Latar Belakang dan Masalah .1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya sastra merupakan cerminan atau gambaran dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra yang baik memiliki sifat yang membuat kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada, menurut Sumarjdo dan Saini 1991: 9. Sastra tidak hanya sekedar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, tetapi dapat pula cerminan maupun rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu diciptakan. Uraian ini menunjukan bahwa karya sastra tidak lahir begitu saja tetapi karena adanya proses pendorong. Munculnya karya sastra dengan keberagaman tema dan aspek kehidupan masyarakat yaitu proses bagaimana pengarang yang berusaha menciptakan karya sastra yang dapat menggambarkan nilai-nilai estetik dalam kehidupan masyarakat. Sastra adalah bentuk seni yang lahir dari keindahan penggunaan bahasa, keaslian gagasan yang diungkapkan, dan pesan yang disampaikan, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Pada mulanya istilah ini meliputi segala macam pengetahuan yang tertulis, tetapi dalam perkembangannya lebih lanjut, istilah sastra ini dalam bahasa Indonesia lebih merujuk kepada karya sastra yang bersifat seni saja. Artinya, sastra mencakup berbagai aspek yang memiliki tujuan Universitas Sumatera Utara berdasarkan nilai-nilai keindahan untuk dinikmati oleh para pencinta sastra, sejalan dengan pendapat Yusuf, Pradopo. 1986: 156. Menurut Tarigan Pradopo. 1995: 3 mengemukakan bahwa sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif kedalam bentuk dan struktur-struktur bahasa. Semua karya sastra tidak terlepas dari berbagai masalah yang dialami pengarang itu sendiri, akan tetapi ada juga cerminan masyarakat disekitarnya sehingga dapat dituangkan pengarang menjadi sebuah karya sastra. Dalam sebuah karya sastra pengarang dapat menciptakan sebuah karyanya yang dapat menimbulkan respon emosi dan dapat menimbulkan kekecewaan, kemarahan terhadap pembacanya yang merupakan penilaian pembaca terhadap karya yang disuguhkan oleh pengarang. Resepsi berasal dari bahasa Latin, yaitu: recipere, berarti penerimaan pembaca, pembacalah yang memberikan arti dan makna yang sesungguhnya kepada karya seni tersebut bukan pengarang, menurut Nyoman, 2007: 165. Estetika adalah ilmu yang membincangkan falsafah keindahan. Dengan kata lain estetika sastra seharusnya digali melalui kearifan pembaca, dengan alasan pembacalah yang memberikan penilaian terhadap karya sastra itu secara positif maupun negatif. Estetika resepsi, sudah lahir tahun 1960-an, akan tetapi konsep-konsep yang memadai baru ditemukan pada tahun 1970-an. Menurut Segers 1978: 40- 41, peletak dasar estetika resepsi yaitu Mukarosky, meskipun gagasan pokok teori estetika resepsi dikemukakan oleh Hans Rober Jauss dan Wolfgang Iser. Jauss memusatkan perhatian pada pembaca dalam rangkaian sejarah, sedangkan Universitas Sumatera Utara Iserpada karya sastra sebagai komunikasi pada pengaruhnya bukan semata-mata pada arti karya. Estetika resepsi sangat berperan penting dalam menganalisis sebuah karya sastra, sehingga dapat menjadi acuan dalam membuat suatu tulisan karya ilmiah dengan menggunakan teori resepsi. Ilmu sastra yang berhubungan dengan tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra adalah estetika resepsi, merupakan ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra, menurut Pradopo, 1986: 182. Dalam hubungan ini estetika resepsi itu termasuk pada orientasi pragmatik Teeuw, 1983: 59. Karya sastra itu sangat erat hubungannya dengan pembaca, yaitu karya sastra itu ditujukan kepada kepentingan masyarakat pembaca. Ini terjadi karena pembacalah yang menentukan makna dan nilai karya sastra, karena karya sastra itu tidak akan memiliki makna maupun tidak memiliki arti tanpa adanya pembaca yang menanggapinya. Karya sastra itu akan mempunyai nilai karena adanya pembaca yang menilainya. Seorang pembaca dengan pembaca lainnya akan berbeda dalam menanggapi sebuah karya sastra. Begitu juga dengan tiap periode dengan periode lain dalam menanggapi sebuah karya sastra. Hal ini disebabkan oleh perbedaan harapan cakrawala. Cakrawala adalah harapan-harapan seorang pembaca terhadap sebuah karya sastra, karena setiap pembaca mempunyai tujuan masing-masing dalam memahami nilai-nilai estetika. Sehingga apresiasi karya sastra suatu priode akan diteruskan oleh generasi sesudahnya, dan seterusnya untuk mendapat tanggapan yang baik. Makna suatu karya sastra akan selalu diperkaya dengan tanggapan para pembaca dari waktu ke waktu, maka makna Universitas Sumatera Utara karya sastra pun akan lebih terungkap dan nilai sastranya pun dapat ditentukan dengan lebih baik. Karya sastra yang paling banyakdigemari masyarakat, seperti: novel, puisi, lagu, dan cerpen. Dalam novel maupun cerita sering pembaca menemukan makna dan pesan moral dalam cerita tersebut, karena adanya makna dan pesan yang tersimpan dalam cerita membuat pembaca sering untuk membaca ulang karya tersebut. Pengarang tidak selalu menyampaikan makna dan pesan secara langsung, namun ada pengarang secara langsung menyampaikan makna dan pesannya secara langsung. Sehingga dalam karya ilmiah ini peneliti tertarik membahas lagu sebagai bahan kajiannya dalam menyelesaikan studinya. Peneliti tertarik membahas lagu sebagai bahan kajiannya karena banyak masyarakat yang mendengar dan menikmati alunan musik serta keindahan lirik lagu. Dalam karya sastra, khususnya novel-novel yang relatif panjang, sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal ini disebabkan berdasarkan pertimbangan atau penafsiran dari pihak pembaca yang juga berbeda-beda baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan dan keinginan pengarang yang bersangkutan. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat tidak terbatas, tetapi dapat mencakup persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia Universitas Sumatera Utara dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Dari sisi tertentu karya sastra, dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan pengarang untuk menawarkan dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu itu mungkin berupa pandangan tentang suatu hal, gagasan, moral atau amanat. Dalam pengertian ini, karya sastra pun dapat dipandang sebagai sarana komunikasi, dapat dibandingkan dengan sarana komunikasi yang lain, tertulis atau lisan, karya sastra yang merupakan salah satu wujud karya seni yang notabene mengemban tujuan estetika, tentunya mempunyai kekhususan sendiri dalam hal menyampaikan pesan-pesan moralnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya sastra mungkin bersifat langsung atau sebaliknya tidak langsung. Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan, identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, atau penjelasan. Dalam teknik uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh cerita yang bersifat memberi tahu, sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya, demikian juga terjadi dalam penyampaian pesan moral. Artinya, moral yang ingin disampaikan kepada pembaca dilakukan secara langsung dan ekspilit. Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami karya tulisnya. Bentuk penyampaian pesan moral tidak langsung, pengarang menawarkan dan menyampaikan sesuatu dengan cara serta-merta, yang ditampilkan dalam ceritanya tentang peristiwa, konflik, sikap, dan tingkah laku para tokoh, dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu, baik dalam tingkah laku verbal, fisik, yang Universitas Sumatera Utara hanya terjadi dalam pikiran dan perasaanya. Melalui hal tersebut, pesan moral dapat disalurkan pengarang. Sehingga pembaca untuk memahami dan menafsirkan pesan tersebut, haruslah melakukannya berdasarkan cerita, sikap dan tingkah laku para tokoh tersebut. Dilihat dari segi kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya itu, cara ini memang kurang komunikatif. Artinya, pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya yang dimaksud pengarang dalam karyanya, sehingga membuat terjadinya kesalahan dalam menafsirkan karya sastra tersebut. Dalam sebuah lagu itu sendiri mungkin banyak ditemukan pesan yang benar-benar tersembunyi sehingga tidak semua orang dapat merasakannya, tetapi ada juga yang langsung merasakannya bukan sekedar menyanyikan lagu tersebut. Seperti dalam lagu Ebiet G. Ade terdapat nilai estetika sastra yang sangat dalam makna, arti, dan pesan yang terkandung pada setiap lirik lagunya. Ebiet G. Ade adalah seorang penyanyi yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, Ebiet telah banyak menciptakan lagu dan meluncurkan dua puluh lima album untuk dinikmati para penggemarnya. Sebagai penyanyi yang sangat penting karena lirik-liriknya yang begitu khas dan indah, maka peneliti berharap para responden dapat memberikan tanggapan yang dapat mendukung maupun membangun lirik lagu tersebut menjadi lebih relevan, karena tanggapan tersebut bermacam-macam berdasarkan horizon harapan pembaca. Tiap periode mempunyai kriteria tersendiri karena Universitas Sumatera Utara perbedaan selera dan konsep estetiknya. Peneliti mengadakan penelitian ini untuk mendapat tanggapan pembaca dalam periode ini. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk membahas lagu sebagai bahan kajiannya, karena para pecinta lagu Ebiet tidak semua dapat mengerti makna dan pesan moral apa yang terdapat dalam lirik lagunya. Begitu banyak nilai estetika dalam lagu-lagu Ebiet untuk dikaji dan sangat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Ebiet G. Ade lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April1954 adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang bergenre balada. Pada awal karirnya Ebiet mengambil suasana kehidupan sosial Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang untuk dijadikan lirik lagunya. Tema dalam lagu Ebiet G. Ade tidak hanya bertemakan tentang cinta, tetapi kebanyakan lagu-lagu Ebiet G. Ade bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, dan keluarga. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulis oleh Ebiet sendiri, Ebiet tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Surat dari Desa yang ditulis oleh Oding Arnaldi dan “Mengarungi Keberkahan Tuhan” yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 2004 Ebiet bersama dengan 57 musisi lainya mengeluarkan album “Kita Untuk Mereka”, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara terjadinya tsunami tahun 2004. Ebiet G. Ade memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana alam. Seperti dalam lagu yang berjudul “Untuk Kita Renungkan”, lagu ini menceritakan bencana alam di Indonesia khususnya pada tsunami yang menimpa Indonesia tahun 2004 Lagu ini mengisahkan tentang kemarahan Tuhan kepada manusia yang telah murka kepadanya.Dimana kita disuruh untuk berbenah dan kembali kepadanya karena hanya Dia yang dapat menolong kita. Dalam lirik lagu Ebiet dituliskan “ini bukan hukuman hanya satu isyarat” untuk membuat kita sadar bahwa akan ada lagi bencana selanjutnya, menurut pesan yang Ebiet sampaikan dalam lagunya. Sehingga kita harus benar-benar bersih dan berbenah sujud kepada Tuhan, karena kita tidak tahu kapan kemarahan Tuhan akan datang menimpa manusia. Dari berbagai macam tema yang terdapat dalam lagu Ebiet G. Ade tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pesan Moral Dalam Lirik Lagu Album Untuk Kita Renungkan Ebiet G. Ade Analisis Estetika Resepsi. Universitas Sumatera Utara

1.1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana makna yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G.Ade ? 2. Apa pesan moral yang terkandung dalam lirik lagu Ebiet G.Ade ?

1.2 Batasan Masalah