STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA (Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang)

(1)

i

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUNAGRAHITA

(Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S -1)

Komunikasi

Hamidah 08220106

JURUSAN ILMU KOMUNIKSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Hamidah

NIM : 08220106

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita (Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

M. Himawan Sutanto, M.Si Nurudin, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Hamidah

NIM : 08220106

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita (Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan Dinyatakan LULUS Pada Hari : Kamis

Tanggal : 03 Mei 2012 Tempat : Ruang Dosen 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji

1) Abdulah Masmuh, Drs., M.Si Penguji I (...) 2) Widiya Yutanti, M.A Penguji II (...) 3) M. Himawan Sutanto, M.Si Penguji III (...)


(4)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1) Nama : Hamidah

2) NIM : 08220106

3) Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4) Jurusan : Ilmu Komunikasi

5) Konsentrasi : Public Relation

6) Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita (Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang)

7) Pembimbing : 1. M. Himawan Sutanto, M.Si 2. Nurudin, M.Si

8) Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

01-01-2012 Acc Judul

24-02-2012 Acc Proposal

29-02-2012 Seminar Proposal

07-03-2012 Acc.BAB I

07-03-2012 Acc.BAB II

11-04-2012 Dst

19-04-2012 Acc. Seluruh Naskah

Malang, 19 April 2012 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(5)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hamidah

Tempat, tanggal lahir : Serang, 11 Juni 1989 Nomor Induk Mahasiswa : 08220106

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi ) dengan judul:

Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita (Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 20 April 2012 Yang Menyatakan,


(6)

vi ABSTRAK

Hamidah, 08220106

Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Studi Kasus Pada SLB River Kids Malang

Pembimbing: M. Himawan Sutanto, M.Si dan Nurudin, M.Si (xvi+97+6 gambar+ 18 lampiran)

Bibliografi; 18 buku, 4 artikel

Kata Kunci: Strategi komunikasi guru, proses belajar mengajar tunagrahita, studi kasus

Anak tunagrahita mempunyai problem belajar yang lambat dalam proses belajar mengajar, mereka harus mendapatkan perhatian yang khusus oleh guru untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, akan tetapi guru harus bisa menguasai strategi dalam mengajar anak didiknya. Dalam definisi komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik) komunikasi dengan tatap muka dan dua arah sangat efektif untuk kelangsungan belajar, sehingga dapat langsung menerima umpan balik dari guru dan siswa. Komunikasi interpersonal memiliki ciri-ciri yaitu arus pesan dua arah, suasana informal, umpan balik segera, peserta berada dalam jarak yang dekat dan peserta komunikasi mengirim pesan secara simultan dan spontan baik secara verbal maupun non verbal.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskritif kualitatif, dimulai dengan wawancara mendalam dengan guru dan pengurus sekolah, observasi langsung kelapangan disaat proses belajar mengajar siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tunagrahita dan mengambil dokumentasi saat proses pembelajaran berlangsung untuk membuktikan keabsahan data yang diperoleh. Proses memperoleh data hasil wawancara data peneliti membuat langkah dengan mereduksi data merangkum memilih hal yang pokok, penyajian data dalam bentuk uraian singkat dan, penarikan kesimpulan data verifikasi makna-makna yang muncul dari data yang harus di uji kecocokannya. Data tersebut diambil dari beberapa sumber yang akurat, triangulasi sumber untuk kebenaran dan kejujuran dalam sebuah penelitian ini mengambil orangtua/wali murid.

Strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar ABK tunagrahita menggunakan system Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, Reward (TANDUR). Pembelajaran seperti ini sangat efektif untuk anak tunagrahita, karena salah satu upaya untuk melancarkan komunikasi lebih baik menggunakan pendekatan AIDDA A Attention (perhatian), I Interest (minat), D Desire (hasrat), D Decision (keputusan), A Action (kegiatan). Selain itu pesan yang disampaikan oleh guru bersifat tegas namun tidak kekerasan dengan fisik, seperti dalam komponen komunikasi interpersonal. Pesan merupakan hasil encoding, pesan adalah seperangkat symbol baik verbal maupun non verbal. Dalam aktivitas komunikasi pesan merupakan unsur yang sangat penting pesan itulah yang disampaikan komunikator untuk diterima dan diinterpretasikan oleh komunikan. Komunikasi akan efektif apabila komunikan menginterpretasi makna pesan sesuai


(7)

vii

yang diinginkan komunikator, setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu: kejelasan, ketepatan, konteks, alur, budaya.

Strategi komunikasi guru ABK tunagrahita SLB River Kids menyampaikan dengan cara interpersonal karena langsung terjadi feedback dengan cepat. Perkembangan bagi anak tunagrahita di dalam akademik maupun kemampuannya sesuai yang diharapkan orangtua siswa. Peneliti berharap penelitian ini bisa menjadi panduan bagi mahasiswa yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar ABK tunagrahita. Selain itu penelitian berharap memberikan manfaat bagi guru di sekolah-sekolah ABK yang didalamnya ada siswa tunagrahita.

Peneliti

Hamidah

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismallahaahir Rahmaanir Rahiim

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada M. Himawan Sutanto, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Nurudin, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta kedua orang tua, keluarga besar penulis, dan rekan-rekan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga, wajib saya berikan kepada:

1. Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si dan Bapak Nurudin, M.Si selaku dosen pembimbing, berkat arahan/petunjuk/bimbingan dari beliau sangat bermanfaat.

2. Bapak Farid Rusman Drs, M.Si Selaku Dosen Wali Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang


(9)

ix

3. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan Guru SLB River Kids yang sudah melancarkan penelitian saya disana mengenai Strategi Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita.

5. Buat kedua orang tua, Saya mutlak berterima kasih dan sekaligus meminta maaf kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan saya hingga perguruan tinggi. Saya menyadari, tanpa beliau berdua, mustahil saya bisa menjadi sekarang. Begitu banyak pengorbanan yang beliau berikan kepada saya, dari kecil hingga dewasa.

6. Kakak saya yang sudah membiayai saya sampai perguruan tinggi sehingga saya bisa menjadi Sarjana. Tanpa beliau saya tidak bisa seperti sekarang. 7. Buat teteh dan adik saya yang mensupport saya supaya cepat

menyelesaikan skripsi saya.

8. Buat keluarga besar saya yang sudah mendukung saya, mengucapkan banyak terimakasih untuk kalian semua.

9. Teman-teman yang telah banyak membantu saya baik satu jurusan maupun dalam hal yang lain.

10.Serta pihak-pihak yang telah banyak membantu saya yang tidak bisa disebutkan satu persatu . Kiranya Tuhan YME membalas kebaikan mereka.


(10)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan skripsi ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khusunya.

Malang,20 April 2012 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Persetujuan ii

Lembar Pengesahan iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi iv

Lembar Pernyataan Orisinalitas v

ABSTRAKSI vi

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

1. Manfaat Akademis 7

2. Manfaat Praktis 7

E. TINJAUAN PUSTAKA 7

E.1 Komunikasi Pendidikan 7

E.2 Strategi Komunikasi 8

E.3 Teori Dalam Strategi Komunikasi 9


(12)

xii

E.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal 13

E.6 Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal 15

E.7 Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal 18

E.8 Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran 20 E.9 Komunikasi Interpersonal Yang Efektif 23

E.10 Strategi Pembelajaran 23

E.11 Anak Berkkebutuhan Khusus 27

F. METODE PENELITIAN 28

F.1 Subyek Penelitian 28

F.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 29

F.3 Teknik Pengumpulan Data 29

F.4 Teknik Analisis Data 30

F.5 Uji Validitas Data 32

BAB II GAMBARAN UMUM SLB RIVER KIDS 34

A. Sejarah Berdirinya River Kids 34

B. Lokasi Penelitian 35

C. Visi dan Misi River Kids 35

D. Struktur Lembaga River Kids 36

E. Profil Guru ABK Tunagrahita River Kids 37

F. Ragam Kegiatan Siswa 41

G. Modalitas River Kids 42

H. Syarat-Syarat Menjadi Siswa River Kids 42


(13)

xiii

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN 44

A. Strategi Komunikasi

(Sebelum Memulai Proses Belajar Mengajar ABK Tunagrahita) 45

B. Strategi Komunikasi

(Teknik Dalam Mengelola Kelas ABK Tunagrahita 49 SLB River Kids Malang)

C. Strategi komunikasi

(Menciptakan Suasana Belajar Dikelas 57

Dengan Nyaman dan Bersemangat) D. Strategi Komunikasi

(Saat Siswa Tunagrahita Bermasalah Dikelas (Mental, Emosional, Merengek, Marah) Saat Proses Belajar Mengajar) 59 E. Kegiatan Strategi Komunikasi

(Guru Pada Siswa Berkebutuhan Khusus Tunagrahita saat proses belajar

mengajar di SLB River Kids) 64

E.1 Kegiatan Siswa Saat Di Dampingi Di Luar Kelas 66

E.2 Kegiatan Siswa Saat Di Dampingi Di Ruang Dukungan 67

E.3 Kegiatan Siswa Saat Di Dampingi Di Kelas 68

E.4 Kegiatan Siswa Tanpa Di Dampingi Guru 70

F. Strategi Komunikasi Pesan Guru Pada Siswa Tunagrahita 71 F.1. Penyampaian Pesan Secara Kontinyu Oleh Guru di Kelas 73

F.2. Terciptanya Kontak Mata Dengan Siswa 75 Karena Penyampaian Pesan Yang Baik Dari Komunikatornya


(14)

xiv G.Strategi Komunikasi Guru

(Menggunakan Media Pada Siswa Tunagrahita) 77 G.1. Penggunaan Handphon (HP)

Media Pembantu Pada Siswa ABK Tunagrahita 79 G.2. Komputer salah satu media pembantu

proses belajar ABK Tunagrahita 80

G.3. Media Yang Digunakan Berasal Dari Alat Keseharian 81 H. Strategi Komunikasi

Guru Pada ABK Tunagrahita di SLB River Kids Malang 82

J. Diskusi Konsep Penelitian 84

BAB IV PENUTUP 90

A. Kesimpulan 90

B. Saran 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRN


(15)

xv

DAFTAR TABEL


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi saat wawancara Lampiran 2. Draft Coding

Lampiran 3. Identitas Peneliti

LEMBAR REVISI


(18)

xviii

Judul skripsi : STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR ANAK TUNAGRAHITA

(STUDI KASUS SLB RIVER KIDS MALANG) Hari, Tanggal Ujian : Kamis, 03 Mei 2012

Nama Penguji : 1. Abdulah Masmuh, Drs, M.Si 2. Widiya Yutanti, M.A

3. Himawan Sutanto, M.Si 4.Nurudin, M.Si

Batas Akhir Revisi :

Penguji IV : Nurudin, M.Si

Bab Hal Catatan Tanggal ACC Parap

Disahkan pada : Dosen Punguji :


(19)

Daftar Pustaka

Amirin, Tatang M. (2009). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Bandung: ARMICO

AW, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Darmansyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara.

DeVito, J. A. 1989. The Interpersonal Communication Book. New York : Harper and Row Publishing.

Devito. J.A. (2007). Interpersonal Communication book. New York: Hunter College Of The City University Of New York.

Effendy, Onong Uchjana. (1981). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni Bandung.

Gordon Thomas, Mudjito M.A. (1984). Guru Yang Efektif. Jakarta: CV. Rajawali. Knowles, Malcolm S. (1970). The modern practicsof adult education, andragogy

versus. New York : Association Press.

Lestari G, Endang dan Maliki, MA. (2003). Komunikasi Yang Efektif. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. ( 2003). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Laiinnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS.

Pratikno, Riyono. (1987) Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.

Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(20)

Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Referensi Internet:

Dsusetyo. 2011. Pusat Anak Berkebutuhan Khusus.

http://pusatanakberkebutuhankhusus.wordpress.com pusat-anak-berkebutuhan-khusus.wordpress pada 22 Januari pukul 11.00 pm

Bns. 2010. Harian Joglo Semar. Berita Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. http://www.harianjoglosemar.com/berita/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-249000-orang-belum-tersentuh-10611.html Diakses Sabtu 21 Januari pukul 10.00

http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus#Tunagrahita Diakses Minggu 22 Januari pukul 12.00 pm

Anonim. 2012. Tes Menulis


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam pendidikan (Dsusetyo,2011).

Penanganan pendidikan yang diberikan sekolah dan orangtua bagi anak berkebutuhan khusus ini belum sesuai kekhususan yang dimiliki anak-anak. Di sisi lain, kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah juga belum berpihak untuk memperhatikan keterbatasan anak-anak berkebutuhan khusus, dan belum memfasilitasi kebutuhan anak-anak itu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Jika persoalan gangguan perilaku dan mental anak-anak berkebutuhan khusus dibiarkan dan tidak diperhatikan secara serius, bisa saja semakin banyak anak-anak Indonesia yang kelak berada dalam masalah serius. Data dari Dinas Luar Biasa Kementrian Pendidikan Nasional menyebutkan ABK di Indonesia mencapai sebanyak 324.000 orang, dari 324.000 ABK baru 75.000 anak yang baru bisa tersentuh, sedangkan sisanya sebanyak 249.000 belum


(22)

2

tersentuh pendidikan. Disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Luar Biasa Kementrian Nasional, dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) No 70 tahun 2009, tidak diperbolehkan adanya diskriminasi bagi ABK terkait masalah pendidikan (Bns dalam Koran JOGLOSEMAR,2010).

Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks di mana banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di antaranya adalah guru. Guru merupakan komponen pengajar yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar-mengajar sangat di tentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya.

Ketidak lancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru kepada muridnya. Proses komunikasi tersebut selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembanngan zaman dan majunya ilmu pengetahuan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar antar guru dengan siswa berkebutuhan khusus, maka diperlukan sebuah strategi komunikasi yang baik agar setiap stimuli yang diberikan bisa tercerna sehingga membentuk sebuah komunikasi yang interaktif, sebab komunikasi antara siswa normal dengan siswa abnormal (berkelainan) itu berbeda.


(23)

3

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi menjadi tiga kelas yakni tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Penerapan konsep pendidikan SLB yang mulai berkembang saat ini melalui pendidikan luar biasa, membawa perubahan konsep pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita.

Alasan peneliti mengambil penelitian anak berkebutuhan khusus tunagrahita karena menarik untuk diteliti. Strategi komunikasi guru untuk mengajar anak tunagrahita berbeda dengan proses belajar pada umumnya. Meskipun anak-anak tunagrahita memilki keterbatasan, namun tetap mereka adalah anak-anak yang sama seperti anak normal lainnya. Mereka juga ingin belajar seperti anak normal pada umumnya, hal ini karena eksistensi diri dari anak tunagrahita juga sama dengan anak normal. Oleh karena itu strategi komunikasi dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan untuk kelangsungan pendidikan bagi anak tunagrahita. Mereka butuh guru yang mempunyai keahlian yang khusus untuk menyampaikan materi pelajaran sesuai yag diharapkan, agar semua pesan yang disampaikan oleh guru dapat dimengerti dan diterima oleh siswa.

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problem tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu


(24)

4

mendapatkan perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs).

Mengalami problem dalam belajar, anak berkebutuhan khusus mempunyai hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing .

River Kids yang berada di daerah , Universitas Gajayana (UNIGA) No 41 Merjosari, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang merupakan sekolah untuk ABK. Mereka mendidik anak-anak berkebutuhan khusus, anak semi autis, dan Tunagrahita. Sekolah ini menggunakan sistem belajar full day. Setiap harinya, dimulai pukul 08.00 sampai dengan 12.00. Setelah itu, mulai pukul 13.30 sampai dengan 15.30 sekolah menyelenggarakan pusat terapis. Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, sekolah ini juga memperhatikan sebagaimana kebutuhan mereka masing-masing, setiap anak akan mendapatkan kurikulum yang berbeda. Dengan kurikulum yang adaptif dengan system yang berjenjang mereka akan diarahkan untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungannya dan mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Sumber: Brosur River Kids, 2003).

Sekolah ini dipilih untuk dijadikan objek penelitian karena sekolah ini unik untuk diteliti proses belajar mengajar dan kebijakan social yang ada di sekolah. Keunikan ini tercermin dalam konsep dan metode belajar mengajar


(25)

5

yang diterapkan di sekolah tersebut menggambarkan strategi komunikasi guru murid yang melibatkan hubungan kasih sayang di antara keduanya. Kepedulian terhadap anak-anak kebutuhan khusus tidak ada batasnya, SLB River Kids sangat peduli kepada anak ABK dari golongan yang kurang beruntung dengan biaya yang terjangkau. Oleh sebab itu peneliti mengambil penelitian di SLB River Kids. Karena seorang ABK tunagrahita walaupun tidak mempunyai biaya yang terjangkau tetapi mereka masih bisa bersekolah yang memiliki guru berkualitas dalam proses belajar mengajar yang mampu memberikan yang terbaik untuk anak didiknya.

Sebelumnya, peneliti telah membandingkan sekolah tersebut dengan beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Malang. Akan tetapi, peneliti lebih tertarik untuk meneliti di SLB River Kids karena hubungan interpersonal yang terjalin antara guru dan anak berkebutuhan khusus sangatlah dekat satu sama lain padahal guru di sekolah tersebut hanya beberapa yang mengenyam pendidikan tentang anak berkebutuhan khusus. Disamping itu, kegiatan belajar mengajar di River Kids lebih variatif untuk merangsang kemampuan sosialiasasi anak berkebutuha khusus (ABK).

Kondisi mental siswa yang begitu beragam dan memerlukan banyak perhatian di River Kids, maka akan banyak terdapat kendala komunikatif dalam sistem instruksional yang dihadapi. Dengan demikian kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan anak didiknya memegang peranan yang sangat penting. Saat penelitian berlangsung penulis juga melakukan observasi dalam


(26)

6

kegiatan belajar mengajar di River Kids sehingga data-data penelitian dapat dikumpulkan dengan mudah.

Model pembelajaran terhadap siswa berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh guru di sekolah, di tujukan agar siswa mampu berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi ini meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari- hari dan kompetensi akademik. Dalam Skripsi ini akan dibahas mengenai ”Strategi Komunikasi Guru dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Komunikasi Guru dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita di SLB River Kids”.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana Strategi Komunikasi Guru dalam Proses Belajar Mengajar Anak Berkebutuhan Tunagrahita Khusus di SLB River Kids.


(27)

7 D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa kajian ilmiah terhadap perkembangan dan pendalaman studi Ilmu Komunikasi, khususnya kajian strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar anak berkebutuhan khusus tunagrahita.

2. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk komunikator dalam proses belajar mengajar anak berkebutuhan tunagrahita khusus bagi guru di sekolah.

E.TINJAUAN PUSTAKA

E.1. KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya. Bahkan sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Di dalam pelaksanaan pendidikan formal (pendidikan melalui sekolah), suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefisien mungkin, dan mengatur jalannya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain.


(28)

8

Dalam strategi komunikasi guru, pengaturan waktu dan persiapan materi belajar mengajar akan berpengaruh pada kondisi kelas dan akan terlihat strategi komunikasi apa yang digunakan oleh guru tersebut. Interaksi antara guru dengan murid siswa sekolah dasar erat kaitannya dengan konsep pedagogik. Menurut Knowles (1970: 37). Pedagogik adalah sebuah seni dan ilmu pengetahuan tentang bagaimana mengajar anak-anak. Pada konsep pedagogik tersebut, peserta didik masih bergantung kepada gurunya, biasanya masih menggunakan seragam sesuai tingkat usia dan kurikulum, dan pemberian pujian, hadiah, dan hukuman sebagai sumber motivasi belajar mereka.

Proses pendidikan berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa untuk mengantarkannya agar dapat hidup mandiri, agar dapat menjadi dirinya sendiri. Salah satu penunjang efektifitas proses belajar mengajar adalah strategi komunikasi yang digunakan oleh guru kepada siswa.

E2 . STRATEGI KOMUNIKASI

Menurut (Onong Uchjana Effendi: 1981) dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :

“Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis


(29)

9

harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi” (1981 : 84).

Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku „Strategi Komunikasi‟ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat (Arifin, 1984 :10) .

E.3. Teori Dalam Strategi Komunikasi

Dalam hal strategi dalam bidang apa pun tentu harus didukung dengan teori. Begitu juga pada strategi komunikasi harus didukung dengan teori, dengan teori merupakan pengetahuan mendasar pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena teori merupakan suatu statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari beberapa statement yang menghubungkan (mengkorelasikan) suatu statement yang satu dengan statement lainnya.

Dari sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika Serikat yang bernama Harold D. Lasswell (Dalam buku Effendy, 1981 Dimensi-Dimensi Komunikasi) yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk


(30)

10

menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? (siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”. Kalau diuraikan Formula Lasswell tersebut dapat dilihat pada skema yang digambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl sebagai berikut (Effendy, 1981):

Gambar: 1.1 Formula Lasswell

Sumber: Effendy:1981

Telaah komunikator meliputi analisis hal-hal sebagai berikut :

Sejauhmana si komunikator mempunyai percaya diri (self confident). Dikarenakan dalam Komunikasi Interpersonal ciri/karakteristiknya yang pertama dimulai dari diri sendiri maka komunikator harus percaya pada kemampuannya sendiri untuk melakukan relasi Komunikasi Interpersonal. Bagian dari peraya diri pada komunikator adalah penguasaan meteri/pengetahuan yang mendalam tentang hah-hal dari isi pesan yang akan di-reciever-kan (disampaikan).


(31)

11

Sejauh mana komunikator mengendalikan transaksional, yaitu ketika bertemu dan berkenalan dengan komunikan maka komunikator sudah mempunyai persepsi mengenai identitas dan kepribadian komunikan. Untuk selanjutnya maka komunikator harus tetap mengendalikan identitas dan kepribadian komunikan seperti semula. Memelihara relasi, yaitu memelihara hubungan dengan komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap memperhatikan pandangan pada wajah komunikan.

Formula dari Lasswell tersebut termasuk dalam katagori model-model dasar dalam stretegi komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang proses komunikasi.

Formula Laswell menunjukkan kecenderungan-kecenderungan awal model-model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai “receiver” (penerima) dan karenanya komunikasi harus semata -mata dianggap sebagai proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada efeknya.

Formula Lasswell tersebut mengandung banyak keterkaitan dengan teori-teori lain seperti diungkapkan oleh Melvin L . De Fleur yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku „Dimensi-dimensi Komunikasi‟, salah satunya Individual Differences Theory, bahwa khalayak sebagai komunikan secara selektif psikologis memperhatikan suatu pesan komunikasi jika berkaitan dengan kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan nilai-nilainya.


(32)

12

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Salah satu upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik mempergunakan pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action Procedure) dengan lima langkah yang disingkat AIDDA (Effendy:1981 Dimensi-Dimensi Komunikasi).

A Attention (perhatian) I Interest (minat)

D Desire (hasrat) D Decision (keputusan) A Action (kegiatan)

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi. Setelah perhatian muncul kemudian


(33)

13

diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator (Effendy: 1981).

E.4. Komunikasi Interpersonal

Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat diterima semua pihak. Sebagaimana konsep-konsep dalam ilmu sosial lainya. Komunikasi interpersonal menurut Trenholm dan Jensen (1995:26) dalam (Suranto, 2011:03) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah: (a) spontan dan informal; (c) saling menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel. Spontan dan informal dalam menyampaikan pesan kepada komunikan supaya menerima feedback dengan cepat dan partisipan fleksibel dalam menerima pesan .

Menurut DeVito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok orang dan efek umpan balik yang langsung.

E.5. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Menurut DeVito, ada lima tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang saat melakukan komunikasi interpersonal: (DeVito,2007)


(34)

14 a. To Learn (untuk belajar)

Komunikasi interpersonal memberikan kemampuan pada seseorang untuk memehami dunia luar dengan lebih baik dan membantu orang tersebut untuk mempelajari dirinya sendiri. Melalui pembicaraan mengenai diri sendiri dengan orang lain, seseorang memperoleh masukan berharga tentang perasaan, pemikiran dan perilakunya (DeVito,2007) .

Melalui komunikasi ini, seseorang juga belajar mengenai bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya-siapa yang menyukainya dan mengapa. b. To Lerate (untuk berhubungan)

Salah satu kebutuhan terbesar manusia adalah membangun dan membina hubungan. Seseorang ingin merasa dicintai dan disukai, dan sebagai gantinya seseorang ingin mencintai dan menyukai orang lain (DeVito,2007).

Hubungan macam ini membantu mengurangi kesepian dan depresi, memampukan seseorang untuk berbagi dan menambah kebahagiaan, dan secara umum membuat seseorang merasa lebih positif terhadap dirinya.

c. ToInfluence (untuk mempengaruhi)

Seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain melalui kegiatan interpesonal. Sebagian besar waktu seseorang bisa saja dihabiskan untuk melakukan persuasi interpesonal. Beberapa peneliti beragumentasi bahwa semua komunikasi bersifat persuasive dan semua kegiatan komunikasi dilakukan untuk mencapai tujuan persuasiveseperti contoh :

Untuk mempresentasikan diri seseorang berkomunikasi untuk membangun gambar diri sesuai yang ia inginkan, untuk membangun hubungan, seseorang berkomunikasi untuk membentuk hubungan yang ia butuhkan (DeVito,2007).


(35)

15 d. ToPlay (untuk bermain)

Berbicara dengan teman mengenai aktivitas akhir minggu, berdiskusi mengenai olahraga atau kencan bercerita tentang suatu kisah atau lelucon, dan berbicara secara umum untuk menghabiskan waktu merupakan beberapa fungsi dan tujuan bermain (DeVito,2007).

Tujuan ini memberikan keseimbangan dalam aktivitas seseorang dengan menjauhkan pikiran dari segala keseriusan.

e. ToHelp (untuk menolong)

Setiap orang berinteraksi untuk menolong dalam kegiatan sehari-hari: seseorang menasehati temannya yang sedang patah hati, menasehati murid lain mengenai pelajaran yang harus diambil, atau memberikan nasehat kepada seorang kolega berkaitan dengan pekerjaan .(DeVito,2007).

Sukses dalam fungsi ini, baik secara proffesional atau tidak, tergantung pada pengetahuan dan keahlian komunikasi interpersonalseseorang.

E.6. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut (Suranto, 2011:7) terdapat komponen-komponen komunikasi yang secara integratif saling berperan sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri meliputi:

1. Sumber/Komunikator

Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain (Suranto, 2011:7).

2. Encoding

Suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal maupun non-verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran kedalam simbol-simbol, kata-kata dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya (Suranto, 2011:7).


(36)

16 3. Pesan

Hasil dari encoding, pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Komunikasi akan efektif apabila komunikan menginterpretasi makna pesan sesuai yang diinginkan oleh komunikator (Suranto, 2011:7).

4. Saluran

Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum (Suranto,2011:7). Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka. misalnya seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain, namun kedua orang tersebut berada pada tempat yang berjauhan, sehingga digunakanlah saluran komunikasi agar keinginan penyampaian informasi tersebut dapat terlaksana. Prinsipnya, sepanjang masih dimungkinkan untuk dilaksanakan komunikasi secara tatap muka, maka komunikasi interpersonaltatap muka akan lebih efektif.

5. Penerima/komunikan

Seorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima pesan bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik (Suranto, 2011:7).

6. Decoding

Merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna (Suranto, 2011:7).

Proses dimana indera menangkap rangsangan, misalnya telinga mendengar suara atau bunyi, mata melihat objek, dan sebagainya. Proses


(37)

17

sensasi dilanjutkan dengan persepsi, yaitu proses member makna atau decoding.

7. Respon

Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapa terhadap pesan (Suranto, 2011:7).

Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negative. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negative apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.

8. Gangguan (noise)

Ganguan atau noise berada atau barier beraneka ragam untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis (Suranto, 2011:7).

Noise dapat terjadi didalam komponen-komponen maupun dari system komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan phsikis.

9. Konteks Komunikasi

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan (Suranto, 2011:7).

Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma sosial, norma pergaulan, etika, tata karma, dan sebagainya. Agar komunikasi interpersonal dapat berjalan secara efektif, maka masalah


(38)

18

komunikasi ini kiranya perlu menjadi perhatian. Pihak komunikator dan komunikan perlu mempertimbangkan konteks komunikasi ini.

E.7. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan menurut (Suranto, 2011;14) ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain: arus pesan dua arah, suasana informal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

1. Arus pesan dua arah, komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah (Suranto, 2011;14).

Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat.

2. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Dengan demikian, apabila komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di sebuah instansi (Suranto, 2011;14).

3. Umpan balik segera. Oleh karena itu komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera (Suranto, 2011;14).

4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang


(39)

19

menuntut agar peserta komunikasi berada pada jarak yang dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis (Suranto, 2011;14). 5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan

dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatkan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan (Suranto, 2011;14).

E.8. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran

Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif (Endang Lestari G: 2003) yaitu :

a. Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

b. Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.


(40)

20 c. Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d. Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap

e. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi (Endang Lestari G : 2003).

Menurut (Endang Lestari G, 2003) dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi yang Efektif” ada dua model proses komunikasi, yaitu :

a. Model linier

Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk menggambarkan


(41)

21

sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in wich channel, to whom, dan with what effect.

a. Model sirkuler

Model ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak penerima pesan.

Menurut (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “thecommunicationis in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :

a. Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan b. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti

c. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan

d. Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan

e. Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.


(42)

22

Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi (Riyono Pratikno : 1987).

Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini (Riyono Pratikno : 1987).

E.9. Komunikasi interpersonal yang efektif

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan


(43)

23

ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan antarperibadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,2003) dalam (Suranto, 2011:77-78). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu: (1) pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator; (2) ditindak lanjuti dengan perbuatan secara suka rela, (3) meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi (Suranto, 2011: 77-78). Pesan yag disampaikan kepada penerima pesan harus bisa dipahami, karena hal ini bisa di tindak lanjuti dengan tindakan seseorang dengan sikap suka rela. Setelah itu terjadilah hubungan antarpribadi antara komunikan dan komunikator.

E.10 . Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan pembelajaran diarahkan pada berbagai komponen yang disebut system pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut, menurut (AECT: 1977) dalam buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Darmansyah: 2010) adalah pesan, orang, material, peralatan, teknik dan setting. Oleh karena itu, strategi pembelajaran merupakan bagian terpenting dari komponen teknik dan


(44)

24

metode dalam suatu system pembelajaran (Abizar: 1995) dalam buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Darmansyah: 2010).

Pendapat yang lebih spesifik tentang strategi pembelajaran dinyatakan oleh (Romiszowski :1981) dalam buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Darmansyah: 2010) strategi adalah berbagai titik pandang dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan seiring dengan pendapat diatas Reigeluth (1983) dalam (Darmansyah: 2010), juga menyatakan konsep yang tidak jauh berbeda, bahwa strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dengan demikian, strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran.

Sedangkan (Clark, Abizar:1995) dalam buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Darmansyah: 2010) tidak terlalu menekankan perbedaan antara metode dan strategi. Artinya, antara metode dan strategi dapat diartikan sama saja, karena itu dalam banyak tulisannya Clark menggunakan istilah metode untuk menyatakan strategi. Abizar (1995) dalam (Darmansyah: 2010) menyatakan bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dengan tujuan utama agar pemerolehan pengetahuan oleh siswa lebih optimal.

Rumusan lebih jelas dapat dilihat dalam Depdiknas (2003) dalam (Darmansyah: 2010) yang merumuskan strategi pembelajaran sebagai cara


(45)

25

pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran menjadi efektif. Artinya, rumusan yang dibuat Depdiknas lebih spesifik dengan tujuan yang jelas, yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Berkaitan dengan pentingnya peran guru dalam merancang strategi pembelajaran diatas, Manullang (2004) dalam (Darmansyah: 2010) menyatakan bahwa kemampuan guru untuk merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sasaran merupakan bagian dari profesionalitasnya sebagai pendidik.

Guru yang memiliki sikap professional sebagai pendidik akan selalu dirindukan oleh siswanya. Lebih lanjut Manulang menambahkan bahwa guru professional mampu membangun hubungan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bersemangat, sehingga pembelajarannya memberi kepuasaan (satisfaction), kebahagiaan (happiness) dan kebanggaan (dignities) (Darmansyah: 2010).

(Flowers:2001) dalam buku Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Darmansyah: 2010) mengartikan strategi dengan tujuan pembelajaran agar pelajaran yang diajarkan guru menjadi menarik, dinikmati siswa, dan berhasil secara efektif. Friedman, Hersyey, Linda, and Amoo (2002) dalam (Darmansyah: 2010) lebih spesifik menjelaskan bahwa untuk membuat pembelajaran menjadi efektif, guru dapat menempuh berbagai strategi termasuk menggunakan humor dalam pembelajaran. ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif. Reigeluth (1983) dalam (Darmansyah: 2010) membagi strategi


(46)

26

pembelajaran menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah cara pandang, pola ber pikir, dan arah berbuat yang diambil guru dalam memilih strategi pembelajaran yang memungkinkan efektifnya pembelajaran. Dengan demikian, strategi pembelajaran dalam buku ini strategi pengorganisasian, penyampaian dan pengelolaan berbagai sumber belajar yang dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan berhasil secara efektif.

Oleh karena itu, pentingngya untuk guru ABK mengetahui strategi komunikasi proses belajar mengajar di dalam kelas. untuk mempermudah guru dalam mengajar ABK. Selain itu dapat terciptanya komunikasi yang efektif dalam belajar mengajar dikelas.

E.11. Anak Berkebutuhan Khusus

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi menjadi tiga kelas yakni tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat.

1. Tunagrahita Ringan

Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik


(47)

27

mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.

2. Tunagrahita Sedang

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.

3. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita berat(Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khususTunagr ahita).

F. METODE PENELITIAN

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu ditujukan untuk dapat memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan atau membuat prediksi (Rakmat, 2009;24). Penelitian


(48)

28

deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar anak berkebutuhan khusus tunagrahita di SLB River Kids Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pengamatan atau observasi, wawancara dan penelaahan dokumen sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian.

F.1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah “Sesuatu hal baik makhluk hidup, sebuah benda atau sebuah lembaga ( instansi ) yang sifat dan keadaannya akan diteliti, dengan kata lain subyek penelitian adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian” ( Tatang M : 2009 ).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dengan berbagai macam kriteria yaitu:

1. Sudah lama mengajar disekolah tersebut minimal satu tahun. 2. Pengurus sekolah SLB River Kids.

3. Pendidikan guru minimal D1.

Dalam pengambilan subyek penelitian tersebut peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu untuk mengetahui guru yang memenuhi kriteria yang akan dijadikan sebagai objek dalam penelitian kemudian dari pra survey tersebut didapat enam orang objek yang akan diteliti.


(49)

29 F.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah River Kids yang berada di Perumahan Universitas Gajayana (UNIGA) No 41, Joyo Grand Merjosari, Kecamatan Lowokwaru Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2012-selesai. Apabila data yang diinginkan peneliti telah memenuhi maka peneliti menganggap penelitian tersebut telah selesai.

F.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut; a. Wawancara mendalam

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Para pengajar dan pengurus ABK River Kids untuk mendapatkan data Primer dari subyek peneliti, data primer merupakan data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus, dengan cara wawancara mendalam yang berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian. Peneliti memilih Para Guru dan pengurus sekolah karena mereka yang mengetahui dan paling memahami, dan berinteraksi tiap hari dengan para murid.

Menurut (Sugiyono, 2005 :73), tujuan dari wawancara mendalam ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam


(50)

30

proses wawancara, penulis perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Pawito, 2008: 74).

b. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, Menggunakan teknik observasi partisipatif (Sugiyono, 2011 :227). Observasi partisipatif adalah keterlibatan peneliti dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut berpartisipasi apa yang dikerjakan oleh sumber data. Saat penelitian Peneliti ikut serta dalam proses belajar mengajar sampai penelitian ini selesai dilakukan. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan terhadap guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus di sekolah River Kids.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau yang telah dibuat oleh pihak lain. Teknik ini digunakan untuk mendokumentasikan daerah, kegiatan penelitian sehingga memperkuat data yang telah diperoleh, dan sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji keabsahan data.

F.4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, atau bahan


(51)

31

lainnya sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Moleong, 2003 :3). Penganalisaan data hasil penelitian ini memakai metode analisa deskriptif kualitatif yang menunjukkan berbagai fakta yang ada dan dilihat selama penelitian berlangsung. Analisis data deskriptif dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan sesuai, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Moleong, 2003 :4). Beberapa langkah teknis dalam menganalisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut, seperti dijelaskan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011 : 247-252) berikut ini;

a. Reduksi data: berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya agar memberikan gambaran yang jelas. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian data: setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Peneliti akan melakukan focus penelitian yaitu bagaimana strategi komunikasi proses belajar mengajar guru pada siswa ABK berdasarkan teori-teori yang relevan.


(52)

32

c. Penarikan kesimpulan : setelah melakukan penyajian data, kegiatan selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan data dan verifikasi makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kecocokannya. Analisis dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dilapangan dengan tinjauan teori yang berhubungan dengan focus penelitian. Kemudian setelah dilakukan analisis, maka peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar. F.5. Uji Validitas Data

Validitas adalah kebenaran dan kejujuran dalam sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan. Untuk mengurangi bias yang melekat pada suatu metode dan memudahkan melihat keluasan penjelasan yang peneliti berikan, maka penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Mulyana, 2004: 178). Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber.

1. Triangulasi metode dilakukan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Misalnya data diperloeh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi (Sugiyono, 2011:274). Dalam hal ini peneliti akan membandingkan hasil wawancara dengan observasi.


(53)

33

2. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Pawito, 2008 : 127), dalam hal ini, peneliti akan membandingkan hasil pengamatan atau observasi lapangan dengan wawancara yang dilakukan kepada orangtua/wali murid.

Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai strategi komunikasi guru pada anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan data yang dianalisis, kemudian dihasilkan suatu kesimpulan untuk selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data tersebut.


(1)

deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar anak berkebutuhan khusus tunagrahita di SLB River Kids Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pengamatan atau observasi, wawancara dan penelaahan dokumen sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian.

F.1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah “Sesuatu hal baik makhluk hidup, sebuah benda atau sebuah lembaga ( instansi ) yang sifat dan keadaannya akan diteliti, dengan kata lain subyek penelitian adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian” ( Tatang M : 2009 ).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dengan berbagai macam kriteria yaitu:

1. Sudah lama mengajar disekolah tersebut minimal satu tahun. 2. Pengurus sekolah SLB River Kids.

3. Pendidikan guru minimal D1.

Dalam pengambilan subyek penelitian tersebut peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu untuk mengetahui guru yang memenuhi kriteria yang akan dijadikan sebagai objek dalam penelitian kemudian dari pra survey tersebut didapat enam orang objek yang akan diteliti.


(2)

F.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah River Kids yang berada di Perumahan Universitas Gajayana (UNIGA) No 41, Joyo Grand Merjosari, Kecamatan Lowokwaru Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2012-selesai. Apabila data yang diinginkan peneliti telah memenuhi maka peneliti menganggap penelitian tersebut telah selesai.

F.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut; a. Wawancara mendalam

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Para pengajar dan pengurus ABK River Kids untuk mendapatkan data Primer dari subyek peneliti, data primer merupakan data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus, dengan cara wawancara mendalam yang berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian. Peneliti memilih Para Guru dan pengurus sekolah karena mereka yang mengetahui dan paling memahami, dan berinteraksi tiap hari dengan para murid.

Menurut (Sugiyono, 2005 :73), tujuan dari wawancara mendalam ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam


(3)

proses wawancara, penulis perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Pawito, 2008: 74).

b. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, Menggunakan teknik observasi partisipatif (Sugiyono, 2011 :227). Observasi partisipatif adalah keterlibatan peneliti dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut berpartisipasi apa yang dikerjakan oleh sumber data. Saat penelitian Peneliti ikut serta dalam proses belajar mengajar sampai penelitian ini selesai dilakukan. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan terhadap guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus di sekolah River Kids.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau yang telah dibuat oleh pihak lain. Teknik ini digunakan untuk mendokumentasikan daerah, kegiatan penelitian sehingga memperkuat data yang telah diperoleh, dan sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji keabsahan data.

F.4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, atau bahan


(4)

lainnya sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Moleong, 2003 :3). Penganalisaan data hasil penelitian ini memakai metode analisa deskriptif kualitatif yang menunjukkan berbagai fakta yang ada dan dilihat selama penelitian berlangsung. Analisis data deskriptif dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan sesuai, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Moleong, 2003 :4). Beberapa langkah teknis dalam menganalisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut, seperti dijelaskan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011 : 247-252) berikut ini;

a. Reduksi data: berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya agar memberikan gambaran yang jelas. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian data: setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Peneliti akan melakukan focus penelitian yaitu bagaimana strategi komunikasi proses belajar mengajar guru pada siswa ABK berdasarkan teori-teori yang relevan.


(5)

c. Penarikan kesimpulan : setelah melakukan penyajian data, kegiatan selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan data dan verifikasi makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kecocokannya. Analisis dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dilapangan dengan tinjauan teori yang berhubungan dengan focus penelitian. Kemudian setelah dilakukan analisis, maka peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai strategi komunikasi guru dalam proses belajar mengajar. F.5. Uji Validitas Data

Validitas adalah kebenaran dan kejujuran dalam sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan. Untuk mengurangi bias yang melekat pada suatu metode dan memudahkan melihat keluasan penjelasan yang peneliti berikan, maka penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Mulyana, 2004: 178). Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber.

1. Triangulasi metode dilakukan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Misalnya data diperloeh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi (Sugiyono, 2011:274). Dalam hal ini peneliti akan membandingkan hasil wawancara dengan observasi.


(6)

2. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Pawito, 2008 : 127), dalam hal ini, peneliti akan membandingkan hasil pengamatan atau observasi lapangan dengan wawancara yang dilakukan kepada orangtua/wali murid.

Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai strategi komunikasi guru pada anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan data yang dianalisis, kemudian dihasilkan suatu kesimpulan untuk selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber data tersebut.


Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DENGAN SISWA PENYANDANG TUNAGRAHITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (Studi Kasus Pada SLB-C1. D Bina Asih Bondowoso)

2 20 18

TEKNIK KOMUNIKASI GURU DALAM MEMBENTUK PERILAKU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Studi Pada Guru Kelas Tunagrahita di Sekolah Dasar Luar Biasa Bhakti Luhur Malang

0 5 26

Pembangunan Aplikasi Multimedia Interaktif Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita,Tunarungu) Berbasis Dekstop (Studi Kasus SLB Negeri 1 Karawang)

0 6 59

Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dengan Anak Tunagrahita (Studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB C Merpati)

0 11 117

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 15

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 2 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 38

PENUTUP IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 61

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU PADA SISWA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INKLUSI STUDI KASUS KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU PADA SISWA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DAL.

0 1 2

STRATEGI COPING PADA GURU SLB DALAM MENGHADAPI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Fitria Linayaningsih

0 0 13