10 untuk berbagasi kepentingan seperti industri, perdagangan, perkantoran kampus dan
lainnya, dan perumahan penduduk. Keadaan ini menggambarkan bahwa desa ini selain masih ada nuansa agrarisnya juga sudah kental dengan nuansa urbannya.
Untuk mencapai pusat pemerintahan dan berbagai tempat ditempuh dengan berbagai jenis angkutan umum, misalnya bus kota, taksi, angkutan desa, becak, dan
bus antarkota. Bus antarkota melintas dari Utara-Selatan dan Barat yaitu terutama dari arah Semarang, atau dari arah Barat dan Timur yaitu kendaraan yang melintasi
ringroad utara bagian barat dengan tujuan Solo-Semarang. Bus kota, taksi dan becak banyak digunakan di sepanjang Jalan Magelang yang merupakan pusat
pertokoanperdagangan, dan di sepanjang jalan menuju ke berbagai fasilitas umum dan pendidikan seperti ke kampus Universitas Gadjah Mada, RSUP Sardjito, TVRI.
B. Penduduk
Pada bulan Desember 2006 jumlah penduduk Sinduadi sebanyak 29. 299 jiwa. Sementara luas wilayahnya sekitar 737 Ha, sehingga kepadatan penduduk rata-rata
mencapai 37 jiwaHa. Kepadatan penduduk tiap padukuhan berbeda-beda. Penduduk padat terdapat di padukuhan-padukuhan yang berada di wilayah perkotaan,
khususnya padukuhan-padukuhan yang ada di sekitar kampus UGM dan pusat pertokoanperdagangan di Jalan Magelang. Di padukuhan-padukuhan tersebut
banyak mahasiswa, dan pendatang dari luar Yogyakarta. Penduduk laki-lakinya 51,69 lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan 48, 31.
Keadaan ini berbeda dengan kecenderungan pada umumnya di Indonesia dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki. Setiap tahun penduduk mengalami perubahan yang diakibatkan oleh kelahiran-kematian, dan kedatangan-kepindahan. Yogyakarta sebagai kota
pelajar telah menimbulkan banyaknya pendatang dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan dari luar negeri. Hal ini terasa juga di Sinduadi, pendatang jauh lebih
besar dibandingkan dengan yang pindah. Tahun 2001 misalnya, perbandingan antara orang yang datang dan orang yang pindah mencapai 70 dan 30. Berdasarkan
banyaknya pendatang, maka di desa ini sudah terjadi kemajemukan suku, agama, dan asal daerah, terutama di padukuhan-susun yang masuk wilayah perkotaan.
Dari segi usia, penduduknya lebih banyak yang berusia produktif. Penduduk pada usia ini 20-56 tahun mencapai 52,37 dari jumlah kelompok tenaga kerja
11 keseluruhan di daerah tersebut. Adapun penduduk usia 10 –19 tahun mencapai 30,
dan usia nonproduktif sebesar 17,83.
C. Setting Sosial Masyarakat
Dari segi pendidikan, banyak penduduk usia sekolah yang sudah menamatkan Taman Kanak-kanak dan cukup banyak yang sudah merampungkan program
Sarjana atau S1-S3 1,70. Secara lebih rinci, tingkat kelulusan masyarakat dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi menunjukkan tipe piramida terbalik.
Artinya semakin rendah tingkat pendidikan semakin banyak yang lulus, dan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin sedikit yang mengenyamnya. Secara berurutan
Taman Kanak-kanak 39, kemudian diikuti di bawahnya tingkat SD 20, SLTP 19, SMA 18, AkademiD1-D3 3, dan S1-S3 2
Dari segi ekonomi, mayoritas penduduk bekerja di sektor perekonomian moderen seperti pegawai negeri dan swasta, pedagang dan jasa. Adapun yang menjadi petani,
petani pemilik maupun buruh tani tidak sampai 10 dari angkatan kerja yang ada. Kebanyakan penduduk bekerja sebagai karyawan swasta 36 dan pegawai
negeri 26. Keadaan ini menunjukkan bahwa sektor pekerjaan moderen telah menjadi tumpuan terbesar dari masyarakat di daerah ini. Pertukangan 11
meliputi buruh bangunan laden, dan tukang ahli. Desa ini termasuk pemasok pekerja bangunan ke wilayah perkotaan Yogyakarta dan sekitarnya. Sementara yang
bekerja sebagai petani masih cukup banyak 9, begitu juga dengan pedagangpengusaha 9. Pensiunan dan yang bergerak di bidang jasa masing-
maisng 5 dan 4, selebihnya mereka yang bekerja sebagai TNIPolisi dan pemulung.
Pelapisan sosial masyarakat secara ekonomis dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan yaitu kaya, menengah dan miskin. Setiap lapisan sosial-ekonomi dilihat
dari ciri-ciri pemilikan rumah dan harta kekayaan yang nampak. Orang kaya menurut ukuran masyarakat setempat ditandai dengan rumahnya yang relatif besar
dibandingkan dengan rumah yang ada di sekitarnya, juga dilihat dari kendaraan yang dipakai yaitu mobil. Orang yang termasuk golongan ini sebagian besar pengusaha,
dan sebagian pegawai negeri. Orang miskin adalah mereka yang menempati rumah setengah tembok atau
sangat sederhana dan kendaraan yang dimiliki sepeda atau tidak punya kendaraan
12 sama sekali. Golongan ini terdiri dari sebagian besar buruh tani dan bangunan,
pemulung. Adapun golongan menengah terdapat pada sebagian besar pegawai negeri dan karyawan swasta, sebagian pedagang dan penjual jasa. Batasan pelapisan sosial-
ekonomi ini tidak berlaku mutlak. Sebab seseorang yang dianggap kelompok menengah di suatu padukuhan, dapat saja dianggap kaya di padukuhan lain.
Di bidang keagamaan, jumlah umat Islam masih menjadi mayoritas 88, sedangkan umat Kristiani, baik Katolik maupun Kristen, berjumlah 11. Untuk
penganut Kristiani ini, Kristen masih lebih banyak 6 dibandingkan dengan Katolik 5. Sementara agakma Budha, Hindu, dan Aliran Kepercayaan persentase
maisng-masing kurang dari 1. Di kelurahan ini ternyata aliran kepercayaan masih ada dan nampaknya
masih disejajarkan dengan agama dalam dokumen resmi pemerintah setempat, baik di monografi maupun kartu keluarga. Dalam kartu keluarga ditemukan juga kolom
agama yang diisi dengan aliran kepercayaan. Jika dibandingkan antara jumlah umat masing-masing agama dengan jumlah
tempat ibadah menunjukkan sebagai berikut; dalam satu masjid rata-rata menampung sekitar 500 umat Islam, atau kalau digabung antara masjid dan musholla, maka
setiap tempat ibadah umat Islam rata-rata menampung sekitar 362 orang. Adapun gereja yang ada rata-rata menampung 1532 umat Kristiani, dan vihara menampung
110 umat Budha. Sementara untuk umat Hindu belum mempunyai tempat ibadah.
Umat agama Islam maupun Kristen dan Katolik dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu umat agama yang tidak taat dan umat agama yang taat menjalankan
ajaran agamanya. Kelompok pertama disebut Islam atau KatolikKristen penuturan oleh
masyarakat, sedangkan
kelompok kedua
biasa disebut
dengan IslamKatolikKristen taat. Seseorang disebut Islam penuturan karena dia hanya
mengaku dirinya seorang muslim secara lisan, namun hampir tidak pernah melaksanakan kewajiban agamanya, khususnya shalat lima waktu dan puasa.
Sebaliknya Islam Penuturan ini lebih mementingkan slametan dalam upacara lingkaran hidup seperti waktu kelahiran, teta’an sunatan, pitonan, dan peringatan
kematian anggota keluarga misalnya 1-7 hari dari kematian, matangpuluh, nyatus, pendak siji dan nyewon.
13 Kelompok umat Islam taat adalah orang Islam yang selalu berusaha
melaksanakan kewajiban agamanya seperti shalat lima waktu, puasa, membayar zakat fitrah, bahkan naik haji jika mampu. Dalam menyikapi terhadap tradisi,
kelompok umat Islam taat ini dapat dibagi ke dalam dua subkelompok. Pertama, subkelompok yang toleran terhadap adat-istiadat Jawadalam pengamalan keagamaan
seperti melakukan tahlilan untuk orang yang sudah meninggal seperti yang dilakukan umat Islam Penuturan. Kedua, subkelompok yang menolak adat istiadat
Jawa karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Subkelompok pertama umumnya direpresentasikan dengan pengikut Nahdlotul Ulama’, dan subkelompok
kedua direpresentasikan dengan pengikut Muhammadiyah. Ciri-ciri pada kedua subkelompok tersebut dapat disebut seperti istilah yang dikemukakan Geertz
1989 dan Muhtarom 1988 yaitu santri-tradisional, dan santri-modernis. Di kalangan umat Katolik dan Kristen juga dapat dibagi ke dalam dua kelompok
yaitu KatolikKristen pasif dan KatolikKristen aktif. Di kalangan umat KatolikKristen setempat dinyatakan bahwa orang KatolikKristen aktif adalah
mereka yang aktif melaksanakan ritual keagamaan, seperti aktif ke gereja untuk melakukan kebaktian atau misa, sering ikut dalam upacara perjamuan, sembahyangan
atau kajian al-Kitab atau pengajian kring. Adapun umat KetolikKristen pasif adalah mereka yang mengaku beragama KatolikKristen, namun jarang sekali ke gereja,
sebaliknya mereka banyak yang menjalankan tradisi Jawa seperti yang dilakukan umat Islam Penuturan, khususnya dari kalangan umat Katolik.
D. Profil Umum Keluarga Beda Agama