Pengabdian Hal-hal Transendental Pendekatan Sosiologi Sastra

33 mempunyai tanda-tanda yang rasional bahwa sesuatu iotu tidak bakal terjadi Sulaeman, 1998:82. Besar kecilnya harapan ditentukan oleh kemampuan kepribadian seseorang untuk menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan besar kecilnya harapan tersebut. Jenis dan besarnya harapan orang yang mempunyai kepribadian kuat akan berbeda dengan orang yang berkepribadian lemah. kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif dan seefisien mungkin sehingga tidak merugikan dirinya atau orang lain untuk masa kini dan masa mendatang Sulaeman, 1998:82.

5. Pengabdian

Pengabdian berasal dari kata dasar abdi yang artinya hamba atau orang bawahan. Pengabdian berarti suatu proses, perbuatan, atau cara mengabdi Moeliono, 1990:1—2. Pengabdian merupakan perbuatan yang bertujuan untuk menghambakan diri, patuh, dan taat kepada sesuatu atau seseorang yang kita anggap lebih tinggi, bernilai, berharga, atau yang lebih kita pentingkan. pengabdian dapat diartikan pelaksanaan tugas dengan kesungguhan hati atau secara ikhlas atas dasar keyakinan atau perwujudan rasa cinta, kasih sayang, tanggung jawab, dan lain-lain Sulaeman, 1998:93. Pengabdian manusia dapat bermacam-macam, antara lain pengabdian terhadap keluarga, masyarakat, negara, Tuhan, dan lain-lain Sulaeman, 1998:93.

6. Hal-hal Transendental

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transendental berarti menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian, sukar dipahami, gaib, dan abstrak Moeliono, 1990:959. Hal-hal transendental adalah hal-hal di dalam diri manusia yang bersifat kerohanian, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya. 34 Kepercayaan terhadap Tuhan telah membantu memberi semangat manusia dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, menerima nasib yang tidak baik, bahkan berusaha mengatasi kesukaran-kesukaran yang banyak dan berusaha mengakhirinya Nottingham, 1994:4. Selain mempelajari hubungan karya sastra dengan masyarakatnya, sosiologi sastra juga meneliti bagaimana sastrawan memberi jawaban atau respon terhadap masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sezamannya. Yang dipersoalkan di sini adalah apakah sastrawan mengungkapkan kondisi sosial masyarakatnya tadi secara impresionis, diformulasikan dalam pendangan tertentu, atau bahkan memberi reaksi sebaliknya. Sastrawan memang mengambil bahan dari masyarakat. Namun, kondisi atau kultur masyarakat tersebut tidak selalu digambarkan seperti adanya. Ada pengarang yang hanya melukiskan apa yang dilihatnya, menyodorkan kenyataan dalam masyarakat tanpa memberi komentar atau sikap, tetapi ada juga pengarang yang memberikan reaksi keras terhadap kondisi masyarakatnya Sumardjo, 1982:18. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam setiap penelitian hal yang penting diperhatikan adalah metode, karena metode ini akan sangat menentukan hasil yang akan diperoleh. Tidak setiap metode dapat dipakai dan diterapkan dalam suatu penelitian, karena setiap penelitian ilmiah memerlukan metode tertentu yang sesuai dengan objek penelitiannya. Dengan metode yang telah disesuailan tersebut akan lebih mengarahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Hal ini dikarenakan realibilitas dan validitas dalam kesimpulan tidak mungkin dilepaskan dari metodologi yang digunakan untuk memecahkan persoalan Hadi, 1983: 18.

A. Objek Penelitian

Objek kajian dalam penelitian ini adalah unsur-unsur struktur yang membangun novel Tikungan dan problem dasar kehidupan masyarakat perkotaan yang meliputi maut, cinta, tragedi, harapan, pengabdian, dan hal-hal transendental yang terkandung dalam novel Tikungan karya Achmad Munif, terbitan Navila Yogyakarta tahun 2000, cetakan pertama setebal 303 halaman.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tikungan karya Achmad Munif, terbitan Navila Yogyakarta tahun 2000, cetakan pertama setebal 303 halaman.