Kalimantan mencapai 15 tontahun. Dengan semakin meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang maka diperkirakan permintaan keripik
nangka dari distributor yang selama ini memiliki fokus pemasaran ke luar kota Semarang juga meningkat.
2. Pengembangan  areal  pertokoan  pusat  penjualan  oleh-oleh  di  sepanjang  jalan
Pandanaran. Areal  pertokoan  di  sepanjang  jalan  Pandanaran  pada  tahun  2010  telah
meningkat menjadi 12 buah. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jika diasumsikan volume pasar keripik nangka di kota Semarang meningkat dua kali lipat pada masa mendatang menjadi 44 tontahun dan persentase pangsa pasarnya sebesar
15, maka jumlah pangsa pasar yang mungkin dapat diraih sebanyak 6,6 tontahun.
B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI
1. Analisis Bahan Baku
a. Mutu bahan baku
Mutu  bahan  baku  merupakan  aspek  penting  yang  harus  diperhatikan  karena  mutu suatu produk pangan bergantung pada mutu input bahan bakunya. Mutu bahan baku yang
baik akan menghasilkan produk pangan yang baik pula jika proses pengolahan dilakukan dengan baik dan benar.
Mutu produk keripik nangka dipengaruhi oleh tingkat kematangan bahan baku. Pada studi  kelayakan  ini  bahan  baku  yang  akan  digunakan  adalah  buah  nangka  Artocarpus
heterophylus Lamk segar yang telahmenjelang matang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pada umumnya buah nangka yang telah matang memiliki aroma yang cukup kuat
dan  rasa  yang  manis.  Menurut  Rukmanan  2008,  buah  nangka  yang  telah  matang ditandai  dengan  durinya  yang  jarang  dan  bila  dipukul-pukul  dengan  benda  keras  akan
menimbulkan  suara  yang  menggema  serta  timbul  aroma  khas.  Menurut  Taqi  1994, tingkat  kematangan  buah  nangka  dapat  mempengaruhi  mutu  warna  dan  rasa  keripik
nangka  yang  dihasilkan.  Nangka  yang  terlalu  tua  memiliki  kadar  gula  yang  tinggi sehingga  jika  digoreng  akan  menyebabkan  warna  produk  akhir  menjadi  lebih  gelap
dibandingkan nangka  yang  masih  muda.  Sedangkan  nangka  yang terlalu  muda  memiliki tekstur  keras  dan  rasanya  tidak  manis  sehingga  jika  digoreng  menjadi  keripik  nangka
akan menghasilkan produk yang bermutu rendah baik dari segi cita rasa maupun tekstur. Selain  itu  tingkat  penyerapan  minyak  pada  proses  penggorengan  nangka  muda  lebih
tinggi  daripada  nangka  yang  telah  matang  sehingga  produk  keripik  nangka  lebih  mudah mengalami ketengikan.
Hasil  wawancara  dengan  pemilik  usaha  keripik  nangka  Tafied  Rona  Chips, produsen keripik nangka di Kabupaten Kendal, bahwa mutu buah nangka diklasifikasikan
menjadi empat golongan seperti yang tersaji pada tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi mutu buah nangka
Kriteria Golongan
KW I KW II
KW III KW IV
Rasa Manis
Manis Manistawar
Manistawar Warna
Kuningkuning keputihan
Kuningkuning keputihan
Kuningkuning keputihan
Kuningkuning keputihan
Ukuran Besar
Sedang Kecilsedang
Kecil Ketebalan
daging buah
1-1,5 cm 1-1,5 cm
1 cm 1 cm
Dari tabel di atas, golongan buah yang memenuhi syarat yang baik untuk dijadikan keripik nangka adalah golongan KW I dan KW II. Perbedaan buah nangka KW I dan KW
II adalah dalam hal ukuran. Ukuran buah merupakan aspek mutu yang perlu diperhatikan karena  proses  penggorengan  dapat  mempengaruhi  mutu  ukuran  keripik  nangka  yang
dihasilkan.  Proses  pengolahan  keripik  nangka  penggorengan  vakum  dapat mengakibatkan penyusutan ukuran buah karena adanya proses perpindahan air dari dalam
daging buah  ke luar daging buah. Penggorengan bahan baku  yang berukuran besar akan menghasilkan produk keripik nangka  dengan besar ukuran yang ideal tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil serta penampakannya lebih  menarik daripada keripik nangka yang dihasilkan dari bahan baku denagn ukuran lebih kecil.
Berdasar  hasil  pengamatan  dan  wawancara  dengan  Dinas  Pertanian  Kabupaten Semarang, pedagang nangka di pasar Bandungan, pasar Ambarawa,  serta pemilik usaha
keripik nangka Tafied Rona Chips, varietas nangka lokal yang banyak dijumpai di daerah kabupaten  Semarang  sebagian  besar  tergolong  KW  I  dan  KW  II.  Buah  nangka  yang
banyak  dijumpai  di  kabupaten  Semarang  mempunyai  ciri-ciri  berwarna  kuning  dengan panjang  7,5-15  cm,  ketebalan  daging  buah  1-1,5  cm,  dan  kering  kandungan  air  relatif
sedikit,  serta  memiliki  rasa  manis.  Namun  demikian,  ada  sebagian  kecil  buah  nangka yang tergolong KW III dan KW IV. Buah nangka KW I dan KW II secara umum dapat
dijumpai di setiap wilayah kecamatan di kabupaten Semarang.
Mutu  buah  nangka  di  Kabupaten  Semarang  lebih  baik  dibandingkan  dengan  mutu buah  nangka  di  beberapa  daerah  sentra  nangka  lainnya  seperti  Kota  Malang  dan
Kabupaten Batang. Menurut informasi yang diperoleh dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, bahan baku keripik nangka di kota Malang sebagian besar termasuk
golongan KW III dan IV. Total bahan baku dengan mutu KW III dan KW IV jumlahnya mencapai  60    dari  total  bahan  baku  yang  digunakan  oleh  seluruh  industri  keripik
nangka  di  kota  Malang.  Sedangkan  mutu  buah  nangka  di  kabupaten  Batang  sebagian besar tergolong KW III. Kelemahan mutu buah nangka di kabupaten Batang adalah kulit
daging  buahnya  tipis.  Keunggulan  mutu  bahan  baku  buah  nangka  yang  berada  di kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa daerah ini berpotensi untuk menjadi  sentra
penghasil keripik nangka yang bermutu dan unggul di masa mendatang.
b. Ketersediaan bahan baku
Kabupaten  Semarang  merupakan  sentra  penghasil  nangka  yang  cukup  besar.  Data yang  diperoleh  dari  Dinas  Pertanian  kabupaten  Semarang  pada  tahun  2007-2008
lampiran 5 dan 6  menunjukkan bahwa setiap kecamatan di daerah ini memiliki banyak pohon  nangka  dengan  tingkat  produktivitas    yang  berbeda    antara  kecamatan  yang  satu
dengan  kecamatan  lainnya.  Jumlah  pohon  nangka  produktif  pada  tahun  2006  mencapai 71.964  pohon.  Total  panen  buah  nangka  di  kabupaten  Semarang  pada  tahun  2007
mencapai  13.690  kwintal.  Total  panen  buah  nangka  pada  tahun  berikutnya    meningkat menjadi 17.593 kwintal Lampiran 4 dan 5.
Informasi  yang  didapat  dari  hasil  wawancara  dengan  beberapa  pedagang  di  pasar Ambarawa dan pasar Bandungan  menunjukkan bahwa  konsumen utama buah  nangka di
wilayah  kabupaten  Semarang  selama  ini  adalah  masyarakat  umum.  Berdasar  hasil wawancara  dengan  dinas  Perindustrian  kabupaten  Semarang  pada  tahun  2010,  diketahui
bahwa  di  kabupaten  Semarang  belum  ada  industri  besar  pengolahan  keripik  nangka. Menurut  pengumpul  buah  di  pasar  Ambarawa,  buah  nangka  yang  paling  banyak
permintaannya  adalah  yang  bermutu  KW  III  dan  KW  IV.  Industri  yang  menyerap  buah tersebut adalah industri kecil keripik nangka di kota Salatiga dan industri wingko babat di
kota  Semarang.    Gambar  5  menunjukkan  grafik  ketersediaan  buah  nangka  pada  tahun 2007 dan 2008 yang disajikan setiap triwulan.
Buah  nangka  pada  umumnya  mengalami  penurunan  jumlah  produksi  secara  drastis pada triwulan ke 2 bulan April-Juni setiap tahunnya. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa
bahan  baku  mengalami  puncak  produksi  pada  triwulan  ke  4  bulan  September- Desember,  sedangkan  ketika  memasuki  periode  triwulan  ke  2,  bahan  baku  mulai
mengalami  kelangkaan  di  pasar  karena  jumlah  produksi  pada  saat  tersebut  mengalami banyak  penurunan.Kenyataan  di  lapangan  mengindikasikan  bahwa  pada  triwulan  ke  2
buah  nangka  sangat  sulit  didapatkan.  Pedagang  dan  pengumpul  buah  tidak  bisa
memenuhi  permintaan  konsumen  pada  saat  itu.  Grafik  ketersediaan  bahan  baku  buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Ketersediaan Buah Nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007- 2008
Menurut  petani  nangka  di  kabupaten  Semarang,  pohon  nangka  di  kabupaten Semarang rata-rata memiliki umur 20-25 tahun. Pohon nangka masih mampu mengalami
peningkatan produksi hingga mencapai puncaknya berumur 35 tahun. Ketika umur pohon menuju  masa  puncak  produksi  diperkirakan  jumlah  produksi  buah  mampu  meningkat
menjadi beberapa kali lipat. Dari gambar 5 terlihat bahwa Pada triwulan ke 4 tahun 2008, produksi  nangka  mengalami  peningkatan  produksi  secara  drastis  dibandingkan  pada
triwulan 4 di tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pohon nangka sedang mengalami proses peningkatan menuju puncak produksi.
Berdasarkan  informasi  yang  didapat  dari  dinas  Pertanian  Kabupaten  Semarang menunjukkan  bahwa  jumlah  populasi  pohon  nangka  mengalami  peningkatan  setiap
tahunnya.  Pada  tahun  2007  dan  2008,  penambahan  penanaman  pohon  tercatat  masing- masing  sebanyak  882  pohon  dan  767  pohon  lampiran  5  dan  6.  Penambahan  populasi
pohon  tersebut terjadi secara alami dan buatan. Penambahan secara alami terjadi ketika biji nangka terjatuh di tanah  kemudian tumbuh  menjadi pohon  yang besar. Penambahan
pohon  secara  buatan  dilakukan  oleh  penduduk  setempat  yang  sengaja  menanam  pohon nnagka di halaman rumah atau pekarangan kosong.
Data  yang  diperoleh  dari  dinas  Pertanian  Kabupaten  Semarang  pada  tahun  2006 menunjukkan  bahwa  pohon  nangka  yang  belum  menghasilkan  buah  tercatat  sebanyak
19.076 pohon. Umur pohon-pohon tersebut belum memasuki usia produktif. Diperkirakan pada beberapa tahun mendatang pohon tersebut sudah dapat diandalkan untuk menyuplai
bahan baku industri.
Menurut  hasil  wawancara  dengan  Dinas  Pertanian  Kabupaten  Semarang,  sebanyak 70  produksi  buah    nangka  pada  tahun  2008  12.315,1  kw  merupakan  hasil  produksi
pohon  nangka  yang  berasal  dari  biji  rata-rata  usia  20-25  tahun.  Dengan  masa  usia produktif  pohon  nangka  yang  dimulai  pada  tahun  ke  10  serta  diperkirakan  jumlah
produksi  buah  nangka  mulai  menurun  ketika  usia  pohon  mencapai  50  tahun,    maka diperkirakan  produksi  buah  nangka  di  kabupaten  Semarang  masih  mencukupi  untuk
kebutuhan industri antara 25-30 tahun mendatang.
c. Tata Niaga Bahan Baku
Buah  nangka  di  kabupaten  Semarang  banyak  dibudidayakan  oleh  masyarakat setempat. Selama ini  sebagian besar produksi buah  nangka di kabupaten ini berasal dari
masyarakat setempat. Para pengumpul buah mengumpulkan buah  nangka dari tiap pohon yang  dimiliki  warga  di  sana  kemudian  disalurkan    lagi  ke  pedagang  atau    konsumen
4708 1218
2013 5751
6798 2017
5336 12424
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Jumla h
Ba ha
n ba
k u
Kwint a
l
2007                                                               2008
langsung.  Hasil  wawancara  dengan  salah  seorang  warga  di  kecamatan  Bergas menunjukkan  bahwa  ada  sebagian  buah  nangka  milik  penduduk  yang  tidak  terdistribusi
hingga  ke  pasar  baik  pada  masa  panen  raya  maupun  pada  bulan-bulan  biasa.    Hal  itu diduga karena jumlah permintaan buah nangka lebih kecil dari jumlah ketersediaan buah
nangka.  Selain  itu  para  pengumpul  buah  juga  memiliki  keterbatasan  dalam mengumpulkan  buah  dikarenakan  hingga  saat  ini  belum  ada  masyarakat  atau  pihak  lain
yang mengelola kebun nangka dalam skala besar sehingga selama ini sebagian besar buah nangka  merupakan  hasil  pengumpulan  dari  rumah  ke  rumah.  Pengeluaran  biaya  yang
tidak  efektif  untuk  mengumpulkan  buah  berpotensi  menghambat  aliran  tata  niaga  buah nangka dari petanipemilik pohon nangka  hingga ke konsumen.
Peran  pengumpul  buah  nangka  sangat  penting  untuk  menunjang  efektivitas pengumpulan  bahan  baku  bagi  industri.  Dengan  bekerja  sama  dengan  para  pengumpul
bahan  baku,  maka  industri  dapat  menghemat  waktu  dan  biaya  sehingga  proses  produksi nantinya dapat berjalan dengan lebih efektif. Untuk memaksimalkan pengumpulan bahan
baku,  hubungan  kerja  sama  sebaiknya  dilakukan  dengan  pengumpul  buah  di  setiap kecamatan.  Efektivitas  pengumpulan  bahan  baku  juga  akan  lebih  baik  jika  industri
bekerja  sama  dengan  kelompok  tani  untuk  mengantisipasi  keterbatasan  kinerja pengumpul  dalam  memasok  bahan  baku.  Tata  niaga  buah  nangka  dapat  dilihat  pada
gambar 6.
Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang Harga  buah  nangka  dalam  setahun  cenderung  mengalami  fluktuasi  tergantung  oleh
besarnya jumlah produksi buah.  Pada masa panen raya  yang terjadi pada periode bulan November  hingga  Januari,  jumlah  produksi  buah  nangka  mengalami  peningkatan  lebih
banyak  dibandingkan  dengan  bulan-bulan  lainnya.  Pada  masa  ini  harga  buah  nangka mengalami penurunan harga secara drastis. Sebagai gambaran, pada tahun 2009, harga di
tingkat pengumpulpetani sudah termasuk biaya transportasi bahan baku hanya berkisar rata-rata  Rp  4.000,00kg.  Buah  nangka  mengalami  penurunan  jumlah  produksi  setelah
masa panen raya yaitu pada bulan Maret hingga Mei. Pada saat itu buah nangka harganya mulai  merangkak  naik  hingga  menjadi  rata-rata  Rp    20.000,00kg  pada  bulan  Mei.
Peningkatan harga tersebut sangat drastis karena buah nangka pada masa-masa itu mulai
Petani   Pemilik pohon nangka
Pengumpul Buah Nangka Pedagang buah nangka
Konsumen
jarang  ditemui  sehingga  hukum  penawaran  ekonomi  berlaku.  Pada  bulan  Juni  hingga Agustus  harga  buah  ini  mengalami  penurunan  secara  bertahap  hingga  menjadi  rata-rata
Rp 6.000,00kg. Harga tersebut masih menurun kembali secara bertahap  hingga  menjadi rata-rata Rp 4.500,00kg pada bulan Oktober. Kisaran perubahan harga buah buah nangka
dalam setahun di tingkat pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2009
2. Lokasi Industri
Lokasi  industri  pengolahan  keripik  nangka  ditetapkan  di  kabupaten  Semarang. Beberapa  kecamatan  di  kabupaten  Semarang  yang  dijadikan  alternatif  lokasi  industri
adalah kecamatan yang memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi seperti terlihat pada tabel  9.  Pemilihan  lokasi  industri  yang  dekat  dengan  bahan  baku  dimaksudkan  untuk
meminimumkan  biaya  transportasi  bahan  baku.  Kedekatan  lokasi  industri  dengan  bahan baku juga dapat meminimalkan penurunan mutu bahan baku akibat benturan dan gesekan
yang  terjadi  selama  pengangkutan.  Selain  itu  seluruh  alternatif  lokasi  industri  juga memiliki jarak yang dekat dengan pasar.
Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka Kecamatan
Letak Jarak dengan
bahan baku dan pasar
Kemiringan lahan
Rata-rata jumlah produksi
nangkatahun Kw Bergas
Pinggir kota Dekat
0-8 1.963,5
Tengaran Pinggir kota
Dekat 0-8
1.941 Sumowono
Pinggir kota Dekat
8-40 2.856,5
Ungaran Barat Pusat kota
Dekat 0-8
2.114 Ungaran Timur
Pusat kota Dekat
0-8 1.593
Sumber : Dinas Pertanian kabupaten Semarang Menurut Gastya 2009, pada tahun 2015, diprediksi perbandingan jumlah penduduk
kabupaten Semarang yang tinggal di kota dengan di desa sebanyak 60 berbanding 40, sehingga  pendirian  pabrik-pabrik,  gudang-gudang,  dan  piranti  pendukungnya  harus
dipindah ke pinggiran kota. Pemilihan  lokasi  industri  di  area  pinggiran  kota  sub  urban  juga  disebabkan
beberapa  pertimbangan  diantaranya  adalah  sudah  tercukupinya  daya  listrik  PLN,  sarana jalan dan transportasi cukup baik, serta harga tanah relatif murah.
Diantara  enam  kecamatan  yang  dijadikan  sebagai  alternatif  lokasi  industri  terdapat empat  kecamatan  yang  memenuhi  persyaratan  tata  kota  yaitu  kecamatan  Bergas,
Tengaran,  dan  Sumowono.  Diantara  kecamatan  tersebut  ditentukan  kecamatan  Bergas sebagai  lokasi  industri  karena  daerah  tersebut  memiliki  kemiringan  lahan  yang  sesuai
untuk bangunan industri serta memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi.
5000 10000
15000 20000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Rupiahkg
3. Sistem Produksi
Dewasa ini teknologi pembuatan keripik nangka di Indonesia telah ada dan tersebar ke masyarakat industri terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Teknologi ini pertama
kali  dikembangkan  oleh  peneliti  dari  Universitas  Brawijaya  Malang  sejak  tahun  1993. Vacuum fryer terbaru hasil penelitian staf pengajar Universitas Brawijaya Malang adalah
vacuum  fryer  tipe    horizontal.  Sistem  pemvakuman  mesin  vacuum  fryer  tipe  horizontal menggunakan  water  jet.  Untuk  memvakumkan  ruang  penggorengan,  ejector  menghisap
uap  air  dalam  tabung  penggoreng  sehingga  menghasilkan  efek  sedotan  vakum  dalam tabung penggoreng. Uap air yang terhisap kemudian didinginkan di dalam kondensor.
Pada  prinsipnya  pembuatan  keripik  nangka  dilakukan  dengan  menggoreng  buah nangka  segar  dengan  vacuum  fryer  selama  kurang  lebih  55-90  menit  untuk  kapasitas
produksi  8-12  kg.  Proses  pemvakuman  akan  mengakibatkan  penurunan  tekanan  pada ruang penggoreng sehingga titik didih air menurun. Hal ini menyebabkan kandungan air
di  dalam  bahan  baku  dapat  dikurangi  pada  suhu  di  bawah  100 C.  Proses  pengeringan
bahan  pada  suhu  yang  relatif  rendah  ini  dapat  mempertahankan  mutu  rasa,  warna,  dan aroma buah yang digoreng.
Saat  ini,  vacuum  fryer  juga  telah  diaplikasikan  untuk  membuat  keripik  buah  yang lain  seperti  keripik  salak,  apel,  nanas,  dan  sebagainya.  Keripik  salak  kini  telah  menjadi
produk  unggulan  di  kabupaten  Sleman.  Sedangkan  keripik  apel  sudah  populer  terlebih dahulu di kota Malang.
Teknologi  vacuum  fryer  tipe  horizontal  banyak  diaplikasikan  oleh  produsen  mesin pembuat  keripik  buah  sehingga  mesin  jenis  ini  telah  banyak  dijumpai  di  pasaran.
Produsen yang menjual vacuum fryer tipe horizontal diantaranya adalah  P.T. Agrowindo Sukses Abadi dan C.V. Agrindo Cipta Mandiri. Kedua produsen tersebut berasal dari kota
Malang.
P.T. Agrowindo Sukses Abadi memproduksi vacuum fryer tipe PV-2, sedangkan C. V.  Agrindo  Cipta  Mandiri  memproduksi  tipe  VFC-10,  dengan  spesifikasi  teknis  dan
harga seperti tercantum pada tabel 10. Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer
No Kriteria
Jenis Mesin VF-8
VFC-10 PV-2
1. Kapasitas kg masukan
proses 9
12 10
2 Lama proses menit
60-90 55-75
55-75 3
Bahan bakar LPG
LPG LPG
4 Volume minyak goreng
liter 80
`104 80
5 Kebutuhan LPG
Kgjam 0,3-0,75
0,6-0,7 0,3-0,35
6 Kebutuhan daya watt
1300 2600
1500 7
Dimensi total  cm³ 182 x 122 x 135
244 x 125 x 125 182 x 122 x 135
8 Harga  Rp
26.750.000 38.750.000
26.750.000 Berdasarkan pertimbangan keunggulan  waktu proses yang lebih singkat, kebutuhan
LPGjam,  serta  harga,  pada  studi  akan  digunakan  mesin  tipe  PV-2  produksi  P.T. Agrowindo  Sukses  Abadi.    Penggantian  minyak  goreng  pada  mesin  ini  dapat  dilakukan
setiap  130  kali  proses  karena  proses  pemvakuman  ruang  penggoreng  dapat  mencegah kerusakan  minyak  goreng  yang  disebabkan  oleh  proses  oksidasi  udara.  Mesin  vacuum
fryer tipe PV-2 dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2
Pada proses penggorengan vakum keripik nangka, dari 10 kg daging buah nangka segar diperoleh keripik nangka sebanyak 2 kg. Neraca bahan keripik nangka dapat dilihat
pada gambar 9.
Gambar 9. Neraca bahan keripik nangka Tahapan proses pembuatan keripik nangka adalah sebagai berikut :
1. Proses Penanganan Bahan Baku a.
Sortasi Proses  sortasi  merupakan  salah  satu  proses    penting  yang
menentukan  mutu  akhir  produk.  Syarat  daging  buah  nangka  yang  baik untuk  bahan  baku  adalah    buah  nangka  harus  berukuran  besar,  berwarna
kuning cerah,  serta tidak terlalu  keras dan tidak terlalu  lembek. Menurut Rukmana  2008,  ciri-ciri  fisik  luar  buah  nangka  yang  layak  dijadikan
keripik  nangka  adalah  bila  kulitnya  ditepuk-tepuk  maka  buah  tersebut berbunyi  nyaring  berat.  Buah  nangka  yang  tidak  terlalu  tua  dan  tidak
terlalu muda biasanya berumur 7 bulan setelah pembungaan atau 1 bulan sebelum  matang.  Proses  sortasi  memerlukan  koordinasi  dan  kerjasama
dengan para pengumpul buah nangka agar perusahaan bisa  mendapatkan buah nangka yang sesuai dengan mutu yang telah dipersyaratkan.
b. Pencucian kulit dan pemisahan daging buah dari kulit
Pada  proses  ini,  buah  nangka  dicuci  terlebih  dahulu  dengan  air sebelum  kulit  buah  dibelah.  Pencucian  dilakukan  untuk  menghilangkan
kotoran  yang  menempel  pada  kulit  buah.  Proses  pencucian  dapat mengurangi jumlah mikroba sehingga dapat meminimalisasi kotoran yang
menempel  pada  pisau  yang  digunakan  untuk  membelah  kulit  .    pada Buah Nangka
31,25 kg Daging buah
nangka 10 kg Keripik nangka
2 kg Biji
Air
Kulit
Dami Penggorengan
vakum
Minyak goreng
umumnya pisau tersebut mengalami kontak dengan sebagian daging buah nangka.  Proses  selanjutnya  adalah  pemisahan  daging  buah  dengan  kulit
buah  untuk  mengeluarkan  nyamplungnya   buah  nangka  yang  berisi  satu biji  dan membuang kulit serta daminya rongga yang berisi nyamplung
ke  tempat  penampungan  limbah.  Seluruh  pisau  yang  digunakan  dalam proses ini disterelisasi menggunakan alkohol.
c. Pemisahan biji dan pembelahan
Bagian  buah  nangka  yang  diperlukan  dalam  pembuatan  keripik nangka  hanya  daging  buahnya,  sehingga  biji  nangka  dan  selaput  yang
menyelimutinya  harus  dipisahkan  .  biji  nangka  dikeluarkan  dari  daging buah  dengan  cara  membelah  daging  buah  tersebut  menjadi  dua  bagian.
Pisau  yang  digunakan  sebelumnya  disterilisasi  terlebih  dahulu menggunakan alkohol.
d. Penimbangan daging buah
Pada proses ini, daging buah nangka yang telah diiris dimasukkan ke dalam  baskom  stainless  steel  yang  telah  dicuci  bersih  lalu  ditimbang
seberat  10  kg.  Jarak  waktu  tiap  batch  antara  proses  penanganan  bahan baku  mulai  pemisahan  kulit  nangka  dari  daging  buah,  pemisahan  biji,
pembelahan,  dan  penimbangan  dengan  waktu  penggorengan  tidak  boleh terlalu  lama  karena  jika  bahan  baku  yang  telah  siap  digoreng  memiliki
jarak  waktu  yang  lama  untuk  digoreng  maka  bahan  baku  dimungkinkan dapat  mengalami  penurunan  mutu.  Penurunan  mutu  tersebut  diantaranya
adalah  jumlah  load  mikroba  semakin  meningkat  serta  terjadi  pelunakan pada bahan baku.
2.  Penggorengan dan penirisan a.  Penggorengan
Penggorengan  dilakukan  menggunakan  vacuum  fryer.  Bahan  yang digoreng  seluruhnya  terendam  dalam  minyak  goreng  deep  fat  frying.
Dengan  deep  fat  frying  dapat  diperoleh  hasil  yang  lezat  dengan  flavor yang  enak  dan  mengurangi  kadar  air  makanan  sehingg  memperpanjang
umur  simpan.  Selain  itu  dengan  cara  penggorengan  tersebut,  dapat menghasilkan  bahan  makanan  dengan  sifat  renyah  crispying.    Minyak
goreng  yang  digunakan  adalah  minyak  goreng  kemasan  karena  mutu minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Mutu
minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk dalam hal unur simpan.
b. Penirisan Keripik  nangka  yang  telah  digoreng  kemudian  ditiriskan
menggunakan  spinner.  Fungsi  penirisan  adalah  menghilangkan  sebagian minyak  yang  masih  tersisa  pada  keripik  nangka  setelah  proses
penggorengan.
3. Proses penimbangan dan pengemasan produk
a. Penimbangan dan pengemasan produk
Keripik  nangka  yang  telah  ditiriskan  kemudian  ditimbang  seberat 100  gr  dan  selanjutnya  dikemas  dalam  kemasan  plastik  PP  ukuran  08
mikron.    Pengisian  keripik  ke  dalam  kemasan  dilakukan  secara  manual. Kemasan  yang  digunakan  untuk  keripik  nangka  ini  adalah  plastik
transparan PP dengan ukuran ketebalan 08.
b. Penggudangan
Dalam perencanaan
industri keripik
nangka, aktivitas
penggudangan  dilakukan  seminimal  mugkin  agar  produk  tidak mengalami penurunan mutu karena tersimpan lama di gudang.
Dalam kegiatan proses produksi keripik nangka, selain menggunakan vacuum fryer sebagai alat penggorengan juga dibutuhkan peralatan penunjang lainnya. Daftar peralatan
lain  yang  diperlukan  untuk  menunjang  kegiatan  proses  produksi  keripik  nangka  dapat dilihat pada lampiran 9.
4. Kebutuhan Bangunan dan Lahan
Berdasarkan  pengamatan  pada  perusahaan  keripik  nangka  Tafied  Rona  Chips  di kabupaten  Kendal,  bangunan  untuk  industri  keripik  nangka  yang  dibutuhkan  adalah
bangunan  permanen  seluas  35  m².  Dengan  mempertimbangkan  perkembangan  usaha  di masa mendatang maka dibutuhkan lahan seluas 105 m².
5. Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk  menjalankan  usaha  industri  keripik  nangka  dengan  kapasitas  produksi  5 kgbatch,  menurut  pengamatan  pada  perusahaan  keripik  nangka  Tafied  Rona  Chips.
diperlukan  sebanyak  4  orang  termasuk  manajemen  perusahaan.  Jika  dilakukan  produksi sebanyak 20 kgbatch per hari, maka dibutuhkan tambahan tenaga menjadi 11 orang.
Tabel 11. Kebutuhan tenaga kerja industri pengolahan keripik nangka Jabatanfungsi
Jumlah  orang Gajiorangbulan Rp
Manajer 1
1.800.000 Penanganan bahan baku
4 950.000
Operator Vacuum fryer 2
950.000 Pengemasan
4 950.000
Jumlah 11
-
C. Aspek Finansial