dalam sel juga dapat mengontrol laju fotosintesis secara keseluruhan. Keadaan jenuh cahaya kemungkinan dicapai karena CO
2
menjadi faktor pembatas. Jika intensitas cahaya atau konsentrasi CO
2
menjadi faktor pembatas fotosintesis, maka suhu akan sangat kecil pengaruhnya. Laju fotosintesis baru bersifat tanggap terhadap suhu pada
keadaan dimana cahaya bukan merupakan faktor pembatas. Nilai maksimum kecepatan proses fotosintesis terjadi pada kisaran suhu 25-40
C Reynolds 1990. Ganggang
memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya menjadi lebih bervariasi.
Laju pertumbuhan Chaetoceros gracilis naik pada intensitas penyinaran 500- 10.000 klux. Skeletonema costatum banyak dipengaruhi oleh periode penyinaran
dengan 10-12 jam gelap merupakan periode penyinaran yang optimum untuk pertumbuhannya. Sehingga dengan peningkatan intensitas sinar dari 500-12.000 klux
dapat meningkatkan pertumbuhan jenis ganggang ini, akan tetapi akan menurun jika intensitas melebihi 12.000 klux. Intensitas sinar sebesar 4000-5000 klux merupakan
kisaran intensitas sinar optimal untuk pembentukan auksospora diatom Isnansetyo dan Kurniastuty 1995.
Menurut Borowitzka dan Borowitzka 1988, Dunaliella spp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap suhu. Hal ini dimungkinkan oleh adanya dinding sel yang terdiri atas
protein. Pada suhu diatas 40 C Dunaliella tertiolecta mulai mengeluarkan gliserol pada
komponen plasma membran sebagai bentuk penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan.
Setiap jenis ganggang membutuhkan cahaya dan suhu tertentu untuk pertumbuhan maksimumnya. Welch
1980, menyatakan
bahwa diatom akan mendominasi perairan pada saat intensitas cahaya tinggi dan suhu rendah. Chlorohyta
melimpah pada kondisi intensitas cahaya tinggi dan suhu tinggi, sedangkan Cyanophyta akan mendominasi perairan apabila intensitas cahaya rendah dan suhu tinggi.
2.5.2 Salinitas dan pH.
Salinitas dan pH merupakan parameter oseanografi yang penting. Salinitas adalah
salah satu
faktor yang
berpengaruh terhadap
organisme air
dalam mempertahankan tekanan osmotik dalam protoplasma dengan air sebagai lingkungan
hidupnya. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty 1995, ganggang Phaeodactylum sp. bertoleransi terhadap kadar garam 20-70
00
dan mengalami pertumbuhan optimal pada kisaran salinitas 35
00
. Chaetoceros sp. memiliki toleransi terhadap kisaran salinitas sangat tinggi yaitu 6-50
00
, dengan kisaran salinitas 17-25
00
sebagai salinitas optimum
untuk pertumbuhannya. Sedangkan pada Skletonema costatum salinitas yang optimal untuk pembentukan auksospora adalah 20-35
00
. Menurut Takagi et al. 2005, penambahan 0,5 M NaCl selama kultivasi ganggang mikro laut Dunaliella memberikan
peningkatan pertumbuhan dan kandungan lipid. Konsentrasi ion hidrogen H
+
dalam cairan sel dan protoplasma sangat penting bagi fisiologis ganggang. Ganggang umumnya hidup dengan baik pada pH netral pH 7.
Colman dan Gehl 1983, menyatakan bahwa aktivitas fotosintesis akan turun menjadi maximum 33 ketika pH turun pada 5. Pertumbuhan ganggang laut jenis Chlorella sp.
sangat baik pada kisaran pH 6- 8 dan kisaran salinitas
20-40ppt Sutomo 1990. Perairan yang berkondisi asam dengan pH kurang dari 6 dapat menyebabkan ganggang
tidak dapat hidup dengan baik. Perairan dengan nilai pH lebih kecil dari 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian organisme air, sedangkan
pH lebih dari 9,5 merupakan perairan yang sangat basa dan dapat mengurangi produktivitas organisme air termasuk ganggang Wardoyo 1982. Air yang bersifat
basa dan netral menjadikan organisme yang hidup di dalamnya lebih produktif untuk tumbuh dan berkembang dibandingkan dengan air
yang bersifat asam Hickling 1971.
2.5.3 Unsur Hara.
Unsur hara anorganik utama yang dibutuhkan ganggang mikro untuk tumbuh dan berproduksi adalah N dan P. Gas nitrogen, nitrat, nitrit, ammonium, dan bentuk
nitrogen organik adalah bentuk nitrogen dalam air Boyd 1992. Gas nitrogen N
2
tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami
fiksasi terlebih dahulu menjadi amonia NH
3
, amonium NH
4 +
dan nitrat NO
3 -
. Namun beberapa jenis Cyanophyta dapat memanfaatkan gas N
2
secara langsung dari udara Effendi 2003.
Unsur hara nitrogen yang dibutuhkan ganggang dalam pertumbuhannya adalah nitrogen dalam bentuk nitrat NO
3 -
Nybakken 1993. Ditambahkan oleh Mulyadi 1999, bahwa ketersediaan nitrat dalam media akan mempengaruhi kecepatan serap
ammonium oleh ganggang Dunaliella tertiolecta. Pemanfaatan ammonium meningkat seiring dengan semakin berkurangnya kandungan nitrat dalam media hidupnya.
Kecepatan serap ganggang hijau ini bervariasi antara 0,041 - 0,085 mgl. Rata-rata nitrogen yang dibutuhkan oleh banyak ganggang adalah antara 5-10 dari berat kering
atau 5-50 mM Becker et al. 1994.