Estetika Resepsi Landasan Teori

2.2.1 Estetika Resepsi

Estetika adalah ilmu yang membincangkan falsafah keindahan. Akar estetika sebagai satu ilmu telah lama barkecambah di Barat semenjak zaman Greek-Roman. Hanya pada abad ke-18 estetika muncul sebagai satu disiplin ilmu yang konkrit dan tersendiri. Semenjak itu estetika terus mendapat perhatian. Sejarah sastra adalah proses resepsi estetika dan produksi yang bertempat dalam realisasi teks sastra sebagai bagian dari reseptif pembaca, refleksi kritikus, dan pengarang dalam kesinambungan kreativitasnya. Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca atau resepsi pembaca terhadap karya sastra tersebut. Pradopo, 1986; 182. Dari waktu ke waktu karya sastra selalu mendapat tanggapan dari pembacanya. Tiap pembaca berbeda memberikan tanggapan terhadap sebuah karya sastra sajak-sajak seorang penyair. Karya sastra akan selalu diperkaya dengan tanggapan dari para pembaca dari waku ke waktu, karena makna karya sastra dapat lebih terungkap dan nilai sastranya pun akan dapat ditentukan dengan lebih baik. Estetika resepsi merupakan aspek-aspek keindahan yang ditimbulkan akibat pertemuan antara karya sastra dengan pembaca. Sastra merupakan hasil ciptaan pengarang, maka dalam toeri resepsi akan terjadi tanggapan antara pengarang dengan pembaca. Teori resepsilah yang menghidupkan kembali karya sastra, sejak dahulu hingga sekarang. Teori resepsi inilah yang berhasil nilai-nilai keindahan karya sastra pada masa lampau. Keindahan karya seni dan keseluruhan aspek kebudayaan bermanfaat karena dibaca, didengar, dilihat, dirasakan, dan dipahami penikmatnya. Universitas Sumatera Utara Aplikasi teori dalam penelitian selalu menjadi masalah, seolah-olah mempelajari teori lebih mudah dibanding dengan aplikasi di lapangan. Kesulitan ini juga dirasakan dalam penyusunan sejarah sastra. Jauss misalnya, atas dasar estetika resepsi menawarkan bahwa sejarah sastra meski disusun melalui tanggapan pembaca. Ini ditunjukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang belum ada tanda-tanda akanterbit sejarah sastra Indonesia dengan memanfaatkan tanggapan-tanggapan pembaca untuk menggantikan sejarah sastra tradisional yang disusun atas dasar pengarang dengan karya-karyanya. Teeuw 1988:208-213 menyatakan tiga macam penelitian estetika resepsi. Pertama, pemahaman estetika resepsi dalam bentuk kritik. Dalam hal ini kritik tidak dilakukan oleh individual, melainkan dilakukan ole kritikus sepanjang sejarahnya. Contohnya dalam setiap bait dan syair lagu karya Ebiet G. Ade yang akan dibahas dalam penelitian ini. Kedua, estetika resepsi dalam penelitian interteks, penyalinan, penyaduran, dan penerapan. Ketiga, pemahaman estetika resepsi secara eksperimental. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok orang dalam waktu yang sama, dengan harapan pembaca memberikan tanggapan sesuai dengan kompetensi masing-masing. Diantara ketiga jenis penelitian estetika diatas, model pertamalah yang dianggap sebagai paling banyak dalam memberikan sumbangan terhadap perkembangan karya sastra secara keseluruhan. Hal ini dikemukakan dengan kenyataan bahwa kritik didasarkan atas teori dan metode yang jelas sehingga pemahaman estetis terhadap suatu karya dapat dipertanggungjawabkan. Kritik ini Universitas Sumatera Utara yang dipergunakan oleh para penulis untuk meningkatkan hasil karyanya, baik dengan tulisan maupun dengan lisan. Perbedaan pembacaan karya sastra dari seorang pembaca dengan pembaca lainnya, dan dari suatu periode ke periode itu disebabkan oleh dua hal yaitu merupakan dasar teori estetika resepsi. Pembaca yang akan memberikan tanggapan terhadap sebuah karya sastra yang akan dibahas dalam karya ini. Dalam hal ini peneliti akan akan menganalisis intrepretasi dalam lirik lagu Ebiet G. Ade.

2.3 Tinjauan Pustaka