Teori Perdagangan Internasional Teori Daya Saing

8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Ikan Tuna Ikan tuna termasuk dalam keluarga scombroidae yang tergolong ikan perenang cepat, bertubuh seperti cerutu dengan kondisi badan yang kuat dan kekar. Memiliki dua sirip punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang, pada bagian punggung berwarna biru kehitaman dan berwarna keputih-putihan pada bagian perut. Ikan ini juga termasuk ke dalam kelompok ikan pelagis besar dan sebagian besar memiliki jari-jari sirip tambahan finlet di belakang punggung dan dubur berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh hipural. Sirip-sirip punggung, dubur, perut dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh DKP,2009.

2.1.2. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasioal membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar beberapa negara serta efeknya terhadap struktur perdagangan suatu negara. Perdagangan dapat terjadi karena adanya spesifikasi di tiap-tiap daerah. Perdagangan internasional juga menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dengan adanya perdagangan internasional Salvatore, 1997. Kegiatan perdagangan yang terjadi antar negara menunjukkan bahwa negara-negara tersebut telah memiliki sistem perekonomian yang terbuka. Alasan terjadinya perdagangan internasional adalah : 1 Adanya perbedaan dalam pemilikan sumberdaya dan cara pengolahannya sehingga setiap negara akan memperoleh keuntungan melalui suatu pengaturan dengan cara yang berbada secara secara relatif terhadap perbedaan sumberdaya tersebut. 9 Peluang Strategi, Struktur dan Pesaing Perusahaan Kondisi Faktor Kondisi Permintaa Industri yang Berkaitan dan Mendukung Pemerintah 2 Negara-negara yang melakukan perdagangan mempunyai tujuan untuk mencapai economic of scale dalam produksi, artinya suatu negara akan lebih efisien jika hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu tetapi dengan skala yang lebih besar dibandingkan dengan jika memproduksi berbagai jenis barang Salvatore, 1997

2.1.3. Teori Daya Saing

Daya saing menurut Tyson 1992 adalah kemampuan suatu negara dalam menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi uji persaingan internasional sementara para warga negara tersebut dapat menikmati standar berkesinambungan. Berkaitan dengan teori daya saing, Porter mengemukakan empat kategori dari atribut nasional serta 2 kekuatan yang mempengaruhi keunggulan daya saing suatu bangsa yang digambarkan dalam suatu diamond penentu keunggulan bangsa seperti terlihat pada Gambar 2. Sumber : Porter,1990 Gambar 2. Faktor –Faktor yang Menentukan Keunggulan Suatu Bangsa 10 Menurut Porter 1990, faktor – faktor penentu dalam persaingan tersebut adalah : 1. Kondisi Faktor Factor Conditions Dalam bentuk sederhana, kondisi faktor mengacu kepada lahan, tenaga kerja, sumberdaya alam, modal, dan infrastruktur yang ada di suatu negara. Dalam kondisi faktor ini terdapat lima kategori dari faktor –faktor tersebut, yaitu : Sumber daya manusia human resources, sumber daya alam psyical resources, sumber daya pengetahuan knowledge resources, sumber daya modal capital resources, dan prasarana infrastructure resources. 2. Kondisi Permintaan Demand Conditions Sifat dan kondisi permintaan di negara asal produk dan jasa perusahaan atau industri sangat penting bagi keunggulan komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara, karena hal ini menentukan tingkat dan sifat perbaikan serta inovasi suatu perusahaan dalam negara tersebut. Hal ini merupakan faktor –faktor yang melatih perusahaan untuk bersaing di pasar global. Empat karakteristik dari permintaan yang penting bagi keunggulan kompetitif adalah : komposisi permintaan dalam negeri composititon of human demand, ukuran dan pola pertumbuhan permintaan di negeri sendiri size and pattern growth home demand, kecepatan pertumbuhan pasar dalam negeri rapid home market growth, dan kecenderungan permintaaan internasional trend of internasional demand. 3. Industri Terkait dan Pendukung Related and Supporting Industries Kehadiran industri yang bersaing secara internasional dalam suatu negara dalam bidang yang berkaitan dengan atau langsung mendukung industri lain dapat memberikan keunggulan kompetitif pada industri tadi. Industri pemasok secara internasional menyediakan input ke industri yang secara internasional juga akan menjadi bersaing dalam arti harga dan mutu. Industri hilir akan lebih mudah mengakses input dan teknologi untuk menghasilkannya, dan mengakses struktur manajerial serta rganisasi yang membuatnya menjadi bersaing. Akses merupakan suatu fungsi pendekatan dalam arti jarak dan kesamaan budaya. Bukan input itu sendiri yang memberikan keuntungan, melainkan kontak 11 dan koordinasi dengan pemasok, yang merupakan peluang untuk menyusun rantai nilai, sehingga hubungan dengan pemasok dioptimalkan. Peluang ini pada umumnya tidak tersedia bagi perusahaan asing. Keuntungan akan bertambah jika di negara tersebut terdapat industri yang saling berkaitan dan bersaing secara internasional. Karena kesempatan untuk koordinasi dan berbagai kegiatan dalam rantai nilai akan menjadi semakin terbuka. 4. Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan Firm Strategy, Structure and Rivalry Strategi perusahaan, stuktur organisasi dan modal perusahaan, serta kondisi persaingan di dalam negeri merupakan faktor –faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi keunggulan kompetitif perusahaan. Persaingan yang berat di dalam negeri biasanya akan lebih mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan produk dan teknologi peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas, serta peningkatan kualitas produk dan pelayanan. Jumlah pesaing domestik bukan hal yang penting, tetapi intensitas persaingan dan mutu dari pesaing yang menyebabkan perbedaaan. Perusahaan lama perlu menjaga untuk tetap nyaman dengan posisi, produk dan jasa yang dihasilkan, hal tersebut dikarenakan adanya pendatang baru yang biasanya membawa perspektif baru dan metode baru serta melayani dan menetapkan segmen pasar yang baru, yang tidak dikenali oleh perusahaan yang selama ini berdiri. Selain empat faktor yang telah disebutkan di atas, dua faktor tambahan dalam model Porter Keegan, 1999 yang perlu ditambahkan dalam mengevaluasi keunggulan kompetitif suatu negara, adalah : 5. Kesempatan Chance Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan yang bersaing. Kesempatan adalah peristiwa yang terjadi di luar kendali perusahaan, industri dan biasanya pemerintah, terobosan besar dalam teknologi, pergeseran tiba –tiba yang terjadi dalam biaya faktor atau biaya masukan dan sebagainya. Kesempatan ini penting karena membuat terputusnya teknologi yang membuat 12 negara dan perusahaan belum memiliki daya saing melakukan lompatan untuk melampaui pesaing lama untuk menjadi lebih kompetitif, bahkan menjadi pemimpin dalam industri yang sudah berubah. 6. Pemerintah Government Pemerintah memiliki pengaruh yang penting terhadap faktor penentu keunggulan kompetitif suatu bangsa. Pemerintah secara tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi permintaan melalui kebijakan moneter dan keuangan, maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa. Pemerintah mempengaruhi berbagai rintangan karena keterbatasan tenaga kerja atau persepsi dari para peserta industri. Menururt Porter 1990, konsep daya saing nasional yang paling berarti adalah produktivitas nasional. Keunggulan bersaing suatu bangsa tergantung pada kapasitas industrinya untuk berinovasi dan meningkatkan kemampuan pengusaha untuk mengatasi pesaing di dunia. Selanjutnya, tindakan inovasi yang terkiat dengan penguasaan dan pemanfaatan teknologi baru dapat dimanifestasikan dalam desain baru, proses produksi baru maupun pendekatan pemasaran yang baru dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif menurut Keegan 1999 adalah penawaran total, dihadapkan pada persaingan yang relevan sehingga menarik lebih banyak pelanggan, oleh karena itu keunggulan yang diciptakan harus melebihi pesaing- pesaing yang relevan pada industri dan pasar yang sama. Selain keunggulan kompetitif, dalam memahami teori daya saing, teori keunggulan komparatif sering digunakan untuk menerangkan hubungan perdagangan antar negara. Teori keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diciptakan melalui efisiensi biaya produksi sehingga negara tersebut dapat menerima manfaat pada saat produk yang dihasilkan diperdagangkan antar negara. Lebih jauh lagi, perekonomian suatu bangsa akan dianggap berdaya saing tinggi, jika mampu tumbuh tanpa terhambat oleh kesulitan neraca pembayaran, perekonomian dianggap baik jika tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan negara lain. Menurut Porter 1990, keunggulan kompetitif pada level nasional adalah produktifitas nasional, karena tujuan utama dari bangsa adalah untuk 13 menghasilkan dan meningkatkan standar kehidupan yang tinggi untuk warga negaranya. Kemampuan untuk meningkatkan dan mencapai tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja dan modal yang digunakan. Produktivitas sumber daya manusia ditunjukan oleh pengembalian keuntungan pemegang saham. Menurut Keegan 1999, berbagai kajian menunjukkan bahwa bagi negara berkembang, kunci utama untuk melakukan penetrasi pasar adalah daya saing harga. Hal ini merupakan kenyataan yang sulit dibantah, dan mungkin telah menjadi suatu “kebenaran”. Maka upaya nasional maupun internasional untuk meningkatkan daya saing, sedikitnya pada tahap permulaan hingga kehadiran di suatu pasar menjadi cukup mapan, adalah dengan mempertajam daya saing harga produk. Negara-negara ASEAN bersepakat untuk membentuk kawasan perdagangan bebas, AFTA ASEAN Free Trade Area, dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia. Langkah ini merupakan jawaban kawasan terhadap tantangan globalisasi. Sebagai bahan pangan, produk agro-industri diharuskan mempunyai persyaratan standard yang cukup ketat. Persyaratan standard tersebut bukan hanya terhadap mutu produknya, sehingga ada beberapa hal yang menjadi perhatian, yaitu 1 mutu produk, 2 keamanan pangan dan 3 ketertelusuran traceability. Untuk itu peningkatan standar produk agro-industri pangan olahan sangat penting sebagai faktor penguat daya saing produk Panjaitan, Syamsun, dan Kadarisman, 2011 Peningkatkan daya saing suatu bangsa juga memerlukan dua kebijakan publik utama yaitu kebijakan primer pemerintah yang mencakup investasi, strategi pembangunan industri dan perdagangan. Selanjutnya kebijakan pendukung pemerintah yang mencakup kebijakan makroekonomi, pembangunan infrastruktur bangsa dan pembangunan kerangka kelembagaan yang diperlukan agar kebijakan – kebijakan primer pemerintah dapat bekerja dengan efisien. Salah satu faktor daya peningkatan daya saing produk adalah dengan melakukan promosi. Dalam pemasaran diperlukan promosi untuk 14 memperkenalkan dan mengkomunikasikan produk, dengan harapan konsumen dapat membeli produk yang dipromosikan Yulianti, Mudikdjo, dan Sarma, 2008 Metode yang digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu negara, pertama kali diperkenalkan oleh Balasa tahun 1989. Metode ini didasarkan pada konsep bahwa perdagangan antar negara sebenarnya menunjukan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara. Dalam metode ini yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai tersebut dalam perdagangan dunia. Semakin tinggi nilai RCA suatu produk yang diekspor oleh suatu negara menunjukan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh negara tersebut semakin tinggi pula. Dapat juga dikatakan bahwa, negara yang memiliki nilai RCA suatu produk paling besar dibandingkan negara lain, maka negara terebut adalah spesialisasi pengekspor produk tersebut Balasa, 1989. Menurut Asian Development Bank Institute ADBI, 2002, indeks RCA digunakan untuk mengukur struktur ekspor suatu negara, di mana yang diperhitungkan adalah rasio dari dua macam rasio, yaitu rasio ekspor untuk setiap sektor ekonomi terhadap total ekspor suatu negara, yang relatif terhadap rasio dari ekspor dunia untuk setiap sektor yang berhubungan dengan total ekspor dunia.

2.2. Kajian Penelitian Terdahulu