TINJAUAN PUSTAKA Optimasi Proliferasi dan Perkecambahan Embrio Somatik serta Pertumbuhan Planlet Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Kultivar Dompu
Optimasi Pertumbuhan Tunas dan Pengakaran Planlet J. curcas Hasil
Regenerasi Embrio Somatik dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh.
Kehadiran sitokinin seperti Kinetin, 2-iP dan BAP sangat penting dalam pertumbuhan planlet dengan metode kultur jaringan. Meskipun demikian,
pemberian sitokinin secara berkepanjangan dapat menimbulkan hasil yang tidak diinginkan karena tunas dapat mengalami habituasi terhadap sitokinin yakni
kurangnya pembentukan akar dan terjadinya hambatan pada respon pembungaan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tunas pucuk yang berlebihan dan
mengakibatkan penghambatan pembentukan akar serta penundaan induksi pertumbuhan generatif Zulkarnain, 2009.
Planlet yang mengalami habituasi harus segera diberi perlakuan untuk menormalkan kondisi planlet. Perlakuan 123.03 µM IBA selama 4 minggu
terhadap kultur pucuk Kalmia latifolia yang mengalami habituasi sitokinin menghasilkan proporsi planlet normal yang tinggi, merangsang pertumbuhan akar
dan mengurangi pembentukan pucuk majemuk Rice at al., 1992; Zulkarnain, 2009.
Dalam kultur jaringan terdapat dua jenis zat pengatur tumbuh yang sangat penting yaitu sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan. Auksin banyak digunakan dalam kultur jaringan untuk perpanjangan sel, pembentukan akar adventif, dan
menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas ketiak. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang
diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh
di dalam sel Rostiana dan Seswita, 2007. Jika rasio auksin endogen dalam tanaman seimbang dengan sitokinin, akan mengarah pada pembentukan kalus,
sementara jika auksin lebih tinggi daripada sitokinin organogenesis cenderung mengarah pada pembentukan akar. Konsentrasi hormon yang tinggi akan
menghambat pertumbuhan, meracuni bahkan mematikan tanaman George et al., 2007; Kristina dan Syahid 2012.
Auksin sintetik yang sering digunakan untuk menginduksi perakaran in vitro adalah 1-Naphthalen-eacetic-acid NAA dan Indole-3-butyric acid IBA
pada konsentrasi rendah. Konsentrasi yang diperlukan untuk menginduksi akar bervariasi, tergantung dari jenis tanaman, jenis eksplan dan jenis auksin yang
digunakan. Indole 3-Acetic Acid IAA digunakan pada kisaran konsentrasi 0.1 –
10 mgl, NAA antara 0.05 –1.00 mgl dan IBA antara 0.5–3.0 mgl Rostiana dan
Seswita, 2007. Setelah tahap perakaran, maka fase selanjutnya adalah aklimatisasi
tanaman di rumah kaca. Keberhasilan aklimatisasi selain dipengaruhi faktor perakaran tanaman, juga kemampuan mengendalikan kondisi lingkungan, dan
media tumbuh di rumah kaca Kristina dan Syahid 2012. Tinggi rendahnya konsentrasi auksin endogen di dalam tanaman turut menentukan keberhasilan
aklimatisasi. Pada tanaman Ruta graveolens, aklimatisasi pada media campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 1:2:1, mempunyai keberhasilan
tumbuh plantlet 90 yang berasal dari media dengan 0.5 mgl IBA, sementara plantlet dari media dengan NAA tidak mampu bertahan hidup Bohidar et al.,
2008.