fisik DAS, sifat vegetasi penutup lahan dan distribusi kejadian hujan. Berdasarkan hidrograf aliran maka dapat diketahui pula hidrograf satuannya. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf aliran langsung direct runoff diakibatkan oleh hujan efektif yang jatuh merata di suatu DAS dalam kurun waktu tertentu. Hidrograf satuan disusun untuk menunjukkan bagaimana hujan efektif ditransformasikan menjadi aliran langsung di outlet DAS. Namun, untuk menganalisa hidrograf satuan perlu dilakukan pemisahan aliran. Hidrograf aliran yang terukur pada Automatic Weather Level Recorder AWLR terdiri dari banyak komponen aliran sehingga perlu dilakukan pemisahan aliran. Disisi lain, pemisahan aliran dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai aliran langsung dan aliran dasar dari hidrograf aliran yang terjadi dalam suatu DAS. Metode garis lurus merupakan metode pemisahan aliran yang digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan curah hujan efektif juga dilakukan untuk mendukung hidrograf satuan. Curah hujan yang terpilih dalam kasus ini yaitu curah hujan yang terjadi pada tanggal 16-18 Februari 2010. Kemudian berdasarkan curah hujan tersebut ditentukan hujan efektif menggunakan metode indeks infiltrasi. Perhitungan indeks infiltrasi memperlihatkan bahwa hujan efektif yang menyebabkan aliran langsung yaitu sebesar 5,2 mm dimana nilai ini sama dengan nilai direct runoff DAS Citarum Hulu yaitu sebesar 5,2 mm. Direct runoff diartikan sebagai aliran langsung dan menggambarkan banyaknya air yang langsung melimpas di permukaan jika terjadi curah hujan dengan catatan bahwa telah melampaui kapasitas infiltrasi. Besarnya nilai aliran langsung juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, jenis tanah, dan kondisi penggunaan lahan di wilayah tersebut. 4.3 Hidrograf Aliran HEC-HMS Terdapat dua metode hidrograf aliran HEC-HMS yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Snyder dan metode SCS. Hidrograf aliran HEC-HMS tersebut diperoleh berdasarkan data-data sebagai berikut : 1. Data curah hujan jam-jaman minimal dari satu stasiun pengamatan di wilayah kajian. Data curah hujan jam-jaman diperoleh dari stasiun Bandung, sebagai tambahannya digunakan data curah hujan kumulatif harian dari stasiun Cicalengka, Paseh, Chincona, Ujung Berung dan Ciparay 2. Bobot luas tiap subDAS, diwakili oleh stasiun curah hujan di wilayah kajian yang didasarkan pada poligon Thiessen 3. Luas wilayah tiap subDAS 4. Paramater-parameter yang dibutuhkan dalam komponen basin model seperti loss dan transform 5. Control specification sebagai komponen penata waktu simulasi 6. Data debit jam-jaman yang diturunkan dari data tinggi muka air stasiun Dayeuhkolt menggunakan persamaan rating curve. Data debit aliran atau hidrograf aliran pengamatan ini akan digunakan sebagai data kalibrasi atau pembanding dengan hidrograf aliran HEC-HMS Berdasarkan data-data tersebut, hidrograf aliran HEC-HMS dapat dibentuk. Hidrograf aliran yang dihasilkan dari HEC-HMS berasal dari dua metode hidrograf satuan yaitu metode Snyder dan metode SCS. Penggunaan dua metode dalam HEC-HMS digunakan untuk mengetahui metode yang memiliki bentuk hidrograf aliran mendekati hidrograf aliran pengamatan. Time lag didefinisikan sebagai lama waktu antara curah hujan maksimum sampai terjadinya debit puncak. Parameter yang diperlukan untuk metode Snyder adalah time lag t l sedangkan pada metode SCS membutuhkan parameter time lag t l dan bilangan kurva Curve NumberCN. Parameter dalam tiap metode HEC-HMS merupakan parameter yang dibutuhkan untuk membangun hidrograf aliran HEC-HMS. Berdasarkan parameter-parameter tiap metode ini maka hidrograf aliran HEC-HMS dapat dibentuk. Hasil perhitungan masing-masing parameter dalam metode tersebut tertera dalam Tabel 4. Tabel 4 Nilai time lag tiap metode SubDAS Snyder SCS t l jam t l jam Citarum Hulu-1 2,83 1,56 Citarum Hulu-2 7,32 11,09 Citarum Hulu-3 3,49 1,83 Nilai time lag pada metode Snyder dan SCS merupakan nilai parameter utama dalam HEC-HMS untuk menyusun hidrograf aliran. Nilai parameter tersebut merupakan nilai parameter yang telah dikalibrasi. Kalibrasi terhadap nilai parameter memiliki tujuan agar menghasilkan nilai parameter yang optimal sehingga hidrograf aliran HEC-HMS memiliki nilai yang sama atau mendekati hidrograf aliran pengamatan. Hasil perhitungan pada tiap subDAS memperlihatkan bahwa metode Snyder maupun SCS memiliki nilai t l yang berbeda. Nilai t l pada metode Snyder lebih rendah dibandingkan pada metode SCS. Hal ini dapat disebabkan oleh variabel yang menyusun parameter time lag pada metode Snyder dan metode SCS berbeda sehingga mempengaruhi nilai time lag yang dihasilkan. SubDAS Citarum Hulu-2 memiliki nilai time lag yang paling tinggi dibandingkan dengan subDAS lain sebab subDAS Citarum Hulu-2 memiliki luas yang paling besar dari subDAS lain. Disisi lain, subDAS yang memiliki luasan lebih luas akan memiliki waktu yang lebih lama untuk mengalirkan curah hujan yang jatuh di wilayah subDAS tersebut sehingga hal tersebut akan mempengaruhi time lag suatu subDAS. Hidrograf aliran HEC-HMS dari metode Synder dan SCS menghasilkan hidrograf aliran yang lebih rendah dari hidrograf aliran pengamatan Gambar 10. Perbedaan kedua hidrograf aliran tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Kurang telitinya perhitungan parameter tiap metode yang digunakan sebagai input awal dalam HEC-HMS 2. Metode Synder dibangun berdasarkan karakteristik fisik DAS yang dihitung secara manual. Oleh karena itu dimungkinkan adanya distorsi dalam mengukur variabel-variabel yang dibutuhkan dalam parameter metode Snyder 3. Metode SCS dipengaruhi oleh bilangan kurva. Kurang telitinya dalam menentukan bilangan kurva dapat mempengaruhi hasil perhitungan parameter sehingga mempengaruhi pula nilai hidrograf aliran HEC-HMS Model HEC –HMS mengemas berbagai macam metode yang digunakan dalam analisa hidrologi. Pengoperasian HEC-HMS dapat menggunakan sistem windows, sehingga model ini menjadi mudah dipelajari dan mudah untuk digunakan, tetapi tetap diperlukan pendalaman dan pemahaman pada model hidrograf yang digunakan. Model HEC –HMS mengangkat teori hidrograf satuan untuk digunakan dalam permodelannya yang kemudian dikalikan dengan curah hujan efektif sehingga terbentuk hidrograf aliran. Model hidrograf satuan sintetik yang dapat digunakan dalam HEC-HMS antara lain hidrograf satuan sintetik Synder, Clark, SCS, ataupun unit hydrograph USACE 2010. Berdasarkan kedua metode yang digunakan terlihat bahwa metode Synder merupakan metode yang memiliki bentuk hidrograf aliran paling mendekati dengan hidrograf aliran pengamatan dibandingkang metode SCS. Hal tersebut juga didukung oleh nilai komponen hidrograf aliran seperti nilai Qp, tp dan volume aliran. Nilai komponen hidrograf aliran metode Snyder memiliki nilai yang mendekati pengamatannya seperti terlihat pada Tabel 5. Dengan demikian, metode Snyder dapat digunakan untuk menyusun hidrograf aliran DAS Citarum Hulu berdasarkan karakteristik fisik DAS. Nilai hidrograf aliran HEC-HMS dan pengamatan terdapat dalam Lampiran 12. Tabel 5 Nilai komponen hidrograf aliran HEC-HMS dan pengamatan No. Hidrograf Aliran Qp m 3 detik Tp jam Volume aliran x 1000m 3 1. HEC-HMS a. Snyder b. SCS 100,2 92,7 9 10 19537,6 18744,8 2. Pengamatan 103,3 14 22705,0 Gambar 10 Hidrograf aliran HEC-HMS dan pengamatan. 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 H id ro g ra f A li ra n m 3 d eti k Waktu jam Pengamatan Snyder SCS

4.4 Hidrograf Aliran HEC-HMS Setelah