Dengan harga yang cukup terjangkau, mampu menjangkau masyarakat kelas menengah ke bawah.
3. Pengolahan menggunakan mesin modern
Dalam produksi PT. Sinar Sosro menggunakan mesin paling modern dari Jerman yang dilakukan untuk menghasilkan produk terbaik dengan standar kualitas terjaga.
4. High Quality control
Pengendalian mutu produk yang sangat diperhatikan dan dijaga baik dengan memperkerjakan staf ahli dibidangnya.
5. Membantu Perekonomian Petani Indonesia.
Dengan berbahan baku utama teh dan gula maka PT. Sinar Sosro juga membantu meningkatkan kesejahteraan Petani Indonesia khususnya petani teh dan tebu.
3.2 WEAKNESSESS
1. Kurang Promosi
Merasa menjadi brand yang lama sosro kurang gencar melakukan promosi baik iklan media visual maupun cetak.
2. Kurang Inovasi Diferensial
PT. Sinar Sosro memiliki sedikit varian produk sebab hanya berkutat pada produk minuman.
3. Kemasan Produk yang kurang variatif
PT. Sinar Sosro kurang melakukan inovasi-inovasi dalam kemasan sehingga hal ini dapat menyebabkan konsumen bosan.
4. Terkadang tidak semua daun teh bisa terpakai
Dikarenakan mengedepankan kualitas produk, PT. Sinar Sosro melakukan kualifikasi terhadap bahan baku terutama teh yang akan diproduksi, sehingga terdapat bahan baku
yang tidak lolos kualifikasi mutu dan tidak terpakai.
3.3 OPPORTUNITIES
1. Gaya hidup yang serba praktis
Semakin banyaknya kesibukan maka semakin banyak orang menginginkan hal yang praktis.Produk-produk PT. Sinar Sosro menjawab permintaan jaman dengan memproduksi
produk dengan kemasan yang praktis dan mudah dibawa kemana-mana. 2.
Tingginya permintaan akibat Gobal Warming Tingginya tingkat kerusakan lingkungan atau global warming menyebabkan suhu panas
sehingga banyak yang membutuhkan minuman segar seperti produk-produk dari PT. Sinar Sosro.
3. Saat ini banyak masyarakat penggemar produk teh siap saji yang ingin mencoba
variasi rasa baru dari produk teh tersebut. Hal ini tentunya akan membuka peluang yang lebih besar bagi Sosro dibandingkan dengan perusahaan minumanteh siap saji
lainnya, untuk melakukan inovasi produk dalam hal rasa. Dengandemikian peluang pangsa pasar Sosro akan lebih besar dibandingkan denganperusahaan minuman siap
saji lainnya.
3.4 THREATS
1. Global Warming
Kerusakan Lingkungan atau global warming dapat mengganggu produktifitas bahan baku. hal ini dikarenakan cuaca yang tidak menentu membuat produktifitas teh tidak stabil dan
bahkan bisa terancam gagal panen akibat kemarau panjang. 2.
Pesaing baru yang semakin banyak Banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang sejenis dengan PT. Sinar Sosro dan lebih
kreatif membuat pangsa pasar PT. Sinar Sosro berkurang sehingga penjualan menurun. 3.
Tingkat urbanisasi yang tinggi Meningkatnya urbanisasi megakibatkan jumlah petani teh semakin menurun yang
memberikan dampak kekurangan tenaga petani serta menurunkannya pasokan bahan baku. 4.
Pengaruh kondisi perekonomian yang tidak stabil saat ini, dimana harga-harga bahan baku di pasaran meningkat. Hal tersebut akan menjadi ancaman bagi PT. SINAR
SOSRO dimana daya beli masyarakat akan menurun, karena dengan masyarakat akan cenderung lebih memilih untuk membeli produk lain yang lebih berguna bagi
kelangsungan hidup mereka, misalnya seperti sembako.
BAB IV PROGRAM AUDIT
Berikut beberapa langkah yang terdapat dalam program audit, namun untuk lebih lengkapnya kami lampirkan di lampiran No. 3.
1. Dapatkan SOP Standar Operasional Prosedure Perawatan Inventaris dan
Pengadaan Barang
Berdasarkan permasalahan di survey pendahuluan mengenai kerusakan CCTV sebesar 65, kami mengindikasikan bahwa penyebabnya karena kurangnya perawatan
inventaris atau karena mekanisme seleksi vendor yang kurang baik. Maka langkah kami yang pertama sebelum melakukan prosedur audit lainnya yaitu mendapatkan SOP Standar
Operasional Prosedur perawatan inventaris PT. Sinar Sosro. Jika perusahaan mempunyai
SOP inventaris maka kami akan mempelajari SOP tersebut terutama operasional perawatan barang. Jika perusahaan tidak mempunyai SOP maka hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan tidak memperhatikan pentingnya SOP untuk mengatur langkah-langkah kerja dan sistematika kerja yang jelas dalam sebuah perusahaan sehingga perawatan tidak
dijalankan dengan baik dan teratur. Untuk mendukung temuan pada SOP perawatan inventaris maka kami juga
memerlukan SOP pengadaan barang. Kami selanjutnya juga mempelajari SOP pengadaan barang yang mencakup; kebijakan umum dalam pengadaan barang; etika pengadaan;
kualifikasi, tugas pokok, dan tanggung jawab personil bidang pengadaan; persyaratan penyedia barang; serta mekanisme pengadaan barang. Hal ini kami butuhkan apakah
permasalahan yang kami temukan dalam survey pendahuluan mengenai kerusakan CCTV tersebut disebabkan karena ketidakpatuhan atau ketidaksesuaian prosedur di lapangan
dengan SOP pengadaan barang. Untuk mendukung dalam temuan kami setelah mempelajari SOP maka kami juga
melakukan langkah prosedur audit lainnya yang pertama yaitu observasi terhadap kegiatan perawatan inventaris. Observasi dengan cara mengamati langsung kami gunakan untuk
mengetahui bagaimana kegiatan-kegiatan dijalankan apakah sudah sesuai dengan SOP atau tidak. SOP dapat dijadikan dasar dalam pengujian tingkat kesalahan dan kelalaian yang
mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan observasi serta wawancara dalam pengujiannya.
Dalam obervasi kami juga sekaligus melakukan wawancara terhadap karyawan juga untuk mendukung temuan dari observasi dan setelah mempelajari SOP. Kami
melakukan wawancara karyawan yang melakukan perawatan inventaris. Selain wawancara dengan karyawan yang melaksanakan perawatan inventaris, kami juga melakukan
wawancara dengan karyawan bagian pengadaan. Kami menyiapkan ceklist untuk setiap interview dan observasi sehingga kami dapat menjalankan tugas dengan efektif, selain itu
kami menggunakan job description pegawai bagian pengadaan barang untuk mengetahui tugas dan wewenang yang dijalankan oleh karyawan tersebut.
2. Bandingkan formulir pemesanan bahan baku dengan faktur pembelian
bahan baku
Berdasarkan informasi dari hasil observasi di survey pendahuluan yaitu adanya kekurangan persediaan bahan baku di Gudang akibat bagian pemesanan bahan baku sering
meretur bahan baku, maka untuk menemukan penyebab pastinya langkah pertama kami
memeriksa terlebih dahulu formulir pemesanan bahan baku yang mengalami retur. Setelah
itu kami membandingkan formulir pemesanan bahan baku dengan faktur pembelian. Hal tersebut untuk mengetahui apakah formulir pemesanan bahan baku telah sesuai dengan
faktur pembelian baik spesifikasi bahan baku, harga serta jumlahnya. Mekanisme kegiatan pemesanan bahan baku yang telah kami pelajari dalam
pedoman pemesanan bahan baku, proses pemesanan didahului dengan adanya permintaan bahan baku dalam bentuk formulir permintaan bahan baku oleh Fungsi Pengguna yaitu
fungsi produksi yang selanjutnya permintaan bahan baku tersebut diteruskan di bagian pemesanan bahan baku di fungsi pembelian untuk selanjutnya diproses dan dikirm ke
Pemasok. Maka untuk mengetahui keefektifan kami membandingkan apakah jumlah dan spesifikasi dari pemesanan bahan baku sesuai juga dengan permintaan bahan baku serta
membandingkan rasio pesanan yang dikonfirmasi dengan total pesanan dari fungsi produksi untuk menghitung kuantitas bahan baku. Input untuk perhitungan rasio tersebut
diambil dari jumlah bahan baku yang terdapat di formulir permintaan dan formulir pemesanan bahan baku. Jika konfirmasi hanya sebagian maka mencari tahu alasan-alasan
atas pengkonfirmasian sebagian tersebut dengan melakukan wawancara karyawan bagian pemesanan barang.
Adanya retur pembelian bisa saja disebabkan karena bagian permintaan barang atau pemesanan barang atau pemasok melakukan kesalahan penjumlahan barang ataupun harga.
Maka untuk mendukung temuan, kami melakukan perhitungan ulang juga pada formulir pemesanan barang, formulir permintaan bahan baku dan faktur pembelian yang telah
masuk di arsip bagian pembelian. Perhitungan ini kami lakukan untuk memastikan bahwa jumlah yang tertulis di 3 dokumen tersebut telah benar.
3. Periksa apakah pengadaan dilakukan dengan cara penawaran harga atau
lelang
Berdasarkan masalah pada survey pendahuluan pengenai kerusakan CCTV dalam waktu kurang setahun maka kami mengindikasikan bahwa terdapat kesalahan atau
ketidakpatuhan terhadap pedoman pengadaan barang, maka perlu pemeriksaan terhadap mekanisme pengadaan. Pada bagian ini kami memeriksa apakah perusahaan dalam
melakukan pengadaan dilakukan dengan cara penawaran hargalelang atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut maka kami mencari laporan seleksi vendor pada bagian
pengadaan. Jika laporan seleksi vendor kami dapatkan maka perusahaan tersebut melakukan penawaran hargalelang dalam mengadakan barang. Apabila tidak didapatkan
maka perusahaan dalam melakukan pengadaan barang bisa saja melakukan pemilihan sendiri terhadap vendor yang telah tersedia di pasar. Untuk mengetahui alasan-alasan serta
bagaimana pengadaan barang dilakukan jika perusahaan tidak melakukan penawaran hargalelang maka kami melakukan wawancara dengan staf pengadaan.
Namun apabila pengadaan dilakukan dengan penawaran harga, maka langkah selanjutnya jika pengadaan dilakukan dengan cara penawaran harga atau lelang maka perlu
memeriksa apakah perusahaan telah berpedoman pada tata cara atau kriteria yang ditetapkan dalam kebijakan perusahaan dengan melakukan observasi terhadap bagian
pengadaan. Untuk mendukung temuan-temuan kami juga melakukan pemeriksaan pada
prosedur seleksi vendor untuk mengetahui apakah mekanisme seleksi telah memperhitungkan harga serta kualitas barang yang dipilih oleh bagian pengadaan barang.
Kami juga memeriksa dengan wawancara bagaimana perusahaan menentukan kriteria vendor yang dibutuhkan sehingga bisa menetapkan persyaratan dalam hal kualitas dan
faktor relevan lainnya. Kami juga membaca dan memeriksa terhadap daftar vendor-vendor yang pernah
memenangkan tender pengadaan barang untuk mengetahui apakah pengadaan CCTV dimenangkan oleh vendor yang pernah memenangkan tender di pengadaan barang lain.
Hal ini kami lakukan untuk mengetahui apakah vendor yang memenangkan beberapa tender tersebut apakah menjalankan mekanisme resmi dari perusahaaan.
BAB V TAHAP-TAHAP AUDIT
5.1 SURVEY PENDAHULUAN
Kami telah melaksanakan survey pendahuluan pada PT Sinar Sosro, langkah awal kami memahami bisnis dan industri klien, kami dapat menilai risiko bisnis klien. Pertama,
dilihat dari lingkungan eksternal bahwa masyarakat menginginkan produk minuman yang sehat dan bebas bahan aditif minuman. Namun produk-produk dari PT. Sinar Sosro
menggunakan beberapa bahan aditif untuk beberapa jenis produk yang tidak baik dikonsumsi secara terus menerus. Sehingga hal ini dapat menyebabkan permintaan teh
botol mengalami penurunan. Kedua, dilihat dari internal perusahaan, dalam pengadaan persediaan bahan baku PT Sinar Sosro menjadikan PT. Gunung Selamet sebagai supplier
tunggal dari mulai berdirinya PT. Sinar Sosro hingga saat ini. Sehingga kebijakan tersebut menyebabkan PT. Sinar Sosro tergantung penuh dengan PT. Gunung Selamet atas
persediaan bahan baku.
Selanjutnya kami melakukan pertemuan awal dengan Manajer Umum yakni Bapak Alex Sosrodjoyo. Kami memperoleh informasi yang salah satunya berhubungan dengan
Pengelolaan persediaan. Informasi tersebut kami gunakan sebagai dasar dalam menyusun tahap-tahap audit berikutnya serta mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi. Selain
informasi mengenai pembelian bahan baku, kami juga mendapatkan informasi bahwa di PT. Sinar Sosro pada bulan November tahun 2012 melakukan pengadaan barang berupa
CCTV yang berjumlah 320 buah, namun pada bulan Oktober tahun 2013, 65 dari jumlah CCTV yang telah dipasang mengalami kerusakan. Alasan pengadaan tersebut karena pada
24 Juli tahun 2012, bagian Kasir mengalami kehilangan uang kas perusahaan senilai Rp 150.000.000 dan belum diketahui tersangkanya karena kurangnya fasilitas keamanan,
sehingga pada bulan November tahun 2012 diadakannya CCTV. Berita tersebut kami temukan juga di Koran Bisnis dan Ekonomi edisi 12 tanggal 25 Juli 2012.
Informasi dari Manajer umum mengenai kerusakan CCTV tersebut kami bandingkan dengan cara observasi ke bagian monitoring CCTV, memang benar bahwa
hampir seluruhnya CCTV tidak berfungsi dengan baik. Berikutnya mengenai pengelolaan persediaan kami melihat laporan tahunan
annual report yang kami lihat bahwa rasio perputaran persediaan pada tahun 2012 adalah 34 hari dan pada tahun 2013 adalah 63 hari.
Perhitungan perputaran persediaan kami lampirkan pada lampiran
No 4.
Hal ini menunjukkan penurunan perputaran persediaan pada perusahaan. Selain itu kami juga telah melakukan observasi ke gudang persediaan bahan
baku dan persediaan produk jadi. Berdasarkan obervasi gudang persediaan produk jadi kami mendapati penumpukan produk. Sedangkan berdasarkan informasi dari Kepala
Gudang Bahan Baku, bahan baku sering terjadi kekurangan persediaan bahan baku. Hal ini dikarenakan bahan baku sering mengalami retur dikarenakan tidak sesuai dengan
permintaan dari Fungsi Produksi sehingga membutuhkan proses pemesanan bahan baku kembali.
Selain wawancara dengan manajer, melihat laporan keuangan, Observasi ke Gudang dan ruang monitoring CCTV, kami menemukan informasi bahwa dalam Koran
Tempo 25 November 2013, kemarau panjang selama tahun 2013 mengakibatkan hasil- hasil bumi termasuk dalam hal ini teh mengalami penurunan hasil panen tahun 2013.
Kami telah melakukan penentuan risiko Risk Assessment untuk menilai risiko bisnis Klien terutama fungsi pembelian. Berdasarkan fungsi penentuan risiko dapat
diperoleh skor risiko 80 dengan rating tinggi.Untuk perhitungan selengkapnya mengenai Risk Assessment dapat dilihat di lampiran No. 5.
Kami juga telah melakukan SWOT dan PEST analysis , PEST analisis kami bahas pada bab II . SWOT analisis kami bahas pada bab III.
Berdasarkan pembahasan kami di atas tujuan audit kami adalah pada fungsi Pembelian kami memfokuskan ruang lingkup audit yaitu
• Pengadaan
• Pemesanan bahan baku
5.2 PERENCANAAN AUDIT