Angin Pemodelan Dispersi Termal Air Buangan (Cooling Water) Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Perairan Pantai Pemaron, Singaraja-Bali.

2.6. Regulasi Buangan Air Pendingin di Indonesia

Pengelolaan limbah air pendingin cooling water di Indonesia cukup mendapat perhatian, hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya beberapa peraturan yang menetapkan baku mutu parameter suhu. Demi menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut, pemerintah dalam hal ini Menteri Negara Lingkungan Hidup telah melakukan upaya pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat mencemari atau merusak lingkungan laut. Salah upaya yang dilakukan adalah menetapkan baku mutu suhu air laut serta kehidupan biota laut yang ditetapkan melalui Keputussan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tabel 1. Keputusan Menteri tersebut memberi batasan bagi industri yang beroperasi di wilayah pesisir agar tidak membuang limbah pada perairan yang ditentukan adanya biota laut diatas ambang batas yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, kebijakan ini menimbulkan masalah dalam implementasinya mengingat aktivitas industri di wilayah pesisir selama ini menggunakan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat yang bersifat sangat longgar sehingga beberapa industri telah melampaui baku mutu yang ditetapkan dalam keputusan Menteri tersebut. Untuk menangani masalah ini, pemerintah kemudian mengaturnya di dalam Kepmen LH No.51 Tahun 2004 Pasal 5 2 yang berbunyi “Dalam hal daerah telah menetapkan baku mutu air laut lebih longgar sebelum ditetapkannya keputusan ini, maka baku mutu air laut tersebut perlu disesuaikan dengan keputusan ini selambat-lambatnya dalam jangka waktu 2 dua tahun sejak tanggal ditetapkannya Keputusan ini”. Dalam hal ini pemerintah daerah harus segera melakukan evaluasi terhadap Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup di atas. Tabel1. Baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 No Parameter Satuan Baku mutu 1 Kecerahan a m coral : 5 mangrove : - lamun : 3 Alami 2 Suhu b C alami 3b coral : 28-30 b mangrove : 28-32 b lamun : 28-30 b 3 Salinitas c ‰ alami 3c coral : 33-34 c mangrove : sd 34 c lamun : 33-34 c 4 Oksigen terlarut DO mgl 5 5 BOD 5 mgl 20 Sumber : Diadaptasi dari Lampiran 3 Kepmen LH No.51 Tahun 2004 Keterangan : a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 dari kedalaman Euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2 o C dari suhu alami c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata musiman

2.7. Model Dispersi Termal

Model merupakan suatu abstraksi dari realitas yang menunjukkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu model tidak lain merupakan seperangkat asumsi mengenai suatu sistem yang rumit, sebagai usaha untuk memahami dunia nyata yang memiliki sifat beragam. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa