Gambar 5. Hama kutu daun, Myzus persicae Sulz.
E. Citra Digital
Menurut  Esther  2008,  citra  digital  didefinisikan  sebagai  citra fx,y yang telah  didigitalisasi  baik  koordinat  area   maupun  brightness  level.
Dalam  pengertian  lain  pengolahan  citra  dapat  dideskripsikan  sebagai  proses pengolahan  dan  analisis  citra  yang  banyak  melibatkan  persepsi  visual.  Dalam
bagan kartesius untuk menyamakan persepsi dalam melihat suatu objek citra, nilai f di  koordinat  x,y dinyatakan  sebagai brightnessgrayness level  dari  citra  pada
titik  tersebut.  Citra digital tersusun  dalam  bentuk  raster grid  atau  kisi.  Setiap kotak
tile yang terbentuk disebut
piksel picture element dan memiliki
koordinat  x,y.  Sumbu  x   horisontal  adalah kolom  column  dari sampel sample. Sumbu y vertikal adalah baris row, line. Setiap piksel memiliki nilai
value  atau  number yang menunjukkan  intensitas  keabuan  pada  piksel tersebut sehingga citra juga dapat berarti kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik
dua  dimensi.  Indeks  baris  dan  kolom  x,y  dari  sebuah  piksel  dinyatakan  dalam bilangan bulat.
Menurut  Ahmad  2005,  piksel  0,0  terletak  pada  sudut  kiri  atas  pada citra, indeks x bergerak ke kanan dan indeks y bergerak ke bawah. Konvensi ini
dipakai  merujuk  pada  cara  penulisan  larik  yang  digunakan  dalam  pemrograman komputer.  Pada  proses  pengambilan  citra,  dilakukan  proses  otomatisasi  dari
sistem  perangkat  citra  digital  yang  melakukan  penjelajahan  citra  sehingga membentuk suatu matriks  dimana  elemen-elemennya  menyatakan nilai intensitas
cahaya pada suatu himpunan diskrit dari titik. Ada beberapa perangkat keras yang diperlukan  terutama  untuk  melakukan  proses  digitasi,  bukan  untuk  melakukan
pengolahan  citra.  Perangkat  keras  pertama  adalah  sensor  citra  image  sensor, untuk  menangkap  pantulan  cahaya  oleh  obyek  yang  kemudian  disimpan  dalam
bentuk  nilai  intensitas  di  memori  komputer.  Banyak  macam  dari  sensor  citra  ini yang  digunakan  untuk  menangkap  citra  seperti  yang  kita  lihat  pada  TV  yaitu
vidicon  tube,  image  orthicon  tube,  image  dissector  tube  dan  solidstate  image sensor.  Saat  ini  solid-state  image  sensor  banyak  digunakan  karena  mempunyai
banyak  kelebihan  seperti  konsumsi  daya  listrik  yang  kecil,  ukurannya  kecil  dan kompak,  tahan  guncangan  dan  sebagainya.  Ini  sangat  diperlukan  bila
diintegrasikan  kedalam  suatu  mesin  atau  sistem  robotik  agar  bentuknya  kompak dan  padat.  Solid-state  image  sensor  punya  sebuah  larik  elemen  fotoelectric  yang
dapat  membangkitkan  tegangan  listrik  dari  photon  ketika  menerima  sejumlah energi  cahaya.  Sensor  jenis  ini  dapat  diklasifikasikan  berdasarkan  caranya
melakukan  scanning,  yang  umumnya  dibedakan  menjadi  dua  yaitu   charge- coupled device CCD dan complementary metal-oxide semi -conductor CMOS.
Jenis  CCD  memiliki  kelebihan  pada  resolusi  yang  tinggi  dan  kompensasi  dari ketersediaan  cahaya  yang  lemah,  sedangkan  jenis  CMOS  mempunyai  kelebihan
pada  bentuk  yang  kecil  dan  ringan  dengan  tetap  memberikan  hasil  citra  yang tajam.  Tetapi  seiring  kemajuan  teknologi,  batas  antara  kedua  macam  sensor  ini
akan  semakin  kabur  kecuali  bila  kita  memerlukan  sensor  dengan  karakteristik ekstrim dari  kedua  macam  sensor  yang  sudah  dijelaskan.  Sebuah  kamera  warna
mempunyai tiga sensor citra masing-masing untuk warna merah, hijau, dan warna biru,  atau  mempunyai  satu  sensor  yang  dilengkapi  dengan  filter  RGB.  Untuk
pengoperasian di luar ruangan dimana tingkat pencahayaan sangat bervariasi dan tergantung  pada  keadaan  lingkungan,  sebuah  kontrol  otomatis  untuk  diafragma
pembukaan lensa mungkin menjadi satu kelengkapan yang diperlukan, agar citra yang  dihasilkan  tidak  terlalu  tinggi  variasinya  bila  terjadi  perubahan  tingkat
pencahayaan.
Sinyal  yang  dihasilkan  kamera  TV  adalah  sebuah  sinyal  citra  yang  dapat digambarkan  sebagai  sinyal  analog  dari  bentuk  gelombang  listrik,  yang  tidak
dapat   langsung  dipetakan  ke  dalam  memori  komputer  untuk  membentuk  suatu citra.  Sinyal  analog  ini  kemudian  dikonversi  menjadi  sinyal  digital  oleh  ADC.
Karena konversi ini, bentuk sinyal analog yang kontinyu berubah menjadi sinyal digital  yang  diskret  atau  putus-putus.  Selanjutnya  sinyal  digital  keluaran  ADC
ditransmisikan  kepada  memori  komputer  melalui  konektivitas  firewire  untuk membentuk citra digital. Rangkaian perangkat keras yang dilengkapi dengan ADC
dan memori citra ini disebut penangkap bingkai citra image frame grabber.
III. METODOLOGI