Suwarno, 2008. Dengan dasar inilah, maka varietas ini dipakai dalam penelitian kali ini.
B. Greenhouse
Menurut Morita 2003, greenhouse didefinisikan sebagai rumah tanaman. Pada perkembangannya, penggunaan kaca sebagai bahan penutup
greenhouse di Indonesia sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan penggunaan plastik. Pada akhirnya, istilah rumah kaca sebagai terjemahan greenhouse sudah
kurang tepat lagi. Agar lebih mencerminkan fungsi greenhouse sebagai bangunan perlindungan tanaman dibandingkan dengan penggunaan bahan
material penutup greenhouse yang terus berkembang, maka diperkenalkan istilah rumah tanaman sebagai terjemahan greenhouse. Pada dasarnya ada perbedaan
konstruksi rumah tanaman antara di daerah subtropis dengan di daerah tropis. Sesuai fungsi dan tujuannya, di daerah subtropika, rumah tanaman didesain
kedap panas untuk mendapatkan suhu hangat sepanjang hari bahkan dilengkapi dengan pemanas tambahan untuk meningkatkan stabilitas suhu rumah tanaman.
Selain itu ditemukan juga lapisan isolator agar panas tidak terbuang, dan optimal digunakan pada musim semi, musim gugur dan musim dingin. Berbeda dengan
di Indonesia, umumnya rumah kaca didesain agar tanaman dapat terlindung dari kondisi lingkungan luar yang buruk. Salah pertimbangan konstruksi rumah
tanaman di Indonesia adalah kombinasi antara ventilasi dan proteksi air hujan yang harus sesuai. Kemudian bahan konstruksi dan jenis konstruksi harus kokoh
menahan terpaan angin kencang, serta cukup terjangkau untuk dibangun. Jenis atap greenhouse ada bermacam-macam, salah satunya adalah konstruksi piggy
back yang diaplikasikan pada penelitian ini, dimana jenis atap ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Contoh konstruksi atap piggy back
C. Hidroponik
Pada sistem hidroponik pada penelitian ini digunakan media arang sekam, karena sudah disterilkan, biodegradable, mudah didapatkan serta terjangkau dari
sisi harganya. Arang sekam berasal dari kulit padi sisa mesin penggilingan yang sudah dibakar menjadi arang. Tetapi kelemahan media ini adalah fungsinya hanya
dapat dipakai dua kali saja untuk menjadi media tanam. Apabila ingin membuat sendiri, caranya kumpulkan arang sekam dan dibakar di dalam drum atau tungku.
Selama proses pembakaran berlangsung, sekam yang sudah menghitam atau sudah menjadi arang diangkat, kemudian disiram agar tidak menjadi abu. Menurut
Redaksi Agromedia 2007, pada umumnya syarat pemilihan media tumbuh di dalam greenhouse harus bebas dari bibit penyakit, mudah dilalui air porous,
mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, tidak mengandung racun, ringan, dan harganya murah. Dalam
budidaya hidroponik, media tanam hanya berfungsi untuk pegangan akar dan perantara larutan nutrisi. Sundstrom 1982 menyatakan bahwa sistem hidroponik
adalah sistem budidaya tanpa menggunakan tanah. Pelaksanaan sistem hidroponik dapat dilakukan dengan kondisi lingkungannya seperti suhu, kelembaban relatif
dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil.
Pada teknik ini hara disediakan dalam bentuk larutan hara, mengandung semua unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman agar tercapai
pertumbuhan normal. Nutrisi yang diperlukan tanaman dapat dipenuhi dengan meramu sendiri berbagai garam kimia, cara ini memerlukan ketrampilan dan
pengetahuan khusus. Memang cara inilah yang banyak dipakai di perusahaan- perusahaan besar, tetapi untuk di tingkat petani hal ini menjadi tidak efektif lagi
mengingat mahalnya harga bahan-bahan kimia saat ini. Menurut Nurtika 1997, pencarian komposisi yang paling baik untuk tiap jenis tanaman khususnya tomat
masih terus dilakukan, mengingat tiap jenis tanaman membutuhkan nutrisi dengan komposisi berbeda.
Dengan menggunakan formula yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tanaman tomat, maka digunakan fertimix dengan komposisi pabrik seperti pada
tabel 2, 3, 4 dan 5 sebagai berikut :
Tabel 2. Kebutuhan unsur hara makro pada tanaman tomat Nutrien
Kebutuhan ppm Kalsium
8.85 Magnesium
2.00 Kalium
5.385 Amonium
1.389 Nitrat
3.758 Sulfat
2.354 Phosphat
0.619 Sumber : Ari Wijayani dan Wahyu Widodo, 2005
Tabel 3. Kebutuhan unsur hara mikro pada tanaman tomat Nutrien
Kebutuhan ppm Fe
2.14 B
1.2 Zn
0.6 Cu
0.048 Mn
0.18 Mo
0.046 Sumber : Ari Wijayani dan Wahyu Widodo, 2005
Tabel 4. Kebutuhan nutrisi tiap tahap pertumbuhan tanaman Umur Tanaman
Kebutuhan Irigasi
mlaplikasi 1-3 minggu
50-70 3-6 minggu
70-90 6-9 minggu
90-120 9-12 minggu
120-150 Sumber : Ari Wijayani dan Wahyu Widodo, 2005
Tabel 5. Komposisi nutrisi stok A Nutrien
Formula Konsentrasi
gr20l Konsentrasi
gr45l Kalsium
nitrat CaNO
3
4457 10030
Besi Fe FeEDTA
351 790
Sumber : Ari Wijayani dan Wahyu Widodo, 2005
Tabel 6. Komposisi nutrisi stok B Nutrien
Formula Konsentrasi
gr20l Konsentrasi
gr45l Monopotasium
Phospat KH
2
PO
4
1168 2630
Potasium Nitrat
KNO
3
2491 5830
Magnesium Sulfat
MgSO
4
2280 5130
Mangan Sulfat MnSO
4
27 61
Asam Borat H
3
SO
4
7.5 17
Amonium Molibtate
NH
4
MO
7
O
24
0.164 3.7
Tembaga Sulfat
CuSO
4
0.173 3.9
Zinc Sulfat ZnSO
4
0.196 4.4
Sumber : Ari Wijayani dan Wahyu Widodo, 2005
Kekurangan salah satu unsur hara akan menyebabkan defisiensi
pertumbuhan dimana ciri-cirinya dapat diuraikan sebagai berikut :
C.1. Kekurangan Unsur Besi Fe
Defisiensi zat besi sesungguhnya jarang sekali terjadi. Terjadinya gejala- gejala pada bagian tanaman terutama daun yang kemudian dinyatakan sebagai
kekurangan tersedianya zat Fe besi. Terjadi ketidakseimbangan antara zat Fe dengan zat kapur pada tanah yang berkelebihan kapur dan yang bersifat
alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur. Gejala-gejala yang tampak pada daun
muda, mula-mula secara setempat-tempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan-kuningan, sedangkan tulang-tulang daun tetap berwarna hijau
serta jaringan-jaringannya tidak mati. Selanjutnya, pada tulang-tulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning
dan ada pula yang menjadi putih. Gejala selanjutnya yang paling hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan
berjatuhan. Tanaman kopi yang ditanam didaerah-daerah yang tanahnya
banyak mengandung kapur, sering tampak gejala-gejala demikian.
C. 2. Kekurangan Unsur Mangan Mn