B. Kerangka Pemikiran
Bagan 1 : Skema Kerangka Pemikiran Awal mulanya Indonesia dan Malaysia telah membuat suatu Persetujuan Garis
Batas Landas Kontinen pada tahun 1969, namun dari persetujuan tersebut kurang tegas dan spesifik dalam menyebutkan titik-titik terluar yang dijadikan patokan batas,
sehingga klaim laut antara kedua negara menjadi tumpang tindih overlapping claim. Gosong Niger sebagai salah satu wilayah yang merupakan kelanjutan dari daratan
Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara yang berdampingan adjacent state, dimana garis batas landas kontinen diatur berdasarkan persetujuan tersebut. Penentuan
garis batas landas kontinen antara negara yang berdampingan tentunya harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar kedua negara berlandaskan ketentuan
hukum laut internasional. Secara sepihak pemerintah Indonesia dapat mengupayakan dengan melakukan beberapa tindakan yang merupakan langkah-langkah untuk tetap
mewujudkan eksistensi Gosong Niger sebagai bagian landas kontinen Indonesia, disamping keharusan untuk tetap mempertahankan dan membina hubungan baik
dengan negara tetangga Malaysia. Penentuan
Garis Batas
Landas Kontinen
Tindakan Pemerintah
untuk mewujudkan
eksistensi Gosong Niger
Gosong Niger sebagai
Landas Kontinen RI
HUKUM LAUT INTERNASIONAL
Persetujuan Garis Batas
Landas Kontinen RI-
Malaysia 1969
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penetapan Garis Batas Landas Kontinen Gosong Niger Berdasarkan Ketentuan Hukum Laut Internasional.
1. Gosong Niger Sebagai Ladas Kontinen
Bercermin pada sejarah perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam bidang kemaritiman, saat semangat bahari begitu bergelora pada masa kejayaan
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, yang mampu menyatukan wilayah nusantara dari satu nusa ke nusa yang lain dalam satu negeri. Menjadi sebuah renungan dan
tantangan bagi bangsa Indonesia saat ini untuk tetap mempertahankan dan melestarikan tradisi bahari, sebagai tindak lanjut setelah Proklamasi kemerdekaan
Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia. Setelah di proklamirkan kemerdekaan
Indonesia, secara Konstitutif Negara Indonesia belum lahir, mengingat akan adanya unsur-unsur terbentuknya suatu negara harus memenuhi unsur Konstititif
dan Deklaratif. Unsur Konstitutif suatu negara harus memiliki Wilayah, Penduduk, dan Pemerintah yang berdaulat, sedangkan unsur Deklaratif adalah
dimana suatu negara dapat melakukan hubungan dengan negara lain. Dalam ketentuan Hukum Internasional dikenal adanya pengakuan recognition, dengan
adanya unsur ini suatu negara dinyatakan eksis jika mendapatkan pengakuan dari negara lain, namun ketentuan ini tidaklah mutlak karena suatu negara tetap
dinyatakan eksis selama memenuhi ketentuan unsur Konstitutif terbentuknya suatu negara yang meliputi wilayah, penduduk, dan pemerintah yang berdaulat,
walaupun ada negara-negara tertentu yang tidak mengakuinya. Adanya wilayah sebagai salah satu unsur pendukung berdirinya suatu
negara yang menjadi manifestasi terhadap penempatan kekuasaan pemerintah yang berdaulat, dan merupakan tempat dimana penduduk suatu negara bertempat
tinggal. Penduduk merupakan kumpulan orang yang menghuni suatu wilayah negara, dan penduduk yang menempati wilayah negara tersebut disebut warga
negara yang tunduk dan patuh pada ketentuan hukum negara yang bersangkutan, serta memiliki pengaruh terhadap lingkungan dan peranserta dalam kehidupan
bernegara misalnya dalam hal PEMILU Pemilihan Umum untuk menunjuk