Regulasi Buangan Air Pendingin di Indonesia Waktu dan Lokasi Penelitian

melakukan evaluasi terhadap Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup di atas. Tabel1. Baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 No Parameter Satuan Baku mutu 1 Kecerahan a m coral : 5 mangrove : - lamun : 3 Alami 2 Suhu b C alami 3b coral : 28-30 b mangrove : 28-32 b lamun : 28-30 b 3 Salinitas c ‰ alami 3c coral : 33-34 c mangrove : sd 34 c lamun : 33-34 c 4 Oksigen terlarut DO mgl 5 5 BOD 5 mgl 20 Sumber : Diadaptasi dari Lampiran 3 Kepmen LH No.51 Tahun 2004 Keterangan : a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 dari kedalaman Euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2 o C dari suhu alami c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata musiman

2.7. Model Dispersi Termal

Model merupakan suatu abstraksi dari realitas yang menunjukkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu model tidak lain merupakan seperangkat asumsi mengenai suatu sistem yang rumit, sebagai usaha untuk memahami dunia nyata yang memiliki sifat beragam. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa mempelajari sistem sangat diperlukan pengembangan model guna menemukan peubah-peubah variable penting dan tepat, serta menemukan hubungan- hubungan antar peubah di dalam sistem tersebut. Model dispersi termal telah dijadikan sebagai salah satu alat pendukung dalam tahap desain perusahaaan yang bertujuan untuk menentukan metode dan penempatan yang optimal dari masukan intake buangan air pendingin cooling water dan untuk menghindari naiknya suhu alami diatas baku mutu yang diizinkan. Dengan demikian model merupakan suatu alat yang wajib bagi perusahaan untuk mendapatkan surat ijin operasional melalui studi penilaian dampak buangan air pendingin yang berkenaan dengan dibebaskannya panas ke lingkungan terutama pada air permukaan Maderich et al., 2008. 12

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Oktober 2011 meliputi penyusunan basis data, pemodelan dan simulasi pola sebaran suhu air buangan cooling water di perairan Pantai Pemaron, Singaraja-Bali. Lokasi kajian pemodelan ini adalah kawasan perairan sekitar pantai Lovina dan Desa Pemaron, tepatnya antara Pantai Lovina ke arah timur hingga pantai sekitar Pura Segara Penimbangan Gambar 1. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium data prosesing, Bagian Oseanografi, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengolahan data menggunakan perangkat computer portable laptop pribadi selanjutnya proses simulasi skenario model dilakukan dengan komputer CPU. Gambar 1. Peta lokasi penelitian model dispersi termal di perairan pantai Pemaron, Singaraja-Bali Sumber : Dishidros, 1992 3.2. Sumber Data 3.2.1 Data Input Model Data input yang digunakan dalam pemodelan ini meliputi data hidrodinamika Pasang surut, batimetri, arah dan kecepatan angin musim barat dan musim timur, suhu ambien perairan serta data gradient suhu ∆T yang berasal dari buangan air pendingin cooling water PLTGU Pemaron. Data yang digunakan sebagai data utama dalam analisis pemodelan dispersi termal ditabulasikan berdasarkan jenis, sifat, sumber dan satuan data seperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No Jenis data Sifat data Sumber Satuan P S 1 Pasang surut √ Tide prediction MIKE21 m 2 Batimetri √ Peta Dishidros 1992 m 3 Arah dan kecepatan angin √ Ifremer data center http:www.ifremer.fr dan ms 4 Suhu Ambien √ Survei lapang tahun 2005 C 5 Gradien suhu ∆T √ Survei lapang tahun 2005 C 6 Data ekosistem √ Survei lapang tahun 2005 - Keterangan : P = Primer; S = Sekunder Survei dilakukan oleh tim FPIK-IPB pada tahun 2005 dengan tujuan memperoleh data lapangan terkait rencana pembangunan PLTGU di Pemaron Singaraja-Bali Lampiran 1.

3.2.2 Data Validasi Model

Data validasi merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. Data tersebut digunakan untuk melihat pola kesesuaian dari data input model terhadap kondisi perairan sesungguhnya. Data yang digunakan untuk validasi model adalah data pasang surut selama setahun di Pelabuhan Celukanbawang pada tahun 2005 Lampiran 2. Data tersebut merupakan hasil pengukuran oleh Badan Koordinasi Survei dan Permetaan Nasional BAKOSURTANAL di Pelabuhan Celukanbawang, Singaraja-Bali dengan interval pengukuran per 1 jam.

3.3. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat observasi kondisi terkini di lapangan serta perangkat pengolahan data yang ditabulasikan pada Tabel 3. Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Alat dan Bahan Kegunaan Perangkat observasi lapang : - GPS Global Positioning System Penentuan posisi - Kamera digital Mengambil foto - Alat tulis Mencatat informasi Perangkat pengolahan data : Penyusunan basis data, pengolahan data serta simulasi model Hardware dan Software Computer Ms.Excel 2007, Surfer 9, MIKE 21 versi 2007, dan MatLab 2008

3.4. Skenario Pemodelan Dispersi termal

Pemodelan diawali dengan pengumpulan dan penyusunan basis data hidrodinamika model. Selanjutnya dilakukan pengolahan data input untuk melakukan simulasi modul hidrodinamika pada program MIKE21. Data masukan yang diolah antara lain pembuatan domain model dengan menggunakan data batimetri perairan, pengolahan data arah maupun kecepatan angin yang dihitung tiap-tiap grid serta data prediksi pasang surut. Data tersebut kemudian divalidasi dengan menggunakan data hasil pengukuran di lapang. Proses selanjutnya adalah membuat skenario model hidrodinamika dan dispersi termal berdasarkan kondisi pasang surut yang telah divalidasi serta melengkapi data-data parameter pendukung dalam modul hidrodinamika tersebut.