Kasus 2 : -
Top of model : 1500 m AGL
- Starting time
: 8 Juni dan 3 Desember 2011
- Height of stack
: 8 m AGL -
Emmision rate : 1 hour
- Pollutant
: NO
2
dan SO
2
3.4.3 Metode Penentuan Koefisien Korelasi
Penentuan koefisien korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel.
Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Hubungan antara dua variabel
yang berbanding terbalik jika koefisien korelasi yang diperoleh bernilai negatif dan
berbanding
lurus jika
bernilai positif.
Penentuan koefisien korelasi dapat dituliskan sebagai berikut Aunuddin 2005:
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hybrid Single-Particle
Lagrangian Integrated Trajectory HYSPLIT Model
Model HYSPLIT
dapat menentukan
perpindahan dan konsentrasi polutan pada beberapa titik dalam satu area. Model
HYSPLIT juga
menerangkan bahwa
pergerakan trajektori dan dispersi polutan searah dengan arah angin. Prediksi trajektori
didapat dengan menjalankan model tanpa dispersi, sehingga dihasilkan pola trajektori
dari partikel tunggal. Sedangkan prediksi dispersi polutan didapat dengan memasukan
dua zat pencemar yang dilepaskan ke udara yaitu NO
2
dan SO
2
.
Model HYSPLIT
mengintegrasikan hubungan antara distribusi polutan dengan
kondisi meteorologi yang dihasilkan oleh model WRF-EMS. Tingkat error model
HYSPLIT yaitu 33.16 Yerramili et al 2011.
4.2 Prediksi Trajektori, Dispersi, dan
Konsentrasi Polutan Prediksi trajektori pencemar udara dari
dua tempat yang berbeda hasil keluaran HYSPLIT secara umum memiliki pola yang
hampir sama baik simulasi yang dilakukan pada bulan Juni maupun bulan Desember. Hal
ini disebabkan karena lokasi ke dua tempat tersebut berdekatan. Sehingga memungkinkan
memiliki
karakteristik yang
hampir menyerupai.
4.2.1 Kasus 1
Arah angin dominan akan menentukan arah pergerakan trajektori, di mana trajektori
tersebut mengalami
proses perpindahan
menuju wilayah lain yang akan bergerak meninggalkan sumbernya.
Pada bulan Juni arah angin dominan cenderung bergerak ke arah Barat lampiran
4. Selain itu arah angin dominan juga dipengaruhi oleh angin monsun Timur yang
cukup signifikan, di mana angin tersebut berhembus dari Australia menuju ke arah
barat yaitu Indonesia. Arah angin dominan yang terjadi di Indonesia tersebut akan
mempengaruhi
pergerakan trajektori.
Sehingga pada bulan Juni trajektori cenderung bergerak ke arah Barat.
Pada Gambar 4 a dapat terlihat bahwa ketinggian awal trajektori yaitu 9 m di atas
permukaan Above Ground Level yang bergerak menjauhi sumber hingga ketinggian
sekitar 500 m AGL.
a b
Gambar 4 Simulasi trajektori PT. X bulan Juni a dan bulan Desember b
Pola trajektori
tersebut mengalami
kenaikan pada tanggal 9 Juni pukul 15 UTC dan mengalami penurunan pada tanggal 11
Juni 06 UTC – 9 UTC dan 15 UTC - 18
UTC. Penurunan trajektori yang terjadi disebabkan karena pada saat tersebut atmosfer
berada pada kondisi yang sedikit labil keadaan
tidak stabil
namun hampir
mendekati stabil. Pada kondisi tersebut terjadi pengangkatan massa udara sampai
ketinggian tertentu yang kemudian akan turun kembali. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan stull 2000, yang menyatakan bahwa pada keadaan atmosfer yang stabil
gaya buoyancy berlawanan arah dengan gaya ke
atas, sehingga
massa udara
yang mengalami pengangkatan sampai ketinggian
tertentu akan turun kembali. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui
prediksi trajektori yang dihasilkan oleh model sampai tanggal 12 Juni 2011 pukul 00 UTC
yang bergerak menjauhi sumber sampai pada jarak 400 km yang bergerak searah dengan
arah angin dominan.
Angin bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah, di mana pada bulan Desember
angin bergerak dari China selatan menuju benua
Australia, maka
angin tersebut
dinamakan angin baratan. Sehingga pada bulan Desember di Indonesia pergerakan arah
angin dominan yaitu ke arah Timur lampiran 6.
Pada Gambar 4 b dapat terlihat bahwa simulasi trajektori yang dimulai pada tanggal
22 Desember 2011 bergerak mengikuti pergerakan
arah angin
dominan yang
cenderung bergerak ke arah Timur. Pada Gambar 4 b dapat terlihat bahwa ketinggian
awal trajektori yaitu 9 m AGL hingga ketinggian sekitar 1000 m AGL yang bergerak
menjauhi sumber sampai pada jarak lebih dari 400 km ke arah Timur.
Pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 00 UTC terjadi penurunan trajektori. Hal ini
disebabkan karena pada saat tersebut kondisi atmosfer dalam keadaan sedikit labil kondisi
tidak stabil yang mendekati stabil. Sehingga terjadi penurunan, yang kemudian di ikuti
dengan kenaikan pola trajektori hingga akhir waktu simulasi. Kenaikan pola trajektori
disebabkan karena stabilitas atmosfer setelah tanggal 24 Desember 2011 pukul 00 UTC
dalam kondisi labil sedang hampir mendekati stabil, yang artinya pada keadaan tersebut
memperkuat gaya ke atas. Sehingga massa udara tersebut cenderung naik. Prediksi
trajektori yang dihasilkan oleh model, terjadi selama tiga hari kedepan yang berakhir pada
tanggal 25 Desember pukul 00 UTC. Berdasarkan
hasil trajektori
yang diperoleh, maka dapat diketahui pola dispersi
pada bulan Juni dan bulan Desember. Pola dispersi ditunjukan dengan gradasi warna, di
mana konsentrasi paling tinggi ditunjukan dengan warna kuning yang kemudian diikuti
dengan perubahan warna biru pekat, hijau, dan biru. Pada Gambar 5 dan Gambar 6 dapat
terlihat pergerakan pola dispersi pada bulan Juni maupun bulan Desember. Pergerakan
pola dispersi memiliki sedikit perbedaan arah dengan pergerakan trajektori yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena trajektori yang dihasilkan
hanya menggunakan
data meteorologi tanpa memasukan zat pencemar
yaitu NO
2
dan SO
2
. Sedangkan pada dispersi pencemar terdapat zat pencemar, di mana
pada pola dispersi tersebut terdapat sejumlah massa yang akan menyebabkan terjadinya
sedikit perbedaan arah dengan trajektori yang dihasilkan.
Pola dispersi pada tanggal 9 Juni 2011 pukul 00
– 18 UTC dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar tersebut menunjukan bahwa
semakin lama waktu simulasi maka dispersi pencemar terlihat semakin menjauhi sumber,
di mana sumber asap berada pada ketinggian 9 m AGL yang bergerak hingga ketinggian
kurang dari 500 m AGL sampai pada jarak sekitar 150 km ke arah Barat Laut.
Pola dispersi memiliki bentuk yang berbeda. sehingga menghasilkan jarak jangkau
yang berbeda. Berdasarkan pola peralihan dispersi pencemar, maka pola dispersi pada
bulan juni dikategorikan ke dalam pola peralihan Lofting Geiger 1995.
Semakin lama waktu simulasi dispersi pencemar akan semakin menjauhi sumber, di
mana pada ketinggian tertentu dispersi pencemar mengalami pencampuran dengan
daerah yang lebih luas. Sehingga konsentrasi pencemar akan semakin rendah. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Berman et al 1999 yaitu
pencemar yang
mencapai pada
ketinggian tertentu
akan meyebabkan
pencemar bercampur dengan sejumlah massa udara yang bersih dan mengalami proses
pengenceran yang lebih cepat. Tabel 3 menjelaskan bahwa, pada masing-
masing rentang waktu memiliki konsentrasi maksimum
dan minimum.
Namun, konsentrasi maksimum maupun minimum
yang terjadi pada wilayah lain lebih kecil tidak lebih tinggi dari konsentrasi pada saat
pertama kali diemisikan yaitu berada pada rentang waktu 00
–03 UTC. Hal ini disebabkan
karena industri tersebut melakukan produksi pada pukul 00 UTC, di mana terdapat
sejumlah konsentrasi NO
2
dan SO
2
yang diemisikan ke udara. Sehingga konsentrasi
NO
2
dan SO
2
maksimum maupun minimum lebih tinggi pada rentang waktu 00-03 UTC
dibandingkan dengan rentang waktu lainnya. Pada Gambar 6 juga dapat terlihat pola
dispersi pada bulan Desember tanggal 22 Desember pukul 00-18 UTC, di mana gambar
tersebut menunjukan sumber asap berada pada ketinggian 9 m AGL yang bergerak menjauhi
sumber sampai pada jarak lebih dari 400 km dengan ketinggian kurang dari 500 m AGL ke
arah Timur Laut. Berdasarkan
hasil yang
diperoleh, maka pola dispesi pencemar dapat dikategorikan kedalam pola dasar kepulan
yaitu Looping Geiger 1995.
00 – 03 UTC
03 – 06 UTC
06 – 09 UTC
09 – 12 UTC
12 – 16 UTC
16 – 18 UTC
Gambar 5 Pola dispersi polutan PT. X bulan Juni
Tabel 3 Konsentrasi NO
2
dan SO
2
PT. X bulan Juni pada posisi yang berbeda Waktu
UTC Konsentrasi
Konsentrasi μgm³
Maksimum Minimum Posisi
NO
2
SO
2
Lintang Bujur
Maksimum Minimum Maksimum Minimum
00 - 03 -6.28
107.15 350.5
287.2 677
476.3 03 - 06
-6.28 106.95
287.2 185.6
476.3 234.3
06 - 09 -6.28
106.70 185.6
19.3 234.3
25.7 09 - 12
-6.28 106.46
19.3 13.7
25.7 21.8
12 - 15 -6.28
106.22 13.7
12 21.8
16 15 - 18
-6.28 105.97
12 8.7
16 11.6
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 6, maka dapat diketahui konsentrasi
maksimum dan minimum pada rentang waktu yang
berbeda Tabel
4. Konsentrasi
maksimum tertinggi terjadi pada rentang waktu 00-03 UTC yaitu ketika industri
tersebut melakukan
produksi, sehingga
menghasilkan sejumlah konsentrasi NO
2
dan SO
2
yang diemisikan ke udara. Semakin lama waktu simulasi, maka
konsentrasi akan semakin rendah. Sehingga pada rentang waktu 03-06 UTC hingga akhir
waktu simulasi yaitu 15-18 UTC konsentrasi maksimum maupun minimum akan semakin
rendah. 00
– 03 UTC 03
– 06 UTC 06
– 09 UTC
09 – 12 UTC
12 – 16 UTC
16 – 18 UTC
Gambar 6 Pola dispersi pencemar PT. X bulan Desember Tabel 4 Konsentrasi NO
2
dan SO
2
PT. X bulan Desember pada posisi yang berbeda Waktu
UTC Konsentrasi
Konsentrasi μgm³ Maksimum Minimum
Posisi NO
2
SO
2
Lintang Bujur
Maksimum Minimum
Maksimum Minimum
00 - 03 -6.28
107.15 368
243.2 338
232.1 03 - 06
-6.28 107.44
243.2 140.3
232.1 103.7
06 - 09 -6.28
107.68 140.3
61.2 103.7
46.4 09 - 12
-5.91 107.93
61.2 49.1
46.4 40.7
12 - 15 -5.91
108.17 49.1
36.8 40.7
31.5 15 - 18
-5.91 108.42
36.8 23.5
31.5 27.3
Konsentrasi NO
2
dan SO
2
yang dihasilkan oleh model tiap 1 jam pada bulan Juni dan
bulan Desember memiliki jumlah konsentrasi yang berbeda Gambar 7a dan 7b. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan laju emisi pada bulan Juni dan bulan Desember
lampiran 2 d. Sehingga konsentasi NO
2
dan SO
2
yang dihasilkan oleh model pada bulan Juni dan bulan Desember juga akan berbeda.
Pada tanggal 9 Juni 2011 konsentrasi NO
2
pukul 07.00 WIB yaitu 350.5 dan SO
2
yaitu 677 . Selain itu pada tanggal 22
Desember 2011 konsentrasi NO
2
dan SO
2
yang dihasilkan oleh model sebesar 368 dan 338
. Berdasarkan baku mutu emisi, konsentrasi NO
2
dan SO
2
yang diemisikan oleh indutsri tersebut tidak
melewati baku mutu emisi, di mana baku mutu emisi untuk NO
2
yaitu 800 dan
SO
2
yaitu 1000 KLH 2002.
4.2.2 Kasus 2