yurisdiksi penggunaan dan eksploitasi bersama dari sebagian atau keseluruhan daerah-daerah dasr laut yang sama-sama dituntut
tersebut. c Makamah juga mengingatkan supaya diperhatikan semua keadaan-
keadaan khusus yang disebut oleh konvensi 1958. Yang dimaksud dengan keadaan khusus menurut Makamah Internasional adalah:
i. Konfigurasi umum dari pantai dengan segala ciri-ciri khususnya atau ciri-ciri luar biasa yang ada.
ii. Kesatuan sumber alam yang menunjukkan struktur fisik dan geologi dari daerah landas kontinen yang akan dibagi.
iii. Hubungan yang wajar antara luasnya landas kontinen yang berada di bawah kedaulatan negara pantai dan
panjangnya pantai negara tersebut diukur menurut jurusan umum pantai.
Namun dalam keadaan khusus tersebut juga harus memperhatikan prinsip keadilan equity setinggi mungkin. Boer Mauna,2005:355-356
4. Tinjauan Tentang Gosong Niger
Gosong Niger, adalah nama sebuah tempat dimana belum banyak orang yang mengenal. Gosong dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai timbunan
pasir di muara sungai atau tepi laut. Sedangkan dalam istilah Bahasa Inggris disebut sebagai Banks atau sand bar, merupakan penyebutan dari tumpukan pasir. Gosong
merupakan salah satu penyebutan dari suatu fenomena alamiah, yang mana nama dari Gosong yang dimaksud adalah Niger, sehingga disebut sebagai Gosong Niger.
Kondisi fisik Gosong Niger, jika dipantau dari udara akan terlihat berwarna hitam, namun jika dilihat lebih dekat maka hanya berupa gundukan pasir yang terendam air
sedalam 4-12 meter. Penduduk setempat lebih mengenal Gosong Niger dengan sebutan Pematang Naga atau disebut juga Beting Kepala Tanjung, luasnya + 50 hektar
memanjang dari barat ke timur. Pontianak Post, 26 Januari 2006:7. Letaknya sekitar 100 meter atau 5,5 mil dari ujung sebelah utara semenanjung wilayah administratif
Dusun Tanjung Datuk, di desa Temajuk, Kecamatan Paloh Kalimantan Barat. http:bappeda.kalbar.go.id?pilih=lihatid=92
Dengan sebutan Gosong, maka Gosong Niger bukanlah merupakan pulau, menurut UNCLOS 1982 Pasal 121 Ayat 1 yang dimaksud dengan pulau adalah daerah
daratan yang dibentuk secara alamiah yang dikelilingi oleh air dan yang ada di atas permukaan air pada saat air pasang, sedangkan PP Nomor 78 tahun 2005
menyebutkan bahwa, yang disebut sebagai Pulau Kecil Terluar adalah pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000 km², memiliki titik dasar koordinat geografis
yang menghubungkan garis pangkal pulau sesuai hukum internasional dan nasional, namun luas Gosong Niger hanya berkisar 50 km². Definisi pulau kecil terluar jika
dihubungkan dengan definisi konvensi maka dapat ditarik konklusi bahwa pulau tersebut berada pada bagian terluar dengan kata lain adalah pulau terdepan dari
wilayah suatu negara yang berhubungan langsung atau berbatasan lansung dengan suatu negara. Gosong Niger walaupun berada pada bagian terdepan dari wilayah
Indonesia, tidak dapat dikategorikan sebagai pulau seperti yang dimaksud oleh konvensi, namun eksistensi Gosong Niger juga tidak dapat dipandang sebelah mata.
Ketentuan yang mengatur mengenai keberadaan Gosong Niger berdasarkan pada Persetujuan Garis Batas Landas Kontinen antara Pemerintah Republik Indonesia
dan Pemerintah Malaysia Tahun 1969, dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1969, kemudian diratifikasi dengan Keppres Nomor 89 Tahun 1969, khususnya titik
koordinat timur LCS 21-25. Namun dalam ketentuan ini tidak secara spesifik menyebutkan titik-titik yang dimaksud untuk menentukan batas landas kontinen
antara kedua negara, sehingga menimbulkan implikasi terhadap Gosong Niger, yang hampir tidak dijumpai gambaran Gosong Niger di dalam peta. Terkait mengenai
keselamatan navigasi dan pelayaran, keberadaan Gosong Niger, tentunya perlu diperhitungkan juga, mengingat kondisi fisiknya. Keberadaan Gosong Niger
berdasarkan ketentuan Persetujuan 1969, garis batas dasar membelah kawasan perairan Indonesia dan Perairan Malaysia, sebagai negara berdampingan adjacent
states, di mana 23 bagian Gosong Niger berada di Indonesia dan selebihnya Malaysia.
Gambar 1 : Gosong Niger
di Kalimantan
Berdasarkan Persetujuan Garis Batas Landas Kontinen antara Indonesia dan Malaysia tanggal 27 Oktober 1969, Diratifikasi Dalam Keppres No 89 1969 pada
Tanggal 15 November 1969 disetujui 25 titik Koordinat, yaitu : a. Selat Malaka 1-10
b. LCS Bagian Barat 11-20 c. LCS Timur 21-25
Gambar 2 : Garis Batas Landas Kontinen RI-Malaysia
Rusdi Ridwan, Batas-batas Maritim NKRI dengan Negara Teangga 2006
B. Kerangka Pemikiran
Bagan 1 : Skema Kerangka Pemikiran Awal mulanya Indonesia dan Malaysia telah membuat suatu Persetujuan Garis
Batas Landas Kontinen pada tahun 1969, namun dari persetujuan tersebut kurang tegas dan spesifik dalam menyebutkan titik-titik terluar yang dijadikan patokan batas,
sehingga klaim laut antara kedua negara menjadi tumpang tindih overlapping claim. Gosong Niger sebagai salah satu wilayah yang merupakan kelanjutan dari daratan
Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara yang berdampingan adjacent state, dimana garis batas landas kontinen diatur berdasarkan persetujuan tersebut. Penentuan
garis batas landas kontinen antara negara yang berdampingan tentunya harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar kedua negara berlandaskan ketentuan
hukum laut internasional. Secara sepihak pemerintah Indonesia dapat mengupayakan dengan melakukan beberapa tindakan yang merupakan langkah-langkah untuk tetap
mewujudkan eksistensi Gosong Niger sebagai bagian landas kontinen Indonesia, disamping keharusan untuk tetap mempertahankan dan membina hubungan baik
dengan negara tetangga Malaysia. Penentuan
Garis Batas
Landas Kontinen
Tindakan Pemerintah
untuk mewujudkan
eksistensi Gosong Niger
Gosong Niger sebagai
Landas Kontinen RI
HUKUM LAUT INTERNASIONAL
Persetujuan Garis Batas
Landas Kontinen RI-
Malaysia 1969