Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Mesin Bubut CNC a. Pengertian Mesin CNC Pengertian singkat mesin CNC Computer Numerically Controlled adalah, suatu mesin yang dikontrol oleh komputer dengan menggunakan bahasa numeric perintah gerakan yang menggunakan kode angka dan huruf. Misalnya pada program ditulis M03 S1000 maka spindel akan berputar dengan kecepatan 1000 rpm. Dan bila kita tulis M05 maka spindel akan berhenti. Lilih, 2001. b. Prinsip Kerja Mesin Bubut CNC Prinsip kerja mesin bubut CNC sama dengan mesin bubut konvensional, yaitu benda kerja berputar pada sumbunya, sedangkan pahat yang terpasang bergerak kearah horisontal atau melintang. Untuk arah gerakan persumbuan tersebut diberi lambang persumbuan yaitu : sumbu X bergerak kearah horisontal dan sumbu Y bergerak kearah melintang. Lilih, 2001. 2. Kecepatan Spindel Kecepatan spindel selalu dihubungkan dengan sumbu utama spindel dan benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit rotations per minute, rpm. Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong cutting speed atau v atau kecepatan benda kerja yang dilalui oleh pahatkeliling benda kerja lihat Gambar 1. Secara sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau : commit to user Dimana : V = Kecepatan Potong Cs , mm menit. d = Diameter Benda Kerja, mm. n = Kecepatan Spindel Putaran Benda Kerja , rpm. Gambar 1. Kecepatan Potong Cs Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan potong sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja Mild Steel dengan pahat dari HSS, kecepatan potongnya antara 20 sampai 30 mmenit. 3. Kecepatan Pemakanan Kecepatan pemakanan, f feed, adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali Gambar 2, sehingga satuan f adalah mmputaran. Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk pahat dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong a. Gerak makan tersebut berharga sekitar 13 sampai 120 a, atau sesuai dengan kehalusan permukaan yang dikehendaki. commit to user Gambar 2. Kecepatan Pemakanan dan Kedalaman Pemakanan 4. Kedalaman Pemakanan Kedalaman potong, a depth of cut, adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang belum terpotong Gambar 2. Ketika pahat memotong sedalam a, maka diameter benda kerja akan berkurang 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang berputar. 5. Kekasaran Permukaan adalah batas yang memisahkan antara benda padat dengan sekelilingnya. Jika ditinjau dengan skala kecil pada dasarnya konfigurasi permukaan merupakan suatu karakteristik geometri golongan mikrogeometri. Sementara itu yang tergolong makrogeometri adalah permukaan secara keseluruhan yang membuat bentuk atau rupa yang spesifik misalnya permukaan poros, lubang, sisi dan lain-lain yang tercakup pada elemen geometri ukuran, bentuk dan posisi. Taufiq Rochim, 1982. Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam perancangan komponen mesin atau peralatan. Banyak hal di mana karakteristik permukaan perlu dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya dengan gesekan, keausan, pelumasan ketahanan lelah, perekatan dua atau lebih komponen commit to user mesin dan sebagainya. Akan tetapi karena terjadi berbagai penyimpangan selama proses pembuatan maka permukaan geometric ideal geometrically ideal surface, yaitu permukaan yang dianggap mempunyai bentuk yang sempurna, tidaklah dapat dibuat. Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan bila ditinjau dari profilnya dapat diuraikan menjadi beberapa tingkat seperti yang terlihat pada tabel 1. Tingkat pertama merupakan ketidakteraturan makrogeometri yaitu keseluruhan permukaan yang membuat bentuk. Tingkat kedua yaitu yang disebut dengan gelombang waviness, merupakan ketidakteraturan yang periodik dengan panjang gelombang yang jelas lebih besar dari kedalamannya amplitude. Tingkat ketiga yaitu alur groove dan tingkat keempat adalah serpihan flaw dan keduanya lebih dikenal dengan istilah kekasaran roughness. Tabel 1. Ketidakteraturan suatu profil konfigurasi penampang permukaan Tingkat Profil terukur bentuk grafik hasil pengukuran Istilah Contoh tingkat kemungkinan penyebabnya 1 Kesalahan bentuk form error Kesalahan bidang pembibing mesin perkakas dan benda kerja, kesalahan pencekaman benda kerja. 2 Gelombang waviness Kesalahan bentuk perkakas, penyenteran perkakas, getaran dalam proses permesinan 3 Alur grove Jejak atau bekas pemotongan bentuk ujung pahat, gerak makan commit to user 4 Serpihan flakes Proses pembentukan geram 5 Kekasaran permukaan surface roughness Kombinasi ketidak teraturan tingkat 1 sampai 4 Kekasaran rata-rata aritmetik mean roughness indexcenter line average ,CLA, R a µm adalah harga rata-rata aritmetik bagi harga absolutnya jarak antara profil terukur dengan profil tengah. | | Gambar 3. Profil Permukaan Harga kekasaran rata-rata Ra maksimal yang diijinkan ditulis diatas simbol segitiga. Satuan yang digunakan harus sesuai dengan satuan panjang yang digunakan dalam gambar teknik metrik atau inchi. Jika angka kekasaran Ra minimum diperlukan, dapat dituliskan dibawah angka kekasaran maksimum. Angka kekasaran dapat di klarifikasikan menjadi 12 angka kelas kekasaran seperti yang terlihat pada tabel 2. commit to user Tabel 2. Standarisasi Simbol Nilai Kekasaran Harga kekasaran, Ra µm Angka kelas kekasaran Panjang sampel 50 25 N12 N11 8 12,5 6,3 N10 N9 2,5 3,2 1,6 0,8 0,4 N8 N7 N6 N5 0,8 0,2 0,1 0,005 N4 N3 N2 0,25 0,025 N1 0,08 Angka kekasaran ISO number dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahan interpretasi atas satuan harga kekasaran. Jadi spesifikasi kekasaran dapat langsung dituliskan nilainya atau dengan menuliskan angka kekasaran ISO. Panjang sampel pengukuran disesuaikan dengan angka kekasaran yang dimiliki oleh suatu permukaan. Apabila panjang sampel tidak dicantumkan didalam penulisan symbol berarti panjang sampel 0,8 mm bila diperkirakan proses permesinannya halus sampai sedang dan 2,5 mm bila diperkirakan proses permesinannya kasar. Taufiq Rochim, 1982. commit to user

B. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES MILLING HORIZONTAL PADA BAJA St 37 AKIBAT VARIASI KECEPATAN POTONG, KECEPATAN MAKAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN

1 45 19

ANALISIS KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES MILLING HORIZONTAL PADA BAJA St 37 AKIBAT VARIASI KECEPATAN POTONG, KECEPATAN MAKAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN

0 12 19

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN POTONG, GERAK MAKAN DAN KEDALAMAN POTONG TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST 42 PADA PROSES BUBUT

0 17 18

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN HEAD DAN KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN

0 13 18

KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES PEMBUBUTAN AKIBAT VARIASI PANJANG PAHAT (TOOL OVERHANG), GERAK PEMAKANAN DAN KECEPATAN PEMOTONGAN

0 5 21

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN DAN KADAR AIR TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES MILLING CNC 3 AXIS DENGAN MATERIAL KAYU JATI.

0 0 9

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN DAN WAKTU PEMBERIAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEAUSAN CUTTER END MILL HSS HASIL PEMESINAN CNC MILLING PADA BAJA ST 40.

0 0 11

KARAKTERISASI TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 40 HASIL PEMESINAN CNC MILLING ZK 7040 EFEK DARI KECEPATAN PEMAKANAN (FEED RATE) DAN AWAL WAKTU PEMBERIAN PENDINGIN.

0 0 15

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

0 0 6

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

0 0 8