Elektroforesis Pewarnaan Protein Analisis Zimografi

dan protein standar siap diinjeksikan ke dalam sumur-sumur elektroforesis. Pengisian larutan sampel dan protein standar ke dalam sumur pada gel akrilamida masing- masing sebanyak 5 μl dengan menggunakan syringe.

c. Elektroforesis

Gel yang telah ditempatkan pada modul elektroforesis diatur sehingga permukaan gel terendam dalam bufer elektroda. Elektroforesis dilakukan dengan mengalirkan arus listrik mula-mula 15 mA untuk tiap gel. Voltase maksimum 120 volt dan daya maksimum 30 Watt. Setelah pergerakan sampel mencapai separating gel, aliran arus listrik ditingkatkan 20 mA tiap gel, sedangkan voltase dan daya konstan. Proses pemisahan dihentikan setelah 1 jam, atau setelah marker warna biru berada sekitar 0.5 cm dari batas separating gel. Gel hasil elektroforesis dilepas dari cetakan dengan menggunakan spatula, dan gel siap untuk pewarnaan protein atau analis zimografi β-glukosidase.

d. Pewarnaan Protein

Sebelum dilakukan pewarnaan, gel terlebih dahulu direndam dalam larutan TCA 12.5 selama 24 jam dalam lemari pendingin atau direndam dalam larutan fixative 50 vv methanol dalam air selama 1 jam. Gel kemudian dikeluarkan dari larutan fixative dan dicuci dengan air, selanjutnya direndam dalam larutan pewarna Coomassie blue R-250 selama 4 jam. Larutan pewarna dibuat dengan melarutkan Coomassie nlue R-250 dalam metanol : asam asetat : air = 4 : 1 : 4. Kelebihan warna dihilangkan dengan larutan destaining 10 vv metanol, 7.5 vv asam asetat dalam air dengan 2 - 3 kali penggantian sampai diperoleh pita-pita protein berwarna biru dengan latar belakang jernih, kemudian dibilas dengan air. Bobot molekul sampel ditentukan dengan menghitung nilai Rf dari pita-pita yang nampak, kemudian diplotkan pada kurva standar log BM terhadap Rf protein standar. Jarak pergerakan pita dari tempat awal cm Jarak pergerakan pewarna dari tempat awal cm Rf =

e. Analisis Zimografi

Pita protein yang mempunyai aktivitas β-glukosidase diidentifikasi dengan menggunakan metode Parry et al. 2001. Setelah elektroforesis selesai, gel dilepas dari cetakan dan jarak migrasi bromofenol biru diukur dari batas atas gel pemisah. Gel untuk analisis zimografi terlebih dahulu dicuci dengan 50 mM bufer natrium asetat pH 4.0 yang mengandung 25 isopropanol selama 15 menit dan 2 kali dalam bufer yang sama tetapi tanpa mengandung isopropanol, masing-masing selama 30 menit. Gel kemudian diinkubasi dalam 0.5 mM MUG yang dilarutkan dalam 50 mM bufer natrium asetat pH 4.0 yang telah diencerkan 10 kali pada suhu 40 - 42 ºC selama 15 menit. Adanya aktivitas β-glukosidase dapat diketahui dengan melihat metilumbelliferon yang akan berpendar di bawah sinar UV. Identifikasi Isolat Kapang Identifikasi isolat kapang dilakukan oleh IPB Culture Collection di Laboratorium Mikologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB Bogor melalui pengamatan makroskopis dan mikroskopis Lampiran 10. Media yang digunakan untuk identifikasi adalah Malt Ekstrak Agar MEA Lampiran 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Kapang Secara Semi Kuantitatif Dari proses isolasi kapang yang ditumbuhkan pada medium agar Mandels Lampiran 4 yang mengandung 0.5 Sigmasel-20 didapat 22 jenis isolat kapang Tabel 4. Ke 22 jenis isolat kapang tersebut kemudian diuji kemampuannya untuk membentuk daerah hitam dalam medium Dubos yang mengandung 0.1 eskulin dan 0.05 Fe-NH 4 Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari ke 4, isolat-isolat kapang ini membentuk kisaran nisbah diameter daerah hitam terhadap diameter koloni antara 1.2 dan 2.9. Nisbah tertinggi dihasilkan oleh isolat TA 2A dan terendah oleh isolat RM 3D. Kemampuan isolat kapang membentuk daerah hitam disekitar koloni menunjukkan bahwa kapang tersebut menghasilkan enzim β-glukosidase yang mampu memutuskan ikatan β-1,4-glikosida pada struktur selulosa. Untuk diameter daerah hitam terbesar dihasilkan oleh isolat RM 3D, yaitu 3.15, dan terkecil oleh isolat TA 4A, yaitu 1.2. Berdasarkan hasil pengujian nisbah diameter daerah hitam terhadap diameter koloni dan diameter daerah hitam yang diperoleh, dipilih dua isolat dengan nisbah diameter daerah hitam terhadap diameter koloni yang tertinggi, yaitu TA 2A dan TA 3B, dan dua isolat dengan diameter daerah hitam yang terbesar; yaitu RM 2 dan RM 3D. Meskipun nilai nisbah diameter daerah hitam terhadap diameter koloni tinggi, namun belum tentu aktivitas enzimnya tinggi, begitu juga sebaliknya Ardiningsih 2002. Ke 4 isolat hasil seleksi ini kemudian diuji secara kuantitatif aktivitas enzim β-glukosidasenya. Selain ke 4 isolat hasil isolasi dari kayu yang menjadi sarang rayap tersebut, juga diamati 3 isolat kapang koleksi unggulan Balitnak, yaitu BS4, S11 dan SS240. Isolat BS4 Eupenicillium javanicum merupakan hasil isolasi Haryati 1997, S11 Penicillium nalgiovense Laxa merupakan hasil isolasi Nurbayti 2002 dari sarang rayap, sedangkan SS240 merupakan isolat mutan Penicillium nalgiovense S11 yang dihasilkan Sanjaya 2003. Beberapa isolat hasil penapisan disajikan pada Gambar 6. -sitrat pada suhu ruang dan kondisi aerob. Isolat-isolat kapang yang mempunyai aktivitas enzim β-glukosidase akan memotong eskulin menjadi eskuletin yang bila bereaksi dengan ion feri akan membentuk kompleks besi fenolat, yang ditandai dengan terbentuknya daerah hitam disekitar koloni. Tabel 4. Hasil penapisan isolat kapang Isolat Warna koloni Diameter cm Rasio Daerah hitam Koloni TA 2A TA 3B TA 5C LG 3C RM 6C RM 5B LG 3A TA 4B RM 1C RM 1A LG 3B TA 4A RM 5C TA 3A HJ A LG 1C TA 2B TA 1B TA 2A” RM 2 RM 2A RM 3D Hijau Hijau Putih Coklat kekuningan Abu-abu Putih Hijau keabuan Hijau keabuan Putih Hijau Coklat tua Putih kekuningan Putih Hijau keabuan Putih Merah jambu Putih Hijau keabuan Putih kekuningan Coklat Coklat kekuningan Hitam 2.00 2.03 1.84 2.30 1.83 2.33 1.80 1.33 2.20 2.00 1.80 1.20 1.30 2.10 1.90 2.60 2.50 2.07 2.70 3.14 2.93

3.15 0.70