keberadaan spesies tertentu pada lingkungan, misalnya dengan indeks diversitas sebagai organisme penentu kualitas lingkungan ; b. Organisme pemantau, baik secara aktif
maupun pasif, dengan menempatkan atau mengukur tingkat kerusakan yang dialami oleh suatu organisme ; c. Organisme uji, yaitu organisme yang digunakan untuk
menguji akumulasi dan reaksi suatu substansi kimia baik dalam laboratorium maupun di lapangan.
Indikator biologi
bioindikator memberikan
gambaran nyata
kondisi lingkungan tersebut secara ekologis, berbeda dengan indikator kimia terhadap
pencemaran perairan yang hanya menggambarkan kondisi sesaat, dan parsial suatu lingkungan. Beberapa referensi menyatakan bahwa dampak pencemar air dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi suatu ekosistem, baik hewan maupun tumbuhan. Juga kenyataan bahwa setiap spesies mempunyai batas antara toleransi terhadap suatu
faktor yang ada di lingkungannya teori toleransi Shelford. Perbedaan batas toleransi antara dua jenis populasi terhadap faktor-faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan
berkompetisi, jika sebagai akibat suatu pencemaran limbah industri terhadap suatu lingkungan adalah berupa penurunan atau berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam
air, maka spesies yang mempunyai toleransi terhadap kondisi itu akan meningkat populasinya karena spesies kompetisinya berkurang.
2.10 Ganggang Mikro sebagai Bioindikator.
Bioindikator dari organisme digunakan untuk memonitor kesehatan dari suatu lingkungan ataupun suatu ekosistem. Banyak organisme ataupun sekumpulan
komunitas organisme yang dapat digunakan untuk menentukan integritas ekosistem maupun lingkungan. Beberapa organisme dapat dimonitor dalam perubahannya kimia,
fisiologis, maupun perilaku yang menandakan adanya permasalahan di dalam ekosistemnya.
Ganggang mikro memiliki kemampuan mengadsorpsi logam berat yang cukup tinggi, karena mengandung gugus fungsional yang mampu mengikat logam. Ganggang
mikro dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator karena ganggang mikro membutuhkan logam sebagai nutrien alami. Logam-logam seperti Cu, Zn, Mg, Mo, dan B sebagai
unsur hara trace element dibutuhkan dalam proses metabolisme. Lingkungan yang tercemar mengandung logam berat melebihi jumlah yang diperlukan ganggang mikro
mengakibatkan pertumbuhan ganggang mikro terhambat. Dalam keadaan tersebut keberadaan logam dalam lingkungan merupakan polutan bagi ganggang mikro.
Ganggang mikro dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator apabila memiliki kepekaan tinggi terhadap logam berat atau senyawa pencemar lainnya. Ganggang mikro memiliki
kelemahan dalam menyerap ion-ion logam seperti, ukurannya sangat kecil, berat jenisnya rendah dan mudah rusak karena terdegradasi oleh mikroorganisme lain.
Persyaratan lain untuk pemanfaatan ganggang mikro sebagai bioindikator adalah ganggang mikro yang dipilih berasal dari lokasi setempat, hidup di lokasi tersebut, dan
diketahui radius aktivitasnya. Selain itu ganggang mikro terpilih mampu hidup di berbagai tempat, supaya dapat dibandingkan terhadap ganggang mikro yang berasal dari
lokasi lain, komposisi makanannya diketahui, populasinya stabil, pengumpulan ganggang mikro mudah dilakukan, relatif mudah dikenali di alam, masa hidupnya
cukup lama, sehingga keberadaannya memungkinkan untuk merekam kualitas lingkungan di sekitarnya Bachtiar 2007.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa berbagai spesies ganggang mikro baik dalam keadaan hidup sel hidup maupun dalam bentuk sel mati biomassa dan
biomassa terimmobilisasi dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion logam. Tabel 5 Tabel 5. Spesies ganggang mikro yang potensial sebagai bioindikator.
Spesies Ganggang mikro
Logam Berat Teradsorpsi
Sumber Rujukan
Cladophora glomerata Galaxaura rugosa
Elodea canadensis Padina boergesenii
Sargassum sp. Chaetocerus sp.
Ni, V, Cd, Pb, Cr Cu, Zn
Cu, Zn, Cd, and Pb Pb
Pb, Cd, Cu Pb, Ni, V, Cd, Pb, Cr
Chmielewska dan Medved 2001 Rivai dan Supriyanto 2000
Kautsky 2005 Mamboya et al. 1999
Buhani 2003 Noegrohati 1995