Perlindungan Anak mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan  teknis, pembinaan  dan pelaksanaan  di bidang
pengembangan   perlindungan   anak   dan   peningkatan   kualitas   hidup anak.
C. Responsivitas   Badan   Pemberdayaan   Masyarakat,   Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Bapermas
PP   PA   dan   KB   Surakarta   dalam   Memberikan   Perlindungan terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual
Pada   bab   ini   akan   dipaparkan   mengenai   hasil   penelitian   dan pembahasan   tentang   Responsivitas  Badan   Pemberdayaan   Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB Surakarta  dalam Memberikan Perlindungan terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual yang
mencakup   1   Kemampuan   birokrasi   mengenali   kebutuhan   anak   korban kekerasan   seksual,   2   Kemampuan   birokrasi   menyusun   agenda   dan
prioritas   perlindungan   terhadap   anak   korban   kekerasan   seksual,   dan   3 Kemampuan untuk mengembangkan program perlindungan terhadap anak
korban kekerasan seksual.
1. Kemampuan   birokrasi   mengenali   kebutuhan   anak   korban kekerasan seksual
Anak merupakan investasi masa depan bangsa dan negara oleh karenanya   hak-hak   dan   kebutuhan   hidup   mereka   haruslah   kita
penuhi. Mendapatkan predikat  sebagai Kota  Layak Anak berarti juga   pemerintah   kota   Surakarta   harus  serius   dalam   memberikan
perlindungan terhadap anak.
58
Dalam mengenali kebutuhan anak korban kekerasan seksual, Bapermas sudah memiliki kemampuan akan hal tersebut, dimulai
dari   hak   hidup   anak   yang   paling   dasar.  Anak   sejak   lahir   sudah memiliki   hak-hak   yang   harus   dipenuhi,   untuk   hak   anak   sendiri
terdiri dari empat aspek yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Keempat hak tersebut Bapermas
sudah   mengetahuinya   secara   jelas,   ini   sesuai   dengan   yang dikatakan oleh Ibu Prapti:
“Hak   anak   yang   harus   dipenuhi   itu   ada   4,   pertama   hak hidup   yaitu   hak   untuk   mendapatkan   kebutuhan   dasar,
kelangsungan   hidup   contohnya   mendapat   asi   eksklusif, tempat   tinggal   layak,   dan   makanan   bergizi.   Kedua,   Hak
tumbuh   kembang   yaitu   hak   yang   harus   diperoleh   anak untuk mendapatkan  pendidikan  termasuk  pendidikan  usia
dini, jadi mengembangkan potensi secara penuh dari anak contohnya memberikan kasih sayang, rekreasi, dan lainnya.
Jadi lebih mengarah ke psikisnya. Terus yang ketiga hak perlindungan   itu   adalah   hak   untuk   mencegah   terjadinya
segala bentuk kekerasan, penelantaran dan eksploitasi. Jadi tidak   boleh   diperlakukan   dengan   kasar,   tidak   boleh
dihukum   secara   fisik,   digunakan   untuk   kepentingan seksual.   Yang   keempat   hak   partisipasi   yaitu   anak   bisa
memberikan partisipasinya termasuk dalam hal ini dia bisa mempengaruhi, karena dia ikut berpartisipasi jadi dia bisa
mempengaruhi   hidupnya   sendiri.”   Wawancara   8   April 2016
Pemenuhan   kebutuhan   anak   korban   kekerasan   seksual   itu bukanlah hal yang mudah, hal ini dikarenakan kebutuhan antara
anak korban kekerasan seksual yang satu mungkin berbeda dengan anak   korban   yang   lain,   oleh   karenanya   harus   ada   identifikasi
langsung   kepada   si   anak   ataupun   walinya   untuk   diketahui   apa
59
sebenarnya yang menjadi kebutuhan dari si anak tersebut. Hal ini seperti   yang   diutarakan   oleh   Ibu   Rita   selaku   Pengurus  Yayasan
Kakak: “Kebutuhan korban yang satu dengan yang lain itu beda.
Ada   yang   butuh   pendidikannya   misalkan   ancaman dikeluarkan   dari   sekolahnya,   ada   yang   butuh   dari   segi
medis   untuk   visumnya,   ada   juga   yang   butuh   untuk traumanya.” Wawancara 11 April 2016
Pemenuhan akan kebutuhan dari anak korban tersebut menjadi tanggung   jawab   dari   Bapermas   selaku   pihak   yang   ditunjuk
pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap anak korban kekerasan seksual. Ibu Prapti mengatakan bahwa:
“Kalau dia jadi korban kekerasan seksual itu efeknya kan itu,   satu   bisa   dia   nggak   sekolah,   bisa   juga   dia   mesti
kondisinya drop, ketiga mesti dari medis. Nah sekolah ini mesti kita carikan, memulihkan psikis dia yang drop, dari
medis   juga   kita   fasilitasi.   Pemulihan   satu   anak   itu membutuhkan waktu panjang. Anak yang jadi korban itu
harus   dipulihkan   fisik,   psikis   atau   kejiwaannya   dan dicarikan pendidikannya.” Wawancara 8 April 2016
Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sunardi selaku Koordinator PPT Kelurahan Jebres bahwa:
“Anak yang jadi korban itu anu mbak harus disembuhkan traumanya,   dipulihkan   kondisi   kesehatannya   dan   juga
pendidikannya   itu   tidak   boleh   putus,   kita   sering   juga   di kasus   sebelumnya   membantu   untuk   mendapatkan
sekolahan yang pas.” Wawancara 1 Juni 2016
Dari   penjelasan   tersebut   dapat   diketahui   bahwa   kebutuhan anak yang menjadi korban kekerasan seksual tersebut adalah:
60
a Kebutuhan Pemulihan Psikiskejiwaan Kebutuhan akan pemulihan psikis atau kejiwaan ini menjadi
kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi mengingat anak yang   menjadi   korban   kekerasan   seksual   ini   pasti   akan
mengalami   trauma   yang   akan   mengganggu   kemampuan mereka   dalam   bersosialisasi   dengan  lingkungan  sekitarnya.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Prapti yaitu: “Pertama anak yang jadi korban itu pasti ada trauma
kan nah trauma ini yang harus kita hilangkan dulu, proses   pemulihan   trauma   ini   itu   lama   lho   butuh
berbulan-bulan   nggak   bisa   sehari   duahari   langsung sembuh.” Wawancara 9 Mei 2016
Dalam hal memenuhi kebutuhan pemulihan psikis si anak korban tersebut Bapermas sudah memberikan fasilitasi dalam
hal rehabilitasi,  konselingnya, dan juga pendampingan dari psikiater   atau   pendamping   lainnya.   Hal   ini   senada   dengan
yang   dikatakan   oleh   Ibu   Fitri   selaku   Manajer   Divisi Pencegahan Penanganan Kasus Kekerasan:
“Kalau   psikolognya   psikiaternya   itu   difasilitasi, mereka ada kerjasama dengan rumah sakit Muwardi
kemudian rumah sakit jiwa ada itu untuk psikolognya untuk   rehabilitasinya   secara   psikis.”   Wawancara   6
Juni 2016
Sejalan dengan yang dikatakan Ibu Fitri tadi, Ibu Rita dari Yayasan Kakak juga mengatakan hal demikian:
“Misal  dari   si   anak   ini  ada   trauma  ya   mereka memfasilitasi untuk rehabilitasi, konselingnya seperti
itu.” Wawancara 3 Juni 2016
b Kebutuhan Pemulihan Fisik
61
Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan untuk pemulihan fisik,   dalam   hal   ini   yang   dimaksudkan   dengan   pemulihan
fisik   ini   adalah   dari   segi   fasilitas   medisnya.   Anak   yang menjadi   korban   kekerasan   seksual   harus   dilakukan
pengecekan untuk kesehatannya, selain itu jika korban ingin menempuh ke jalur hukum juga pasti akan membutuhkan alat
bukti   yaitu   visum,   untuk   masalah   fasilitas   medis   ini Bapermas   sudah   memfasilitasinya.   Hal   tersebut   sesuai
dengan perkataan Ibu Prapti selaku Kabid Perlindungan Anak Bapermas:
“Dari   sisi   medis   jadi   itu   kita   dampingi   juga bagaimana   si   anak   mendapatkan   layanan   medis
dengan  baik.  Secara   medis  pun juga  harus  divisum dulu   karna   kan   kalau   tidak   divisum   kan   nggak   tau
benar benar terjadi tidak dan juga untuk membuktikan pelakunya benar benar melakukan, visum itu bukan
hanya dia sudah hubungan seksual bukan lho, kalau dia hanya meraba tapi dia ada teman yang lihat itu
visum juga namanya.” Wawancara 9 Mei 2016
Dalam   memberikan   layanan   medis   ini   Bapermas menggratiskan untuk setiap layanan medis yang diakses oleh
anak   korban   kekerasan,   bukan   hanya   korban   kekerasan seksual   saja   melainkan   kekerasan   yang   lain   juga   tidak
dipungut   biaya   atau   gratis.   Hal   ini   dibuktikan   dengan perkataan   yang   disampaikan   oleh   Ibu   Rita   dari   Yayasan
Kakak,   Ibu   Fitri   dari   LSM   SPEKHAM,   Ibu   Utami   dari Kelurahan Jebres, Bapak Sunardi dari PPT Kelurahan Jebres
yaitu:
62
Ibu Rita Yayasan Kakak: “Untuk layanan medis atau visum itu gratis dek, tapi
nek   dananya   pas   habis   ya   tetep   bayar.   Dulu   itu biayanya 175.000 ribu dek kalau untuk yang nggak
mampu   kan   mahal   itu   segitu.”   Wawancara   3   Juni 2016
Ibu Fitri LSM Spekham: “Kalau visum  itu gratis  kalau  itu  korban kekerasan
lho ya.” Wawancara 6 Juni 2016 Ibu   Utami   Kabid   Pemberdayaan   Masyarakat   Kelurahan
Jebres: “Iya gratis mbak kalau visum misal ada masalah kita
langsung   ada   di   rumah   sakit.”   Wawancara   1   Juni 2016
Bapak Sunardi Koordinator PPT Kelurahan Jebres: “Visum   itu   gratis   mbak,   tidak   ditarik   biaya.”
Wawancara 1 Juni 2016 c Kebutuhan Pendidikan
Dalam   kasus   kekerasan   seksual   anak   ini   yang   menjadi objeknya   adalah   anak   oleh   karenanya   hak   anak   untuk
mendapatkan   pendidikan   yang   layak   harus   diupayakan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari anak
korban kekerasan seksual. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Prapti dari Bapermas:
63
“Kalau   dia   masih   anak   usia   sekolah   mesti   yang diperlukan   itu   pendidikan   kalau   dia   sudah   sampai
hamil misalnya mesti dalam suasana hamil dia tidak mungkin   apa   sekolah,   tapi   hak   pendidikan   dia   itu
tidak boleh hilang jadi setelah melahirkan kita carikan sekolah,   kalau   dia   masih   pengen   di   sekolah   formal
kita usahakan mencarikan dia sekolah formal, tapi kan biasanya malu nah itu kita siapkan mencarikan kejar
paket   karena   pada   prinsipnya   kejar   paket   itu   udah sama   kayak   sekolah   formal.”   Wawancara   9   Mei
2016
Bapermas   dalam   hal   ini   membantu   si   anak   korban kekerasan seksual mendapatkan pendidikan yang layak, hal
tersebut   didukung   oleh   perkataan   Ibu   Rita   dari   Yayasan Kakak:
“Ada   yang   butuh   pendidikannya   misalkan   ancaman dikeluarkan   dari   sekolahnya   otomatis   kita
menghubungi bapermas untuk membantu kita, kalau anaknya   ternyata   masih   nyaman   sekolah   disitu   kita
upayakan bapermas nanti bantu mendukung kita agar anak itu bisa tetep sekolah disitu tapi kalau anak itu
misalnya   tidak   mau   sekolah   lagi   disitu   kita   minta untuk   memudahkan   masuk   disekolah   mana   seperti
itu.” Wawancara 3 Juni 2016
d Lingkungan yang aman Lingkungan yang aman yang dimaksud disini adalah  si
anak bisa merasakan keamanan, jauh dari pelaku, jauh dari lingkungan yang membuat dia kembali mengingat traumanya.
Anak   korban   kekerasan   seksual   ini   pastilah   membutuhkan lingkungan   yang   menurutnya   aman   sehingga   proses
pemulihan dia dari traumanya pun bisa berjalan dengan baik. Senada dengan yang dikatakan oleh Ibu Prapti:
“Anak korban kekerasan itu butuh tempat yang aman, misalkan yang jadi pelaku kekerasan seksualnya itu
64
dari lingkungan terdekat misal tetangganya kan nggak mungkin   kalau   anak   itu   masih   disitu   jadi   ya   harus
dipisah. Kita lihat aman nggak disitu, kalau nggak ya harus direlokasi  ditempatkan  ke tempat  yang aman.
Bukan Cuma anak korban kekerasan seksual saja tapi yang lain juga sama.” Wawancara 21 April 2016
Untuk   memenuhi   rasa   aman   terhadap   anak   korban kekerasan seksual tersebut Bapermas sudah membuat rumah
sebagai   tempat   perlindungan   anak   korban   yang   disebut dengan rumah aman atau shelter.
Dalam   penelitian   ini   peneliti   menemukan   kesulitan   untuk menanyai   atau   mewawancarai   langsung   baik   korban   kekerasan
seksual maupun keluarga dari korban mengingat sifat dari korban yang dilindungi dan dirahasiakan keberadaannya, hal inilah yang
menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Dari   penjelasan   tersebut   diatas   dapat   diketahui   bahwa
kebutuhan   dari   anak   korban   kekerasan   seksual   itu   ada   4   yaitu kebutuhan akan pemulihan psikis, kebutuhan akan pemulihan fisik,
kebutuhan   akan   pendidikan,   dan   yang   terakhir   kebutuhan   akan lingkungan yang aman. Bapermas dalam hal ini sudah memiliki
kemampuan untuk mengenali apa saja yang dibutuhkan oleh anak korban kekerasan seksual tersebut.
2. Kemampuan   menyusun   agenda   dan   prioritas   perlindungan terhadap anak korban kekerasan seksual
65
Bapermas   PP  PA  dan   KB   dalam   hal   memberikan   perlindungan terhadap   korban   kekerasan   seksual   sudah   memiliki   agenda   dan
prioritas   yang   akan   dilakukan.   Berikut   ini   agenda   dan   prioritas yang dilakukan oleh Bapermas:
Tabel 4.3
Kebutuhan dan Agenda  Prioritas
No. Kebutuhan
Agenda dan Prioritas 1.
Pemulihan Psikis Memulihkan trauma anak korban
kekerasan seksual melalui Rehabilitasi, Konseling,
Pendampingan 2.
Pemulihan Fisik Fasilitas Layanan Kesehatan
gratis dan mudah diakses 3.
Pendidikan Kemudahan mendapat
pendidikan 4.
Lingkungan yang aman Membuat tempat perlindungan
yaitu Rumah AmanShelter Dari hasil wawancara diketahui bahwa agenda dan prioritas yang
dilakukan oleh Bapermas adalah seperti diatas dengan penjelasan mendalamnya sebagai berikut:
1. Memulihkan psikis anak korban kekerasan seksual melalui Rehabilitasi, Konseling dan Pendampingan.
Agenda dan prioritas yang dilakukan oleh Bapermas menyangkut   kebutuhan   akan   pemulihan   psikisnya   yaitu
Bapermas  telah  memberikan  layanan  seperti  Rehabilitasi, Konseling   dan   Pendampingan.   Dalam   hal   memberikan
66
layanan ini Bapermas bekerjasama dengan dinas, lembaga terkait yaitu dengan Rumah Sakit Jiwa, LK3 dan dengan
LSM-LSM   di   Solo   yang   peduli   terhadap   perlindungan terhadap   anak.   Hal   ini   disampaikan   oleh   Bu   Prapti   dari
Bapermas sebagai berikut: “SOP   kita   itu   kan   yang   pertama   langsung   ke
penanganan   kepada   korban   dulu,   kita   kerjasama dengan   LK3   Lembaga   Konsultasi   Kesejahteraan
Keluarga   secara   gratis,   didalamnya   juga   ada teamworknya   yaitu   pekerja   sosial,   psikolog,   dokter.
Nanti   kita   kerjasama   dengan   mereka.   Penanganan anak   kan   masing   masing   ya   jadi   nanti   tergantung
sama psikolognya, solusinya bagaimana, didampingi betul itu anak sampai benar-benar pulih.” Wawancara
8 April 2016
“Mesti dia butuh pendampingan psikolog, kita punya kerjasama   dengan   rumah   sakit   jiwa   jangan   dikira
rumah   sakit   jiwa   itu   anak   dimasukkan   itu   nggak, disana   sudah   ada   ruang   konseling   sendiri   ruangnya
nyaman sekali jadi itu mereka didampingi bagaimana memulihkan trauma mereka kan pasti trauma dan itu
bagaimana pemulihannya.” Wawancara 9 Mei 2016
Untuk   masalah   pendampingan   ini   Bapermas   juga bekerja   sama   dengan   LSM   yang   fokus   pada   masalah
perlindungan anak, hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Fitri   dari   LSM   SPEKHAM   dan   Ibu   Rita   dari   Yayasan
Kakak: Ibu Fitri dari LSM SPEKHAM:
“Kalau kita ini ada pendampingan hukum,  konseling itu   juga   kita   lakukan,   pendampingan   bukan   hanya
pendampingan  korban tapi juga keluarga,  kemudian advokasi   artinya   melihat   kebutuhan   si   korban   itu
seperti apa kita layani.” Wawancara 6 Juni 2016
Ibu Rita dari Yayasan Kakak:
67
“Ya   kalau   yayasan   kakak   itu   kita   melakukan pendampingan   untuk   kasus   kekerasan   seksual,   jadi
kalau   misalnya   di   Polres   itu   ada   kasus   biasanya memang dirujuk ke Kakak atau ke LSM-LSM yang
lain.   Jadi   tidak   semua   kasus   yang   ada   di   PPA  itu dirujuk ke Kakak.” Wawancara 11 April 2016
Untuk   pendampingan   ini   Yayasan   Kakak   melakukan pendampingan sampai anak tersebut bisa dikatakan hilang
traumanya.   Ini   senada   dengan   apa   yang   Ibu   Rita   dari Yayasan Kakak katakan:
“Sampai biasanya di persidangan tetap kita dampingi sampai  vonis, setelah  vonis biasanya kita sesuaikan
dengan kebutuhan  dari  korban seperti apa gitu, jadi misalnya   kondisinya   sudah  benar-benar  baik,  dia
sudah  bisa  kembali   ke   sekolahnya,  secara   medis sudah  nggak butuh lagi  itu paling cuma kita pantau
pie kabare seperti itu.”
2. Fasilitasi Layanan Kesehatan gratis dan mudah diakses. Agenda dan prioritas yang dilakukan Bapermas selanjutnya
terkait dengan kebutuhan akan pemulihan kondisi fisik ini adalah   dengan   memberikan   fasilitasi   layanan   kesehatan
yang   dapat   diakses   secara   gratis   untuk   anak   korban kekerasan seksual. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu
Prapti dari Bapermas yaitu: “Layanan   medis   ini   sudah   kita   fasilitasi   juga,
gampang kalau mau mengaksesnya.” Wawancara  8 April 2016
“Dari   sisi   medis   jadi   itu   kita   dampingi   juga bagaimana   si   anak   mendapatkan   layanan   medis
dengan baik.” Wawancara 9 Mei 2016
68
Kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan ini juga dirasakan   oleh   pendamping   dari  Yayasan   Kakak,   dimana
Ibu Rita mengatakan: “Kalau   untuk   korbannya   sendiri   kita   gampang
ngaksesnya dek, untuk minta visum atau pemeriksaan lainnya.” Wawancara 3 Juni 2016
Pernyataan   mengenai   kemudahaan   dalam   mengakses fasilitas medis ini juga dijelaskan oleh Staff PPA Polresta
Surakarta yang mengatakan: “Misalnya pas pelaksanaan visum kalau memang itu
korbannya   nanti   ada   pelayanan   khususnya.” Wawancara 9 Juni 2016
Ibu Fitri dari LSM SPEKHAM juga mengatakan hal yang sama tentang kemudahan mengakses layanan kesehatannya.
Ibu Fitri mengatakan bahwa: “Terkait  dengan  penanganan itu  mudah  artinya  kita
kontak misal dengan  rumah sakit seperti  itu  asal  ada surat rujukan itu sudah bisa terlaksana.” Wawancara
6 Juni 2016
Berkenaan   dengan   fasilitas   medis   ini   Bapermas   sudah berkomitmen   untuk   memberikan   layanan   medis   gratis
dimana   semua   kegiatannya   bersumber   pada   anggaran APBD   2.   Ini   seperti   dikatakan   oleh   Ibu   Prapti   dari
Bapermas: “Semua   kegiatan   yang   termasuk   dalam   kota   layak
anak ini anggarannya dari APBD 2, jadi komitmen itu sangat   tinggi,   sampai   daerah   lain   itu   bingung   dana
operasionalnya   dapat   darimana,   kenapa   kok   daerah lain   tidak   bisa   maju   kla   nya   ya   karna   nggak   ada
komitmen itu, nah kalau sudah ada komitmen itu yang menjadi pedoman kita dalam bekerja.” Wawancara 9
Mei 2016
69
Namun dalam hal fasilitas medis gratis pada kenyataannya masih   ada   anak   korban   yang   harus   membayar   biaya
khususnya untuk biaya visum dikarenakan anggaran yang dialokasikan  untuk layanan tersebut habis. Hal ini sesuai
dengan   pernyataan   Ibu   Rita   dari  Yayasan   Kakak   seperti berikut:
“Kalau   dana   dari   pemerintah   itu   misalnya   di Muwardi, jadi misalnya di muwardi itu dananya udah
abis ya harus bayar, bayar visum. Visum itu 175 dulu dek, ya untuk mereka yang nggak punya kan banyak
ya dek.” Wawancara 3 Juni 2016
Untuk   lebih   memaksimalkan   dalam   rangka   memberikan layanan   kesehatan   yang   baik   ini   Bapermas   juga   bekerja
sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dan juga Puskesma-puskesmas yang ada di Kota Solo. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu Fitir dari LSM Spekham yaitu:
“Mereka ada kerjasama dengan rumah sakit Muwardi sama   puskesmas   untuk   ini   layanan   medisnya.”
Wawancara 6 Juni 2016
3. Kemudahan mendapat pendidikan Bapermas sebagai pihak yang diberikan tugas untuk
melakukan   perlindungan   terhadap   anak   khususnya   anak korban   kekerasan   seksual   membuat   agenda   dan   prioritas
selanjutnya   yaitu   kemudahan   mendapatkan   layanan
70
pendidikan.   Mengingat  yang  menjadi  objek  disini  adalah anak   yang   sudah   pasti   masih   di   usia   sekolah   jadi   hak
mereka   untuk   mendapatkan   pendidikan   yang   layak   juga harus   tetap   diperhatikan.   Untuk   layanan   pendidikan   ini
Bapermas   juga   sudah   memberikan   fasilitasi   dengan membantu  mencarikan  sekolah  si anak korban  kekerasan
seksual tersebut. Ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Prapti dari Bapermas:
“Kalau dia jadi korban kekerasan seksual itu efeknya kan itu, satu bisa dia nggak sekolah... Nah sekolah ini
mesti kita carikan.” Wawancara 8 April 2016
“Kalau   dia   masih   anak   usia   sekolah   mesti   yang diperlukan   itu   pendidikan   kalau   dia   sudah   sampai
hamil misalnya mesti dalam suasana hamil dia tidak mungkin   apa   sekolah,   tapi   hak   pendidikan   dia   itu
tidak boleh hilang jadi setelah melahirkan kita carikan sekolah,   kalau   dia   masih   pengen   di   sekolah   formal
kita usahakan mencarikan dia sekolah formal, tapi kan biasanya malu nah itu kita siapkan mencarikan kejar
paket   karena   pada   prinsipnya   kejar   paket   itu   udah sama   kayak   sekolah   formal.”   Wawancara   9   Mei
2016
Untuk masalah pendidikan  sendiri menurut  Ibu Rita dari Yayasan   Kakak,   Bapermas   sudah   melakukan   tugasnya
dengan baik. Ini seperti yang Ibu Rita katakan bahwa: “Ada   yang   butuh   pendidikannya   misalkan   ancaman
dikeluarkan   dari   sekolahnya   otomatis   kita menghubungi bapermas untuk membantu kita, kalau
anaknya   ternyata   masih   nyaman   sekolah   disitu   kita upayakan bapermas nanti bantu mendukung kita agar
anak itu bisa tetep sekolah disitu tapi kalau anak itu misalnya   tidak   mau   sekolah   lagi   disitu   kita   minta
untuk   memudahkan   masuk   disekolah   mana   seperti itu.” Wawancara 3 Juni 2016
71
Untuk   semakin   memudahkan   dalam   mendapatkan pendidikan   yang   baik   dan   layak   ini   Bapermas   juga
melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Surakarta. dalam
4. Membuat tempat perlindungan Tempat   perlindungan   bagi   anak   korban   kekerasan
seksual   ini   juga   merupakan   kebutuhan   yang   tidak   boleh disepelekan.   Kecenderungan   pelaku   yang   berasal   dari
lingkungan   terdekat   korban   inilah   yang   membuat   anak korban tersebut harus diamankan ke tempat yang tidak bisa
dijangkau  oleh  si pelaku. Dalam hal memberikan  tempat perlindungan   yang   aman   tersebut   Bapermas   membangun
Rumah   Aman   atau   bisa   juga   disebut   sebagai   Shelter. Ruman aman ini salah satunya berfungsi untuk melindungi
korban bukan hanya korban kekerasan seksual melainkan korban   kekerasan   yang   lainnya   sebagaimana   yang
dikatakan oleh Ibu Prapti dari Bapermas: “Iya   rumah   aman   itu   termasuk   juga   perlindungan
untuk   korban   kekerasan,   bukan   cuma   kekerasan seksual tapi kekerasan yang lain juga ...Rumah aman
itu   anaknya   diamankan,   orangtuanya   didampingin gitu. Kita sering lho dampingin gitu, pendampingan
itu   bukan   cuma   anaknya   lho   tapi   orangtuanya   juga didampingi   psikolog   ...Kalau   ada   kasus   misalnya
kasus   berat   itu   pendamping   sudah   paham   harus diberikan ke rumah aman atau tidak.” Wawancara 21
April 2016
72
Saat   ini   Kota   Solo   sendiri   memiliki   1  satu   unit rumah   aman   dimana   keberadaan  dari  rumah   aman   ini
dirahasiakan   dengan   tujuan   untuk  menjaga   keamanan   si anak korban tersebut.  Namun    ternyata menurut Ibu Rita
dari Yayasan Kakak, beliau mengatakan bahwa sekarang ini keberadaan   rumah   aman   sudah   banyak   diketahui
masyarakat dan juga pengamanan di rumah aman ini yang kurang. Berikut yang dikatakan oleh Ibu Rita
“Ya jadi kendalanya di solo itu rumah aman yang ada sekarang ini udah diketahui dimana tempatnya pada
sudah tau, trus apa tempatnya itu tidak terlalu aman, jadi   orang   luar   itu   gampang   keluar   masuk,   pintu
pagarnya   terbuka   seperti   itu…bahkan   pada   saat pembukaannya pun juga di koran itu ada tapi sudah
lama emang tidak tahun-tahun ini” Wawancara 3 Juni 2016
Jadi bisa dikatakan bahwa terkait rumah aman ini Bapermas   kedepannya   harus   memperbaiki   lagi   terkait
lokasi   maupun   pengamanannya   misalkan   dengan   tidak membuat rumah aman itu sebagai tempat yang permanen
dibangun, ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Ibu Rita “Rumah aman itu yang kita sembunyikan, bisa kos-
kosan   dan   sebagainya,   tidak   dibangun   secara permanen.” Wawancara 3 Juni 2016
Dan   juga   seperti   yang   dikatakan   Ibu  Fitri   dari   Spekham yaitu
“Bisa pindah-pindah, bisa aja bukan seperti bangunan rumah   seperti   itu,   mau   kos-kosan   atau   apa”
Wawancara 6 Juni 2016
73
Pada perkembangannya  Bapermas PP PA dan KB telah   menginisiasikan   adanya   Pelayanan   Terpadu
Perempuan  dan Anak Surakarta  PTPAS dimana PTPAS ini adalah suatu jejaring yang terdiri dari beberapa anggota
meliputi   instansi,   lembaga,   institusi   dan   organisasi- organisasi yang sama-sama peduli atau bergerak dalam hal
perlindungan   terhadap   anak.   Anggota   dari   PTPAS   ini berjumlah 48 anggota. Adanya PTPAS ini diatur dalam SK
Walikota   Surakarta   No.   46274-A12006   dan   Nota Kesepakatan   Bersama   atau   MOU   dimana   dalam   SK
Walikota dan MOU tersebut sudah diatur juga kerjasama antara Bapermas PP PA dan KB dengan instansi, lembaga,
institusi   dan   organisasi-organisasi   terkait   beserta   dengan tugas atau peranan masing-masingnya.
3. Kemampuan   untuk   mengembangkan   program   perlindungan terhadap anak korban kekerasan seksual