MAGICC
Gambar 8 Struktur model MAGICCSCENGEN. Sumber : Wigley 2008
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis Tanah dan Tipe Penggunaan
Lahan DAS Citarum Hulu Data jenis tanah dan tipe penggunaan
lahan skala 1:25000 diperoleh dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BPDAS
Citarum-Ciliwung. DAS Citarum Hulu dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga subDAS
yaitu subDAS Citarum Hulu-1, Citarum Hulu- 2 dan Citarum Hulu-3 Gambar 9. Pembagian
DAS Citarum Hulu menjadi tiga subDAS memiliki tujuan untuk mempermudah proses
perhitungan parameter yang dibutuhkan dalam HEC-HMS.
Gambar 9 SubDAS Citarum Hulu. Tanah berasal dari pelapukan batuan yang
tercampur oleh
bahan-bahan organik.
Klasifikasi jenis tanah dan peta jenis tanah tiap subDAS Citarum Hulu terdapat dalam
Lampiran 8 dan 9. Jenis tanah mendukung dalam
pengelompokkan hidrologi
tanah Hydrology Soil GroupHSG ke dalam tipe
HSG A, B, C atau D yang nantinya mempermudah dalam menilai bilangan kurva.
Hidrologi tanah subDAS Citarum Hulu-1 memiliki tipe HSG A. Hal ini didasarkan
karena jenis tanah pada subDAS Citarum Hulu-1 adalah jenis tanah aluvial coklat
kekelabuan dan asosiasi aluvial kekelabuan dengan aluvial coklat, latosol coklat, dan
litosol coklat. Secara umum, jenis tanah tersebut merupakan jenis tanah muda yang
berasal dari hasil endapan sungai dan cukup subur untuk pertanian sedangkan secara
hidrologi, jenis tanah tersebut mempunyai daya infiltrasi tinggi sehingga dikelompokkan
HSG A.
Jenis tanah aluvial coklat kekelabuan, asosiasi andosol coklat dengan regosol,
grumusol kekelabuan, latosol dan litosol merupakan jenis tanah subDAS Citarum
Hulu-2. Karakteristik jenis tanah aluvial pada subDAS Citarum Hulu-2 sama dengan
karakteristik jenis tanah aluvial pada subDAS Citarum Hulu-1. Jenis tanah andosol memiliki
Pemilihan skenario emisi
Emissions scenarios Perubahan
komposisi atmosfer
Model parameter Output years
Proyeksi nilai GRK, suhu rata-rata global dan
tinggi muka air laut Output
SCENGEN Menentukan parameter :
- Analysis Change
- GCM CSIRO, GFDL
- Region Global
- Variable Precipitation
- Warming Scenario year
Library of AOGCM data sets
Library of Observed data sets
Perubahan CH
sifat yang gembur sehingga jenis tanah ini mudah meloloskan air, mudah terseret air
hujan, angin dan longsor sedangkan jenis tanah grumusol memiliki sifat sulit dan berat
untuk diolah. Namun ketika musim hujan, tanah ini menjadi liat dan lengket sedangkan
pada musim kemaru menjadi keras dan retak- retak. Berdasarkan alasan tersebut maka jenis
tanah subDAS Citarum Hulu-2 termasuk dalam HSG B. HSG B memiliki karakteristik
hidrologi
laju infiltrasi
yang sedang,
berdrainase baik hingga sedang dan memiliki tekstur tanah cukup halus hingga kasar.
Jenis tanah yang mendominasi subDAS Citarum Hulu-3 yaitu jenis tanah latosol,
aluvial coklat kekelabuan, latosol coklat dan litosol coklat. Jenis tanah latosol memiliki
kondisi fisik yang lembab, berada pada areal 600-800 mdpl dan cocok untuk perkebunan
maupun pertanian sedangkan karakteristik sifat tanah lain sama dengan karakteristik
jenis tanah pada subDAS Citarum Hulu-1 maupun 2. Hal tersebut menjadi alasan jenis
tanah
pada subDAS
Citarum Hulu-3
dikelompokkan menjadi HSG A. Penggunaan lahan merupakan aktivitas
manusia pada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Lahan merupakan faktor
fisik DAS dinamis mengikuti perkembangan penduduk dan pola pembangunan wilayah.
Tipe
penggunaan lahan
pemukiman mendominasi penggunaan lahan subDAS
Citarum Hulu-1 sedangkan subDAS Citarum Hulu-2
dan subDAS
Citarum Hulu-3
didominasi oleh tipe penggunaan lahan pertanian. Tipe dan peta penggunaan lahan
tiap subDAS terdapat dalam Lampiran 10 dan 11. Berdasarkan hasil kalibrasi terhadap nilai
bilangan kurva, subDAS Citarum Hulu-1 memiliki nilai bilangan kurva sebesar 85,
subDAS Citarum Hulu-2 memiliki nilai bilangan kurva sebesar 87 sedangkan pada
subDAS Citarum Hulu-3 memiliki nilai bilangan kurva sebesar 81. Bilangan kurva
sebesar 85 menunjukkan bahwa curah hujan yang jatuh akan menjadi limpasan sebesar
bilangan kurva tersebut.
Tipe penggunaan lahan akan menentukan nilai
bilangan kurva
tiap subDAS.
Berdasarkan hasil perhitungan, perbedaan nilai bilangan kurva tiap subDAS disebabkan
oleh luasan tiap tipe penggunaan lahan pada tiap
subDAS berbeda
sehingga akan
mempengaruhi nilai bilangan kurva gabungan yang diperoleh. Nilai bilangan kurva menjadi
penting karena nilai bilangan kurva tiap subDAS merupakan input dalam HEC-HMS.
4.2 Hidrograf Aliran Pengamatan