Filosofi Folkloric Cara Pengambilan Sumber Ide

ditail dari suatu ide yang akan dipakai. Suatu kreasi tidak terpancang dari syarat-syarat tertentu yang baku, hanya saja sumber ide yang diambil jelas terlihat pada disain dan pembuatan busana sehingga orang yang melihat disain kita akan menggali sumber ide tersebut. “Setiap orang akan mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap suatu sumber ide, tergantung dimana segi penglihatannya. Oleh karena itu, dengan sumber ide yang sama akan menghasilkan karya yang berbeda” Sri Widarwati, 1995 : 58 . Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa cara pengambilan sumber ide itu dapat mengambil bagian-bagian tertentu yang dianggap penting yang menjadi ciri khas dan menarik untuk dijadikan sumber ide dan hendaknya terlebih dahulu mengetahui detail-ditail dari suatu ide yang akan dipakai.

2. Filosofi Folkloric

Folklore menurut Alan Dundes adalah “Folk” berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. “Lore” adalah tradisi. Menurut pendapat umum Folklore adalah kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan diwariskan turun temurun secara tradisional, disertai garak isyarat atau alat bantu pengikat. www.Google.com, Foklore.htm Menurut pendapat diatas Folklore adalah suatu tradisi dari nenek moyang yang tersebar dan turun temurun dimasyarakat secara tradisional, masyarkat ini bukan masyarakat luas namun masyarakat pada kelompok tertentu, maka setiap kelompok masyarakat tertentu mempunyai tradisi yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi yang turun kan nenk moyang masing-masing. James Dananjaya seorang ahli Folklor menyebutkan sembilan ciri Folklore www.google.com, Folklore.htm , yaitu sebagai berikut : a. Penyebaran dan pewarisannya bisa dilakukan secara lisan, disebarkan melalui tutur kata atau dari mulut kemulut. Contonya : mitos. b. Folklore bersifat tradisional, terkait dalam bentuk aturan yang berlaku. Contohnya : Pakaian Tradisional. c. Folklore bersifat anonym, karena nama penciptanya tidak diketahui. Contohnya : Permainan Rakyat. d. Folklore memiliki pola tertentu, sering menggunakan kata-kata klise, Contohnya : seperti untuk menggambarkan kecantikan seseorang dikatakan “wajahnya seperti bulan empat belas hari”, “menurut Empunya cerita” atau “Sohibuil Hikayat” dan untuk meutup cerita “Demikianlah konon berbahagia”,dan lain-lain. e. Folkore memiliki fungsi dalam kehidupan bersama suatu masyarakat, seperti penghibur, alat pendidikan, protes social dan sebuah proyeksi dari keinginan yang terpendam. Contohnya : Teater Rakyat. f. Folklore adalah milik bersama dari masyarakat tertentu Contoh : adat istiadat dan Upacara adat. Jan Harold Brunvand , seorang ahli Folklor Amerika Serikat, membagi Folklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu Folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan www.Google.com, Sentra- Edukasi.com . 1 Folklor Lisan Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental mentifact yang meliputi sebagai berikut: a. Bahasa rakyat seperti logat bahasa dialek , slang, bahasa tabu, otomatis. b. Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran. c. Pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki. d. Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair. e. Cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu : a Mite myth Adalah cerita prosa rakyat yang mengandung konsepsi tentang dongeng suci mengenai kehidupan para dewa dan makhluk halus pada sebuah kebudayaan suatu masyarakat. Contohnya : Nyi Roro Kidul, Ramayana, dan lain-lain. b Legenda legend Merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap sebagai suatu kejadian yang benar-benar pernah terjadi. Contohnya : legenda Wali Songo, Ande-ande Lumut, dan lain-lain. c Dongeng folktale f. Nyanyian rakyat dianggap sebagai salah satu bentuk genre Folklore yang terdiri dari teks dan lagu beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu dan mempunyai banyak varian. Contoh : Nina Bobo, Rambate rata, dan lain-lain. 2 Folklor sebagian Lisan Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial sosiofact , meliputi sebagai berikut: a. Kepercayaan dan takhayul. b. Permainan dan hiburan rakyat setempat. c. Teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk. d. Tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng. e. Adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan. f. Upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten. g. Pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat. 3 Folklor Bukan Lisan Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut: a. Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua; b. Seni kerajinan tangan tradisional, c. Pakaian tradisional; d. Obat-obatan rakyat; e. Alat-alat musik tradisional; f. Peralatan dan senjata yang khas tradisional; g. Makanan dan minuman khas daerah. Menurut uraian diatas, tema pagelaran “FOLKLORIC NUSANTARA” mengambil sumber ide upacara adat atau upacara tradisional pada masing-masing daerah yang sudah dipilih.

3. Sumber ide Upacara Batobo Riau