PENINGKATAN KLOROFIL PLANTLET TEBU HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PUTRESINA

BAB V PENINGKATAN KLOROFIL PLANTLET TEBU HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PUTRESINA

ABSTRAK Pertumbuhan tebu hasil transformasi menunjukkan variasi kandungan klorofil berupa warna daun albino, kuning, hijau muda, hijau belang putih, dan hijau. Pembentukkan daun yang abnormal mengindikasikan kandungan klorofil yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan klorofil tanaman tebu hasil transformasi dengan menggunakan putresina. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL secara faktorial dengan 5 ulangan. Tiga kultivar tebu hasil transformasi yang digunakan adalah cv. Triton V1T, cv. PSJT 94-41 V2T, dan cv. PA 175 V3T sebagai faktor pertama, yang kemudian diperlakukan dengan pemberian putresina [0 x 10 –4 M P 1 ; 2,5 x 10 –4 M P 2 ; 5 x 10 –4 M P 3 ; 7,5 x 10 –4 M P 4 ; dan 10,0 x 10 –4 M putresina M P 5 ] sebagai faktor kedua. Data dianalisa dengan Duncan’s Multiple Range Test DMRT pada taraf 5 . Hasil penelitian menunjukan pemberian putresina 3.645 x 10 –4 M dapat meningkatkan kadar klorofil 3 kultivar tebu yang diuji. Peningkatan total klorofil berkisar 28 bila dibandingkan dengan tebu kontrol. Kata kunci: putresina, tebu, kadar klorofil. INCREASING OF CHLOROPHYLL CONTENT OF TRANSGENIC LINES USING OF PUTRESCINE ABSTRACT The growth of sugarcane transformed lines showing variation of chlorophyll content with the variaton of leaves colour such as albino, discloration, lack of chlorophyll in the particular spot of leaves. The abnormality leaves indicate that chloprophyll content is low. The objective of this research stage was: to increase of chlorophyll content of sugarcane transgenic line using putrescine. The study was conducted using factorial design with Randomized Completely Design, with 5 replicates. Three lines i.e: transformed line of cv. Triton V1T, transformed line of cv. PSJT 94-41 V2T as a first factor, and transformed line of cv. PA 175 V3T were treated with five levels of putrescine 0 x 10 –4 M P 1 ; 2,5 x 10 –4 M P 2 ; 5 x 10 –4 M P 3 ; 7,5 x 10 –4 M P 4 ; dan 10,0 x 10 –4 M putrescine M P 5 as a second factor. Data were analyzed by Duncan’s Multiple Range Test DMRT 5 . The result showed that 3.64 x 10 –4 M putrescine yielded a highest chlorophyll content of three lines tested, where the total chlorophyll content increased above 28 compare controll lines. Key words: putrescine, sugarcane, chlorophyll content. PENDAHULUAN Regeneran tebu yang ditransformasi gen fitase selama ini menghasilkan plantlet yang albino putih, kuning atau hijau muda. Demikian pula dengan regeneran tebu yang dilakukan oleh Pesik 2005 pada tebu cv. PSJT 9443 dengan menggunakan media R4 yang menggunakan IAA 1 mgl dan Dalapon 61 mgl dapat menginduksi pertumbuhan tunas dan daun transforman namun pertumbuhan albino masih terjadi. Ada dugaan para ahli bahwa pada daun tebu terdapat inhibitor dalam pembentukan klorofil Alexander 1973. Inhibitor yang paling aktif adalah asam klorogenik dan asam kafeik yang merupakan zat penghambat tumbuh endogen ZPTE. Wattimena 1988 menyatakan bahwa pembentukan ZPTE yang paling aktif terdapat pada jaringan yang berklorofil. Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas klorofil plantlet tebu hasil kultur jaringan. Pigmen klorofil sangat penting bagi tanaman guna menangkap cahaya untuk fotosintesis. Klorofil merupakan molekul asimetris yang berifat hidrofilik yang tersusun dari 4 cincin yang disebut dengan tetrapyral, dan antara cincin satu dengan lainnya terikat membentuk porpirin dengan ataom Mg sebagai inti. Berdasarkan hasil penelitian Dewi 2003, poliamina yang diberikan ke dalam media kultur dapat meningkatkan regenerasi kalus menjadi tanaman hijau pada antera tanaman padi. Poliamina merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peran poliamina pada kultur jaringan wortel dan antera jagung adalah menginduksi embrio somatik. Metabolisme poliamina melalui lintasan arginin dekarboksilase ADC yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan potensi embriogenik kalus pada kultur jaringan padi. Poliamina yang biasanya terdapat dalam tumbuhan adalah diamin- putresina, triamin-spermidina dan tetramin-spermina. Selanjutnya Dewi 2003 menyatakan bahwa jenis poliamina seperti putresina, spermina dan spermidina mampu meningkatkan kalus dan regenerasi kultur anther, namun putresina lebih efisien dibanding spermidina dan spermina. Pemberian 10 -3 M putresina pada media induksi kalus dan regenersi akan meningkatkan androgenesis pada antera padi sub spesies indica. Purwoko et al. 2000 melaporkan bahwa penambahan putresina 10 -3 M pada media induksi kalus dan regenerasi yang digunakan dalam kultur antera padi memberikan hasil induksi kalus dan regenerasi yang lebih baik. Hal sejalan juga dilakukan oleh Hanarida et al. 2002 yang menginduksi pembentukan kalus dan melakukan regenerasi kultur antera pada silangan padi tipe baru. Santos et al. 1996 menyatakan poliamina berperan dalam morfogenesis polen jagung secara in vitro, yang akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mikrospora serta regenerasi tanaman. Menurut Setijorini et al. 2001, poliamina mampu mencegah degradasi klorofil dan sebagai senyawa kompetitor dalam biosintesis etilen. Sintesis poliamina akan mampu menekan sintesis etilen karena adanya persaingan dalam pemakain substrat yang sama yaitu: S-adenosilmetionin SAM. Poliamina juga menghambat aktivitas enzim 1- aminosiklopropana-1-asam karboksilat ACC sintase yang mengkatalisis perubahan SAM ke ACC dan enzim ACC oksidase yang mengkatalisis konversi ACC ke etilen. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka sangatlah penting untuk dapat meningkatkan kadar klorofil plantlet tanaman tebu dengan pemberian putresina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan klorofil tanaman tebu hasil transformasi dengan menggunakan putresina. BAHAN DAN METODE Tebu transgenik yang digunakan sebagai bahan penelitian merupakan hasil sub kultur dari T 1 yang sama klon no. 15 untuk cv. Triton V1T 15 ; klon no. 11 cv. PSJT 9441 V2T 11 ; dan klon no. 27 untuk cv. PA 175 V3T 27 . Masing- masing T 1 tersebut disubkulturkan dan menghasilkan 20-40 plantlet per botol. Plantlet tebu transgenik dipilih yang memiliki penampilan seragam untuk masing- masing kultivar. Plantlet tersebut kemudian dipisahkan dan ditanam dalam media sesuai dengan perlakuan. Media yang digunakan adalah media pertunasan MS cair + 1 mg l -1 BAP + 0.1 mg l -1 kinetin dengan variasi penambahan putresina. Ruang kultur diatur dengan cahaya 2000 lux dan suhu 20 o C. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL secara faktorial. Faktor pertama adalah transgenik dari 3 kultivar tebu V yaitu: cv. Triton V1T; cv. PSJT 9441 V2T; dan cv. PA 175 V3T. Faktor ke-2 adalah variasi penambahan putresina P1 yang terdiri dari 5 taraf: 0 x 10 –4 M putresina P 1 ; 2,5 x 10 –4 M putresina P 2 ; 5 x 10 –4 M putresina P 3 ; 7,5 x 10 – 4 M putresina P 4 ; dan 10,0 x 10 –4 M putresina P 5 . Perlakuan diulang 5 kali. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf 5 , sejauh yang dapat dilakukan analisis Statistika. Data lainnya dianalisis dengan melakukan banding sederhana serta perhitungan secara persentase. Peubah yang diamati adalah: klorofil a, klorofil b, dan total klorofil pada plantlet tebu transgenik usia 4 minggu. Analisis kandungan klorofil dilakukan berdasarkan metode Wintermans, and De Mots 1965 yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil spektrofotometri pada λ 665 dan 649 nm yang didapat dikonversikan dengan rumus: Klorofil a = 13,7 x λ665 – 5,76 x λ649 = µg klorofil ml -1 Klorofil b = 25,8 x λ649 – 7,60 x λ665 = µg klorofil ml -1 Total klorofil = klorofil a + klorofil b. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama ini kalus yang ditransformasi dan kemudian diregenerasikan, cenderung untuk menghasilkan plantlet albino, kuning, atau hijau muda. Diduga penyebabnya adalah karena penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam proses transformasi misal: betadine yang terlalu berlebihan dalam proses mematikan Agrobacterium, sehingga kalusnya mengalami stress. Menurut Riva et al. 1999 transformasi secara langsung dapat menyebabkan trauma pada sel, dan rendahnya kemampuan diferensiasi sel yang disebabkan oleh variasi jumlah kopi transgen yang masuk ke dalam genom. Setelah dilakukan modifikasi, maka dapat diperoleh plantlet-plantlet hijau dari kalus hasil transformasi, walau dengan persentase yang tidak terlalu tinggi. Plantlet-plantlet hijau yang didapat dari penelitian ini merupakan hasil seleksi dari variasi-variasi warna plantlet secara morfologi mulai dari albino, kuning, hijau muda, hijau, hingga variegata. Karena keterbatasan materi, maka plantlet hijau normal sebagai bahan percobaan hanya digunakan untuk tebu cv. PSJT 94-41 dan PA 175, sedangkan untuk tebu cv. Triton digunakan plantlet berwarna hijau muda. Pengaruh pemberian putresina terhadap pembentukan klorofil plantlet tebu transgenik dapat dilihat pada Tabel 15-18 dan Gambar 26-32. Data penelitian memperlihatkan tidak terdapat interaksi antara konsentrasi putresina dengan kultivar tebu yang telah ditransformasi. Data pada Tabel 15 menunjukkan tidak ada pengaruh tebu transgenik dan interaksi antara pemberian beberapa konsentrasi putresina dengan tebu transgenik terhadap klorofil a, namun secara tunggal konsentrasi putresina berpengaruh nyata terhadap peubah tersebut. Ada hubungan kuadratik antara konsentrasi putresina dengan klorofil a. Gambar 26 menunjukkan pemberian putresina 3,64 x 10 –4 M merupakan konsentrasi yang terbaik untuk menghasilkan klorofil a. Semakin tinggi putresina yang diberikan, maka semakin tinggi klorofil a yang ditemukan pada plantlet tebu sampai dengan batas tertentu, kemudian klorofil a akan semakin menurun kadarnya bila pemberian putresina melebihi 3,64 x 10 –4 M. Tabel 15 Rata-rata pengaruh putresina terhadap klorofil a plantlet tebu . transgenik usia 4 minggu setelah tanam. cv. Triton V1T 15 cv. PSJT 94-41 V2T 26 cv. PA 175 V3T 27 Rataan putresina Klorofil a µg klorofil ml -1 0.00 x 10 –4 M putresina 0.272 0.377 0.364 0.338 b 2.50 x 10 –4 M putresina 0.333 0.491 0.427 0.417 a 5.00 x 10 –4 M putresina 0.339 0.482 0.456 0.426 a 7.50 x 10 –4 M putresina 0.321 0.486 0.487 0.431 a 10.0x 10 –4 M putresina 0.307 0.469 0.460 0.412 a Rataan kultivar 0.314 B 0.461 A 0.439 A Linear tn tn tn Kuadratik tn tn tn Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama, dan baris yang sama diikuti dengan huruf besar yang sama, masing-masing tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5 Gambar 26 Grafik pengaruh putresina terhadap klorofil a plantlet . tebu .. transgenik usia 4 minggu setelah tanam. y= 0.255 + 0.102x – 0.014 x 2 R 2 = 0.945 x max = 3.64; y max = 0.44 0 2.5 5 7.5 10 Konsentrasi putresina x 10 –4 M cv. Triton cv. PSJT 94-41 cv. PA 175 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 Klorofil a µ g ml -1 Data pada Tabel 16 menunjukkan tidak ada pengaruh tebu transgenik dan interaksi antara pemberian beberapa konsentrasi putresina dengan tebu transgenik terhadap klorofil b. Secara tunggal, pemberian putresina 7.50 x 10 –4 M menghasilkan kadar klorofil b tertinggi. Klorofil b terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian putresina. Tabel 16 Rata-rata pengaruh putresina terhadap klorofil b plantlet tebu . transgenik usia 4 minggu setelah tanam. cv. Triton V1T 15 cv. PSJT 94-41 V2T 26 cv. PA 175 V3T 27 Rataan putresina Klorofil b µg klorofil -1 0.00 x 10 –4 M putresina 0.330 0.284 0.253 0.289 c 2.50 x 10 –4 M putresina 0.345 0.339 0.294 0.326 bc 5.00 x 10 –4 M putresina 0.397 0.367 0.313 0.359 ab 7.50 x 10 –4 M putresina 0.357 0.406 0.349 0.370 a 10.0x 10 –4 M putresina 0.355 0.397 0.341 0.365 ab Rataan kultivar 0.357 0.359 0.310 Linear tn tn tn tn Kuadratik tn tn tn tn Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama, dan baris yang sama diikuti dengan huruf besar yang sama, masing-masing tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5 Klorofil a dan klorofil b berkorelasi positif terhadap peningkatan total klorofil tanaman tebu transgenik. Peningkatan klorofil tersebut secara kasat mata tidak terlalu berbeda, tetapi setelah dilakukan analisis klorofil tampak perbedaannya. Penampilan plantlet tebu transgenik dalam media MS yang diberi konsentrasi putresina berbeda dapat dilihat pada Gambar 27. Data pada Tabel 17 menunjukkan tidak ada pengaruh tebu transgenik dan interaksi antara pemberian beberapa konsentrasi putresina dengan tebu transgenik terhadap total klorofil. Secara tunggal pemberian putresina 2.50 - 10 x 10 –4 M mampu meningkatkan total klorofil bila dibandingkan tanpa pemberian putresina. Tabel 17 Rata-rata pengaruh putresina terhadap total klorofil plantlet tebu transgenik usia 4 minggu setelah tanam. cv. Triton V1T 15 cv. PSJT 94-41 V2T 26 cv. PA 175 V3T 27 Rataan putresina Total klorofil µg klorofilml 0.00 x 10 –4 M putresina 0.601 0.660 0.617 0.626 b 2.50 x 10 –4 M putresina 0.678 0.830 0.721 0.743 a 5.00 x 10 –4 M putresina 0.735 0.849 0.770 0.785 a 7.50 x 10 –4 M putresina 0.678 0.891 0.836 0.802 a 10.0x 10 –4 M putresina 0.662 0.866 0.735 0.754 a Rataan kultivar 0.671 B 0.819 A 0.736 AB Linear tn tn tn tn Kuadratik tn tn tn tn Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama, dan baris yang sama diikuti dengan huruf besar yang sama, masing-masing tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5 Secara tunggal, respon tebu transgenik cv. PSJT 94-41 terhadap pemberian putresina adalah yang terbaik untuk peubah total klorofil, tapi tidak berbeda nyata dengan dan cv. PA 175. Gambar 27 Penampilan plantlet tebu transgenik dalam media MS yang diberi . konsentrasi putresina berbeda usia 4 minggu setelah tanam. Keterangan: V1T = cv. tebu Triton transgenik V2T = cv. PSJT 9441 transgenik V3T = cv. PA 175 transgenik P 1 = 0.0 x 10 –4 M putresina kontrol P 2 = 2.5 x 10 –4 M putresina P 3 = 5.0 x 10 –4 M putresina P 4 = 7.5 x 10 –4 M putresina P 5 = 10.0 x 10 –4 M putresina P 1 V1T P 2 V1T P 3 V1T P 4 V1T P 5 V1T P 1 V2T P 2 V2T P 3 V2T P 4 V2T P 5 V2T P 1 V3T P 2 V3T P 3 V3T P 4 V3T P 5 V3T Hubungan antara total klorofil dengan klorofil a serta klorofil b pada tebu transgenik yang ditanam pada media yang diberi putresina dapat dilihat pada Gambar 28-29. Total klorofil didapat dengan menjumlahkan klorofil a dan klorofil b. Gambar 28 Hubungan antara total klorofil dengan klorofil a pada . tebu transgenik yang ditanam pada media yang diberi putresina usia 4 minggu setelah tanam. Berdasarkan persamaan pada Gambar 28, saat kadar klorofil a mencapai 0,66 µg klorofil ml -1 , akan memberikan kontribusi yang optimum terhadap total klorofil mencapai 0,9 µg klorofil ml -1 . Demikian juga pada Gambar 29, saat kadar klorofil b mencapai 0,59 µg klorofil ml -1 , akan memberikan kontribusi yang optimum terhadap total klorofil mencapai 0,9 µg klorofil ml -1 . Klorofil a µg ml -1 Total k lo rofi l µ g ml -1 Gambar 29 Hubungan antara total klorofil dengan klorofil b pada . tebu transgenik yang ditanam pada media yang diberi putresina usia 4 minggu setelah tanam. Gambaran diatas menunjukkan bahwa putresin berpengaruh positif terhadap pembentukan klorofil pada masing-masing plantlet transgenik tebu. Tebu transgenik cv. Triton memiliki total klorofil, klorofil a yang paling rendah, sedangkan klorofil b-nya paling tinggi. Kondisi sebaliknya terjadi pada tebu transgenik cv. PA 175 dan cv. PSJT 94-41. Hasil penelitian menunjukan pemberian putresina dapat meningkatkan kadar klorofil 3 kultivar tebu yang diuji. Peningkatan total klorofil berkisar 28 bila dibandingkan dengan tebu kontrol. Menurut Flores dan Protacio 1990, terdapat banyak peranan poliamina dalam sel tanaman. Poliamina terlibat saat tanaman mengalami stress ionik hingga pembentukkan akar, embriogenesis dan pembungaan. Poliamina ditemukan berkonjugasi untuk penyusunan dari senyawa fenol hingga asam nukleat. Pemberian putresina dalam penelitian ini telah berhasil meningkatkan total klorofil pada tebu transgenik. Putresina mampu mencegah degradasi klorofil dan sebagai senyawa kompetitor dalam biosintesis etilen. Sintesis poliamina akan menekan sintesis etilen karena persaingan dalam pemakain substrat yang sama Total k lorofil µ g ml -1 Klorofil b µg ml -1 yaitu: S-adenosilmetionin SAM Setijorini et al. 2001; Purwoko et al. 2004. Hal ini sejalan dengan pendapat Wattimena 2002 bahwa putresina dapat menghambat senesens pada jaringan tanaman tetapi tidak mempengaruhi respirasi. Selain itu, putresina berperan dalam pembelahan sel embriogenesis pada kultur in vitro, inisiasi akar, pembentukan tunas, respon terhadap stres dan meningkatkan kompleks poliribosome dan sintesis protein pada beberapa organisme, mendorong pembentukan klorofil dan bersinergi dengan auksin. Plantlet yang memiliki daun hijau normal memiliki penampilan lebih vigor bila dibandingkan dengan yang albino, kuning, dan hijau muda. Hal ini dikarenakan gugus amino dari poliamina yang bermutan positif bergabung dengan gugus fosfat yang bermutan negatif di DNA dan RNA dalam inti dan ribosom. Akibat penggabungan ini, poliamin meningkatkan transkripsi DNA dan translasi DNA. SIMPULAN 1 Pemberian putresina berpengaruh terhadap total klorofil, klorofil a, klorofil b, pada tebu transgenik. Pemberian putresina 7.50 x 10 –4 M putresina pada penelitian ini merupakan konsentrasi yang terbaik untuk menghasilkan total klorofil tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian 2,5 dan 10 x 10 –4 M putresina. Pembentukan klorofil a yang optimum adalah 6,4 x 10 –4 M putresina, untuk pembentukan klorofil b yang terbaik adalah pemberian 7.00 x 10 –4 M putresina. 2 Konsentrasi putresina yang optimum untuk meningkatkan klorofil plantlet semua kultivar tebu hasil transformasi cv. Triton, cv.PSJT 9441; dan cv. PA 175 adalah 3.64 x 10 –4 M.

BAB VI EKSPRESI GEN FITASE PADA BEBERAPA KULTIVAR TEBU HASIL TRANSFORMASI