dapat dilihat bahwa tanaman tomat dapat diukur tingkat pertumbuhannya melalui interperestasi  citra  digital.  Hal  ini  membuktikan  bahwa  pada  dasarnya  analisis
melalui citra digital akan berpotensi besar dalam mengupayakan dilaksanakannya teknologi  pertanian  presisi,  karena  pertumbuhan  tanaman  tidak  lagi  diukur
berdasarkan pengamatan visual manusia yang subjektif, melainkan menggunakan teknologi komputansi yang objektif dan presisi. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa  dengan  menggunakan  visualisasi  tanaman  secara  digital  yang  diolah menggunakan  program  pengolah  citra  dapat  diketahui  bahwa  pertumbuhan
tanaman dapat diamati secara kontinyu.
E. Merancang Sistem Monitoring
Dalam  menggunakan  suatu  kontrol  untuk  menggantikan  posisi  manusia sebagai  basis  pengambil  keputusan,  maka  sistem  monitoring  tanaman  pun  harus
dirancang sedemikian rupa sehingga keluaran dari program ini dapat berupa nilai keputusan  yang  objektif  yang  memiliki  kesamaan  fungsi  jika  manusia  terlibat
didalamnya.  Untuk  merancang  suatu  sistem  monitoring,  diperlukan  pra pengamatan untuk melihat gejala tanaman dan respon tanaman pada kondisi yang
diinginkan,  dalam  hal  ini  gejala  kelayuan  tanaman  dan  responnya  apabila  diberi nutrisi.  Berdasarkan  hasil  analisis  mengenai  gejala  tersebut,  maka  diterjemahkan
dalam  bentuk  citra  digital  sebagai  interprestasi  dari  indera  penglihatan  manusia serta  dikombinasikan  dengan  program  monitoring  sebagai  pusat  olah  data  citra
tersebut,  yang  menginterprestasikan  otak  manusia  sebagai  pembuat  keputusan, lalu  dihubungkan  ke  sebuah  pompa  untuk  mengalirkan  nutrisi  sebagai
interprestasi  dari  motorik  manusia.  Dari  hasil  program  diketahui  bahwa  gejala kelayuan  tanaman  harus  memenuhi  dua  kondisi  utama,  yang  pertama  lebar  titik-
titik  di  ujung  tanaman  yang  semakin  berkurang,  kemudian  persentase  kelayuan minimal sebesar 2. Hal ini akan membuat program memberikan keluaran berupa
aktifnya pompa irigasi untuk mengalirkan nutrisi tanaman. Setelah  program  selesai  dibangun,  selanjutnya  adalah  persoalan  mengenai
infrastruktur  pendukung  kerja  dari  sistem  monitoring  tersebut.  Hal  ini  harus dirancang  agar  hasil  keluaran  program  dapat  dipantau  oleh  manusia  sehingga
apabila  terjadi  kesalahan  dapat  diperbaiki  seperti  pada  versi  beta  pada  software
keluaran  produsen  perangkat  lunak.  Nantinya  dari  basis  rancangan  awal  ini program  akan  terus  ditingkatkan  performansinya  sehingga  fungsinya  diharapkan
akan  semakin  bertambah  seiring  dengan  ketelitian  dalam  monitoring  tanaman. Untuk versi saat ini, keluaran program berupa hidup matinya pompa dalam selang
waktu  tertentu  sedemikian  sehingga  sistem  monitoring  menjalankan  aplikasi irigasi  agar  masing-masing  tanaman  mendapatkan  jumlah  nutrisi  yang  sama.
Contohnya  seperti  yang  terlihat  pada  Gambar  19  yang  menggunakan  tanaman berusia 3 minggu, dimana kebutuhan air adalah sebesar 50 ml tiap tanaman.
Gambar 19. Pengamatan tanaman kontrol secara real time Setelah  mendapat  informasi  itu,  maka  pompa  yang  dalam  hal  ini  adalah
pompa akuarium dikalibrasikan agar mendapat waktu penyalaan pompa sehingga mendapatkan  volume  nutrisi  sesuai  dengan  kebutuhan  tanaman.  Apabila  untuk
mendapatkan jumlah tertentu volume nutrisi diperlukan sebesar satu satuan waktu, maka nilai tersebut dimasukkan ke dalam program dimana ketika nantinya pompa
aktif,  maka  aktifasi  pompa  tersebut  adalah  sepanjang  satu  satuan  waktu  yang sudah  didefinisikan  dalam  program  yang  disusun.  Diharapkan  nantinya  tiap
tanaman  mendapat  jatah  nutrisi  yang  sama  dan  presisi.  Sebagai  kontrol  untuk membuat  keputusan,  digunakan  sebuah  tanaman  yang  mewakili  suatu  populasi
dan  diamati  langsung  oleh  interprestasi  indera  penglihatan  yaitu  kamera  CCD, agar  koneksi  dan  transfer  data  relatif  cepat,  koneksi  melalui  firewire  adalah
pilihan yang cukup sesuai. Selanjutnya kondisi saat dilakukan monitoring adalah dalam  kondisi  terang  sebagai  pencahayaan  untuk  menerangi  objek,  kemudian
dilakukan  pada  pagi  sampai  sore  hari  agar  terlihat  berbagai  bentuk  respon
tanaman terhadap perubahan kadar air dalam media yang dipengaruhi oleh banyak hal,  salah  satunya  adalah  tingkat  evaporasi  tanaman  tomat,  yang  berkisar  secara
equivalen  untuk  memenuhi  nutrisi  sebesar  0-1200  cm
3
tanamanhari.  Jadi  dapat disimpulkan  bahwa  program  ini  disusun  antara  lain  untuk  memenuhi  kebutuhan
air dan nutrisi tanaman tomat sehingga dari rancangan awal ini diharapkan dapat mengontrol kebutuhan air dan nutrisi secara tepat dan presisi
F. Monitoring Secara Real Time