PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”UNTUK KITA RENUNGKAN’’ (Studi Semiotika Terhadap Lirik Lagu ’’Untuk Kita Renungkan’’ dari penyanyi Ebiet G.Ade, dalam Album “Gamelan”).

(1)

Ebiet G.Ade, dalam Album “Gamelan”)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

RISSA FARADHILLA

NPM : 0643010091

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

Oleh :

RISSA FARADHILLA

NPM: 0643010091

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 13 Juni 2011

Menyetujui,

PEMBIMBING TIM PENGUJI :

1. Ketua

Juwito, S.Sos, MSi Juwito, S.Sos, MSi

NPT. 3 6704 95 00361 NPT. 3 6704 95 00361

2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi

NPT. 3 7006 94 00351

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, MSi, Ed

NPT. 3 73059901701

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, MSi

NIP.19550718 198302 2001


(3)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga laporan skripsi dengan judul

Pemaknaan Lirik Lagu

“Untuk Kita Renungkan” (Studi Semiotika Terhadap Lirik Lagu “Untuk Kita

Renungkan” dari penyanyi Ebiet G. Ade, dalam Album “Gamelan”)

dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito S.Sos, MSi selaku

Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak

menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun

materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

ALLAH SWT yang telah mendengarkan semua doa dan memberikan

semangat. Thanx God !

2.

Bapak Drs. Warsito, SH, MM selaku Rektorat UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Drs. Juwito S.Sos, MSi, Ketua program studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur dan Selaku Dosen pembimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan laporan dengan baik.


(4)

6.

Kedua Orang Tua serta keluarga penulis yang selalu memberikan semangat

penuh, dukungan baik materi maupun moral, serta doa yang tiada henti.

7.

Ibhe , calon pendamping hidupku terima kasih atas cinta kasih sayang, dan

kesetiaannya selama ini serta bantuan dan dukungannya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan dengan lancar.

8.

Buat Novi Dwi J. Makasih atas semua bantuan, masukan,, nasehat dan

supportnya.. buat Madhe, Pecunz, Mbak Elsye, Mirna, dan buat

temen-temenku yang gak bisa disebutkan semuanya…makasih juga atas bantuan dan

dukungannya selama ini, dan makasih juga udah menjadi teman yang baik

untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak

kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

umumnya dan penulis pada khususnya. Wassalamualaikum Wr. Wb

Surabaya, Juni 2011


(5)

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...………...

ii

KATA PENGANTAR ...

iii

DAFTAR ISI ...

iv

ABSTRAKSI ...

v

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ...

8

1.3 Tujuan Penelitian ...

9

1.4 Manfaat Penelitian ...

9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori ... . 10

2.1.1 Musik ... 10

2.1.2 Arti Renungan Dalam Kehidupan ... 11

2.1.3 Pengertian Musibah... 13


(6)

2.1.7 Teori-Teori makna ... 21

2.1.8 Teori Semiotik Saussure ... 23

2.1.9 Signifier dan Signified ... .. 26

2.1.10 Langue dan Parole ... 30

2.2 Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian ... 33

3.2 Unit Analisis dan Corpus ... 34

3.2.1 Unit Analisis ...,... 34

3.2.2

Corpus

... 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.1

Jenis

Data

... 36

3.3.2 Sumber Data ... 37

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.4 Metode Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum ... 39

4.1.1

Penyanyi Ebiet G. Ade ...

39

4.1.2

Diskografi ...

44


(7)

4.1.6

Penghargaan ...

47

4.2

Lirik Lagu Untuk Kita Renungkan menurut Teori Tanda Saussure ... 48

4.3 Penyajian dan Analisis Data ... 50

4.3.1 Penyajian Data ...

50

4.3.2 Analisis Lirik Lagu Untuk Kita Renungkan ...

52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 70


(8)

RENUNGKAN“

(Studi Semiotika Terhadap Lirik Lagu “Untuk Kita Renungkan” dari

penyanyi Ebiet G. Ade, dalam Album “Gamelan”)

Musik diartikan sebagai suatu ungkapan yang berasal dari perasaan yang

dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Musik merupakan hasil karya

manusia yang menarik karena musik memegang sebuah peranan yang sangat

banyak diberbagai bidang. Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah

lirik lagunya, karena lirik lagu dalam musik yang sebagaimana dapat menjadi

media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam

masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi karena

mengandung informasi atau pesan, dan dapat pula sebagai pelestarian terhadap

suatu sikap atau nilai.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui makna yang

terkandung dalam lirik lagu ”Untuk Kita Renungkan” dari penyanyi Ebiet G. Ade,

dalam album “Gamelan”.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semiotik Ferdinand De’

Saussure, lagu dan juga lirik lagu, arti dari renungan itu sendiri, dan juga pesan

yang disampaikan kepada masyarakat.

Pemaknaan terhadap lirik lagu ini menggunakan metode Semiotik dari

Saussure dengan tipe penelitian deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah

analisis reference, yaitu beberapa kata dan rangkaian kata dalam kalimat pada

lirik lagu “Untuk Kita Renungkan”. Teknik pengumpulan data dilihat dari dua

aspek yaitu penanda (konsep material) dan petanda (konsep mental) yang

kemudian menghasilkan signifikasi sehingga diketahui external reality of

meaning.

Kesimpulan dari data yang dianalisis, dalam lirik lagu “Untuk Kita

Renungkan” yaitu bahwa musibah dan bencana yang terjadi didunia ini, bukan

lain hanya untuk membuat kita sadar bahwa sudah banyak dosa yang yang telah

kita perbuat. Tuhan menginginkan kita agar sadar dan kembali bertaubat, dan

memulai untuk berbuat baik karena Tuhan ingin manusia menjalankan setiap

perintahNya dan menjauhi laranganNya karena Tuhan diatas segalanya. Dan kita

harus benar-benar merenungkan dan menginstropeksikan diri atas dosa yang kita

perbuat didalam kehidupan sehari-hari.


(9)

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda - tanda adalah basis dari seluruh komunikasi ? (Littlejohn dalam Sobur, 2004 : 15 ). Manusia dengan perantaraan tanda - tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan didunia ini, termasuk juga melalui sebuah media dalam menyampaikan pesannya, salah satunya adalah musik dan lagu.

Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik diantara banyak budaya manusia yang lain, dikatakan menarik karena memegang peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Jika dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dan dari segi ekonomi pun musik telah bergerak pesat menjadi suatu komoditi yang menguntungkan.

Sebuah lagu yang dinyanyikan, biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat listrik/instrument, suara atau vocal dari si penyanyi dan lirik lagunya. Instrument dan kekuatan vocal si penyanyi adalah sebagai tubuh sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa yaitu penggambaran musik itu sendiri.


(10)

Lagu adalah proses kegiatan berkomunikasi penyampaian jujur suatu rasa/ide, pikiran pencipta lagu kepada khalayak pendengar. Lagu tercipta bisa dalam waktu satu jam, satu hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tergantung dari mood dan inspirasi pencipta lagu yang muncul dalam saat menjalani hidup. Konsep pesan dalam sebuah lagu biasanya bermacam-macam, ada yang berupa ungkapan sedih, rasa kagum terhadap seseorang, rasa kecewa, dendam, dan kritik terhadap suatu penyimpangan.

Dijelaskan sebelumnya, bahwa selain instrument atau alat musik yang dimainkan dan vocal dari penyanyi, kekuatan lirik suatu lagu adalah unsur yang penting bagi keberhasilan bermusik. Karena lewat lirik lagu itu pencipta berusaha menyampaikan apa yang diungkapkannya. Pesan yang disampaikan oleh pencipta lagu tentunya tidak berasal dari luar diri pencipta lagu tersebut, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan (frame of reference) dan pengalaman (field of experience) sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sosial disekitarnya.

Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, budaya ekspresif, komunikasi ritual, dan instrumental yang saling tak meniadakan ( mutually exclusive ) ( Mulyana, 2005: 5-30 ). Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu sangat penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian terhindar dari tekanan


(11)

ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005: 5).

Lirik lagu sebagaimana bahasa, dapat menjadi media komunikasi untuk mencerminkan realits sosial yang beredar dimasyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, sebuah lirik lagu mulai diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak, juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. Sebuah lirik lagu dapat mengajak bangsa Indonesia untuk selalu berbuat kebaikan dengan pesan yang disampaikan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam Rachmawati (2001:1) yang menyatakan :

“Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya”.

Keberadaan musik senantiasa hadir dimanapun manusia berada. Hal ini disebabkan karena musik senantiasa disampaikan melalui radio, televisi, tape recorder, compact disc, internet, ataupun melalui sarana yang antara lain seperti pada saat pagelaran, konser musik, pertunjukkan yang diiringi musik adalah


(12)

keberadaan lirik lagunya. Karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya.

Ebiet G. Ade adalah seorang musisi yang sudah dikenal oleh masyarakat. Pria kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah ini, adalah seorang penyanyi sekaligus penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia yang lebih dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre balada, pada awal kariernya, ia ’memotret’ suasana kehidupan indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta, tetapi ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (www.wikipedia.com/biografi Ebiet G. Ade).

Pemilik nama asli Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far ini ternyata semasa hidupnya tidak menyukai musik bahkan saat ditanya mengenai musik terbaru saat ini, beliau tidak akan tahu. Ebiet sangat menyukai membaca segala jenis buku dan informasi tentang segala hal. Di karenakan pada waktu Ebiet menjalankan tur ke Bandung, ayahnya melarang keras untuk menyalakan tape mobil, sehingga perjalanan terasa membosankan, sebab ayahnya tidak suka dengan adanya suara musik di dalam mobil. Memang, dulunya Ebiet memendam banyak cita-cita


(13)

seperti insinyur, pelukis, dokter. Tapi semuanya melenceng jauh dari harapan, Ebiet malah menjadi penyanyi kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan. Lagu ciptaannya yang berjudul untuk kita renungkan ini ditulis pada tahun 1998 dengan album yang berjudul “Gamelan”. Setiap lagu-lagu ciptaanya adalah sebuah syair puisi, yang sering dilantunkan dengan nyanyian sehingga terjadilah syair sebuah lagu.

Ebiet mengatakan, lagu-lagu yang diciptakannya merupakan renungan dari kejadian yang ada disekitarnya. Ia mengungkapkan setiap rasanya dalam bait-bait puisi yang akan ditambahkan musik saat ia akan membacanya. Untuk melahirkan sebuah karya, Ebiet tidak memerlukan suasana atau tempat khusus. Bila ia ingin menulis, ia tinggal mencari tempat yang sunyi dan disana ia akan menulis bait-bait puisinya untuk kemudian dijadikan sebuah syair lagu.

Lagu tersebut dibuat dan diciptakan karena terinspirasi dari banyaknya bencana pada tahun 90-an dan hingar bingar di Indonesia seperti korupsi, perkelahian, perselisihan, pelecehan, pembunuhan, dan tindak kekerasan lainnya membuat sosok pria yang sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri hingga menghasilkan 3 album ini tergerak untuk menulis lagu bertemakan bencana dan lagunya pun sering dipakai saat tragedi bencana baik itu tsunami, tanah longsor maupun meletusnya gunung merapi. (www.ebietgade.com).

Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung lagu kita untuk mereka. Sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan adanya tragedi bencana di Indonesia yang berturut-turut hingga sekarang. Penghargaan yang diperoleh cukup banyak yang membuatnya tidak menyangka hasil karyanya sangat diterima


(14)

oleh masyarakat yang mendengarkan lagu ciptaannya, seperti lagu “Untuk Kita Renungkan” banyak menginspirasikan musisi lainnya dan masyarakat yang mendengarkan, karena lagu tersebut memiliki pesan dan makna yang cukup dalam sehingga pendengar tersentuh dengan liriknya yang mengajak bangsa indonesia untuk merenungkan diri, membersihkan diri dan menyadari sebagaimana diungkapkan bahwa setiap kali berbuat harus dipikirkan terlebih dahulu, memperbanyak amal dan menjauhi dosa dengan selalu mengingat kepada sang pencipta Allah SWT serta mengendalikan hawa nafsu yang membutakan manusia untuk selalu berbuat keji dan mau bertaubat dan tunduk sujud kepada Allah SWT, karena hidup selalu berhadapan dengan cobaan dan ujian yang tidak mungkin tanpa kehendakNya. (www.ebietgade.com).

Hawa nafsu di sini bisa diartikan pula dengan istilah keislaman yang digunakan dalam Alquran dan Sunnah. la menjadi istilah dengan arti khas budaya keislaman. Sering kita menemukan kata hawa nafsu dalam Alquran dan Alhadist. Antara lain, Allah SWT berfirman: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai TuhanNya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (www.google.com/Q.S. Al-Furqon : 43). Dan firman Allah SWT: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran TuhanNya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (www.google.com/Q.S. An-Nazia’at : 40 - 41).

Dan karena sesungguhnya manusia lahir dari hati yang suci dan bersih dan berharap tidak membuat noda-noda dengan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT seperti sombong, iri, dengki, emosional, membicarakan kejelekkan orang


(15)

lain, menjaga setiap perkataan, berbuat jahat terhadap sesama dan penyakit hati lainnya. Bila kita tertimpa musibah atau bencana, sebaiknya kita merenungkan yang telah menimpa kita sebagai teguran dan peringatan dari Allah SWT. Dan merenung juga dapat disimpulkan sebagai pengingat masa lalu tentang hal baik yang telah kita alami.

Dalam lagu ini penyanyi Ebiet G. Ade memberikan pesan untuk menyadarkan para generasi muda bangsa kita sudah banyak yang melupakan kepada Sang pencipta Allah SWT. Dengan selalu mengurangi amal kebaikkan dan menambah dosa. Mereka sibuk mencari data - data sendiri dan asyik dengan budaya yang ada diluar sehingga melupakan akan Sang penciptaNya. Hanya sedikit saja generasi yang peduli dengan apa yang akan dilakukan dan telah dilakukan semasa hidupnya.

Ketika membaca atau menyanyikan sebuah lirik lagu yang dibuat oleh pencipta lagu, maka dapat dilihat anggapan si pencipta lagu terhadap beberapa hal menarik disekelilingnya. Dan bila menelusuri lebih dalam karyanya, dapat melihat pandangan hidup dan pola pikir pencipta lagu. Proses penciptaan lagu terjadi berdasarkan pengalaman-pengalaman pencipta dengan dunia disekitarnya sehingga dapat dikatakan bahwa lirik lagu tercipta bukan hanya dari serangkaian kata indah semata, tetapi bahwa lirik lagu adalah representasi dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan oleh pencipta lagu.

Karena itulah dalam penelitian ini peneliti menaruh perhatian pada masalah pemaknaan lirik lagu “Untuk Kita Renungkan”, oleh Ebiet G. Ade


(16)

seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu “Untuk Kita Renungkan” dalam Album “Gamelan” yang dibuat pada tahun 1998.

Alasan peneliti menggunakan objek lagu “Untuk Kita Renungkan” ini di karenakan di dalam lagu tersebut mengandung makna pesan yang bermanfaat bagi kehidupan sosial bermasyarakat khususnya bangsa Indonesia karena pencipta lagu yang dalam hal ini membawakan juga lagu “Untuk Kita Renungkan” ini mengajak bangsa Indonesia untuk selalu membersihkan diri dari tindak laku yang kurang bermoral dari kehidupan bermasyarakat dan menyadari bangsa Indonesia dari perbuatan dosa yang harus dihilangkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat serta mengamalkan hal-hal kebaikkan dengan selalu menghindarkan dari hal-hal dan perbuatan negatif. Lagu ini relevan dengan hakiki masyarakat yang sering dilanda bencana alam.

Dan lagu ini juga merupakan salah satu bentuk harapan sang penulis lagu agar setiap masyarakat berbangsa dan bertanah air Indonesia agar selalu ingat kepada Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sehari-hari serta menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” yang diciptakan oleh Ebiet G. Ade dalam album “Gamelan” ?


(17)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” dalam album “Gamelan” yang dibawakan oleh Ebiet G. Ade.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis yaitu bermanfaat untuk menambah literatur penelitian kualitatif Ilmu Komunikasi khususnya mengenai analisis berupa lirik lagu dengan metode semiotik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami apa maksud dari lirik lagu ”Untuk Kita Renungkan” sehingga pesan yang terdapat dalam lagu tersebut dapat diterima dengan baik, serta diharapkan mampu menambah referensi bagi peneliti yang lain.


(18)

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Musik

Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai

pendengarannya, pengubahan musik dalam mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda tertulis. Bagi Simiotikus musik, adanya tanda - tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkestranya. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik dengan teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah pada sintakis.

Meski demikian, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotik musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya ( Van Zoest, 1993: 120-121 ).

Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah Lirik lagu. Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang ada pada masyarakat. Lirik lagu dapat pula menjadi sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak, nilai - nilai, bahkan prasangka tertentu.


(19)

Dapat dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari suatu budaya manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir hayat, musik juga menyentuh segala lapisan sosial dari bawah hingga atas.

Mantle Hood, seorang pelopor ehnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ehnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaan (Bandem, 1981 : 41). Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, Falsafah, dan agama (Sobur, 2003 : 148).

Musik pop adalah merupakan suatu bagian yang terpenting disekian banyak cabang seni pertunjukkan. Musik ini digandrungi oleh setiap lapisan masyarakat. Di dalam musik ini merupakan sebuah teguran hati dimana sangat berpengaruh terhadap orang yang mendengarkan lagu tersebut.

Dwiki Darmawan yang juga seorang musisi mempunyai pandangan mengenai musik pop yang sekarang ini tidak lagi beriramakan lagu yang super kencang, yang selama ini menjadi suatu trande bagi musik pop. Jadi perbedaan - perbedaan yang terdapat pada irama musik itu memang disesuaikan dengan kultur sosial yang terdapat pada pencipta lagunya dan juga para penyanyinya, sesuai dengan generasinya dan bagaimana musisi menerjemahkannya kedalam selera bagi peminat musik.

2.1.2. Renungan Dalam Kehidupan

Konsep renungan dalam kehidupan merupakan suatu pemahaman untuk memperbaiki diri, membersihkan diri dan mengintrospeksikan diri atas segala


(20)

perbuatan yang pernah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja dilakukan dari noda-noda kemunafikan, menekan hasrat dan hawa nafsu serta menghindari segala perbuatan keji dan godaan dari syaiton. Dengan memohon ampun dengan beribadah secara khusyuk, membaca alqur’an, berdzikir dan mendekakan diri pada Allah SWT. Merenung sangatlah penting dan bermanfaat bagi setiap kehidupan manusia, karena dapat menjadikan kita sebagai makhluk ciptaanNya menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan iman dan taqwa, bersabar, tabah, tawakal dan ikhlas dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Karena Allah SWT yang memiliki kekuasaan di semesta alam dan seluruh isinya. Karena siapapun yang tidak melaksanakan perintahNya dengan baik, maka Allah akan memberikan hukuman berupa teguran agar hambaNya dapat merubah menjadi lebih baik serta meningkatkan amal perbuatan dan bertaubat.

Renungan itu sendiri bisa diartikan sebagai memikirkan hal-hal baik dimasa lalu yang menjadi kenangan, berharap untuk diingat kembali. Hal-hal yang dimaksud haruslah yang bersifat baik. Karena kita hidup tidaklah bisa hanya memikirkan hal-hal negatif/buruk. Di dalam renungan, kita juga diwajibkan untuk mengingat sang pencipta, sebagaimana dari kita lahir hingga saat ini, akan selalu memperoleh cobaan dariNya. Dan dengan renungan kita akan selalu melihat bahwa cobaan yang kita dapat dariNya akan selalu kita ingat supaya kita selalu mengingat hal tersebut sebagai pedoman dan terus menatap kedepan dalam menjalankan hidup.


(21)

2.1.3.Pengertian Musibah

Musibah mempunyai arti sebagai ujian atau cobaan bagi setiap manusia. Musibah sendiri adalah Kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa, dimana musibah yang ditimpakan kepada seseorang itu dikarenakan oleh perbuatan orang itu sendiri. Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa musibah itu bisa merupakan adzab atau siksa yang sangat besar, misalnya hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, banjir dan gempa bumi. Tetapi musibah itu juga dapat berupa siksa atau adzab yang tidak terlalu besar misalnya keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan. Orang tertusuk duri pun juga termasuk siksa atau adzab yang cukup ringan. Hikmah yang dapat kita pelik dibalik suatu musibah yaitu : Musibah dapat menghilangkan dosa, Mendapatkan pahala di akhirat, Musibah merupakan parameter tingkat kesabaran, Menjadikan seorang hambaNya lebih sering berdo’a, Musibah dapat menghilangkan sikap sombong, ujub dan besar kepala, Menjadi lebih mengetahui betapa besarnya nikmat keselamatan dan ‘afiyah dari Allah, Musibah merupakan indikasi bahwa Allah mencintai hambaNya tersebut. Positive thinking terhadap musibah mutlak dilakukan oleh setiap manusia, agar mendapatkan kebahagian yang hakiki.

2.1.4 Pengertian bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya


(22)

manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tumburan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan pencegahan serta penanganan terhadap bencana yang cukup, maka daerah tersebut dapat terhindar dari dampak bencana yang meluas. (www.wikipedia.com)


(23)

2.1.5 Lagu dan Lirik Lagu

Peranan dan kedudukan lagu adalah penting dalam rangka sosialisasi ide dan gagasan dalam tradisi kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang ahli psikologi Indonesia, menyatakan bahwa musik, lagu dan senandung adalah bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh hidup manusia, sejak dari buaian sampai akhir khayat, secara universal dihampir semua lapisan sosial dan di berbagai kebudayaan, manusia mengenal musik dan lagu menurut caranya masing-masing. Sementara Perry (Savitri, 1991:3) juga menyebutkan bahwa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kemanusiaan sendiri, musik dan lagu hadir dan disukai manusia secara kodrati. Para ahli menyebutkan inherent merit yang memperkaya khasanah dan mempermudah kebudayaan manusia.

Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah muncul sejak mulai setelah merebut kemerdekaan. Pada perubahan pertama dasawarsa 1950-an. Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih dahulu diciptakan oleh penyair terpandang (Rachmawati, 2000:42).

Usaha dilakukan kembali pada paruhan pertama dasawarsa 1970-an. Pada saat mulai dilegitimasi bahwa syair dan lagu tersebut disebut sebagai lirik lagu, musikalisasi ini telah terjadi kembali. Salah satu contoh adalah Bimbo yang sering melakukan kerjasama dengan penyair terkenal diantaranya Taufik Ismail, Ramadhan K.H. dan Wing Kardjo. Upaya yang dilakukan Bimbo ini disambut oleh beberapa kelompok musik, terutama dari Bandung yang kemudian mencoba untuk memusikalisasi puisi-puisi karya Gunawan


(24)

Muhammad, Abdul Hadi W.M, Sapardi Joko Darmono, dan bahkan puisi karya pelukis Jeihan.

Musikalitas syair yang dilakukan oleh para komponis lagu tahun 1950-an itu salah satunya disebabkan oleh keadaan niaga musik yang tidak bisa menunggu lama. Pada saat itu para komponis diharapkan mampu menciptakan sebuah lagu yang diibaratkan seperti kue, dapat dibeli dengan harga murah dan dapat dinikmati selagi hangat, ini menyebabkan karya para pemusik pun tergesa-gesa sehingga menyebabkan pula keterbatasan para pencipta lagu untuk mempersembahkan sebuah karya yang murni dan melodis.

Selain itu terdapat persoalan teknis, seperti persewaan studio yang mahal makin memaksa mereka menciptakan karya yang asal jadi. Seringkali mereka hanya mengadaptasi kata-kata dari lagu pop Amerika mengenai cinta yang dicerna oleh komponis Indonesia. Padahal lirik Amerika sering sendiri sering mendapat kecaman antara lain dikatakan bahwa lirik lagu Amerika tidak jelas, dumb, vulgar, cheap, degrading, uninspired (Rosidi, 1995:8).

Lirik lagu pada perkembangannya akhirnya mulai meninggalkan kebiasaan mengadaptasi lirik lagu luar negeri,walaupun tidak benar-benar meninggalkannya. Para lirikus Indonesia sudah mulai menciptakan lirik-lirik lagu populer berdasarkan fenomena sosial yang sedang terjadi disekitarnya, walaupun sebagian besar masih bertemakan cinta dengan segala dukanya.

Pada masa ini oleh masyarakat, musik populer diberi arti : musik yang mudah diterima oleh kebanyakkan orang dan untuk karenanya masyarakat


(25)

banyak yang menyukainya (Sumaryo dalam Setianingsih, 2002 : 27). Beberapa jenis musik yang didasarkan pada manfaat agar diketahui lebih dalam adalah : 1. Musik Klasik : Ada sedikit pergeseran makna, seperti terjadi pula pada

mana ataupun istilah lain. Ada tiga tafsiran mengenai musik klasik yang sering digunakan.

a. Pertama : Musik klasik adalah jenis musik terkenal yang dibuat atau diciptakan jauh dimasa lalu, tetapi disukai, dimainkan, dan diminati orang sepanjang masa sampai sekarang.

b. Kedua : Musik klasik ialah jenis musik yang lahir atau diciptakan oleh komponis-komponis pada masa klasik, yaitu masa sekitar tahun 1750-1800.

c. Ketiga : Musik klasik adalah jenis musik yang dibuat pada

masa sekarang, tetapi mengambil gaya corak, ataupun teknik yang terdapat pada musik klasik dari pengertian pertama dan kedua.

2. Musik Jazz : Jenis musik yang dianggap lahir di New Orleans,

Amerika Serikat, pada awal abad ini. Merupakan perpaduan antara teknik dan peralatan musik Eropa khususnya Prancis, dengan irama bangsa negro asal Afrika Barat, di perkebunan-perkebunan Kapas New Orleans Selatan.

3. Musik Keroncong : Jenis musik dimana dalam musik ini

dipergunakan peralatan dan penandaan musik Barat, yang dimainkan dan dinyanyikan dengan gaya musik tradisi kita yang sudah ada sebelumnya. Misal : permainan alat penumbuk padi, kentingan, angklung, dan lain-lain.


(26)

4. Musik Populer : Jenis musik yang selalu memasukkan unsur-unsur ataupun cara-cara yang sedang disukai, atau diharapkan akan disukai oleh pendengar dewasa ini. Tujuannya adalah memperoleh ledakan popularitas sebesar mungkin dan secepat mungkin. Walaupun dua atau tiga tahun kemudian tak ada lagi yang bisa mendengarkannya. Musik populer merupakan suatu bidang yang mempunyai perkembangan tersendiri. Sifat-sifat perkembangannya itu kadang-kadang menuju kearah perkembangan artistik musikal; tapi yang masih mendapat simpati dari masyarakat banyak.

Meski disebut musik populer, dari pemain-pemainnya tetap diminta syarat-syarat musikalitas. Makin tinggi nilai musikalitasnya, makin baik. Pemain musik populer tidak begitu merasa ‘tegang’ seperti pemain musik seriosa. Yang dimaksud ‘tegang’ disini ialah suatu rasa tekanan atau ketegangan mental, yang disebabkan anatara lain adanya konsentrasi yang penuh agar dapat memainkan musiknya sebaik-baiknya (Sumaryo dalam Rachmawati, 2000:29).

Akan tetapi, suatu gejala yang menggembirakan adalah kenyataan, bahwa ada beberapa orkes populer yang biasa disebut band, meskipun anggota-anggotanya berpakaian aneh-aneh, tapi cenderung untuk tetap menjaga selera artistik didalam menghidangkan permainannya. Itulah sebabnya mengapa ada yang menganggap perlunya membuat piringan hitam merupakan salah satu unsur penting untuk menambah penggarapan musikal dalam band-band populer. Karena pertunjukkan unsur-unsur yang non musikal seperti berpakaian yang


(27)

aneh-aneh dan gerak-gerik yang ingin menarik perhatian publik hanyalah dekor belaka, yang secara organis tidak ada hubungannya dengan musik itu sendiri.

Band musik populer, disingkat pop. Bentuknya berganti-ganti terus menurut jamannya. Kalau dalam tahun 1930-an yang dinamakan band populer itu berbentuk jazz atau orkes hawaian, pada waktu sekarang band yang populer sebagian besar alat-alatnya sendiri dari gitar elektris, lengkap dengan pengeras suaranya. (Rachmawati, 2000:30).

Meskipun bentuk band populer berganti-ganti, prinsip permainannya tidak banyak yang berubah. Pemain yang penting dalam band-band populer harus kuat didalam hal improvisasi. Dalam arti, menghidangkan sebuah improvisasi bebas dalam batas-batas pola tertentu. Pola-pola tetap sama, yaitu perkembangan akor melodi asli dalam lagu tersebut.

Pemain band populer sekarang pada umumnya terdiri dari yang paling sedikit empat orang pemain, yaitu seorang pemain gitar melodi, seorang pemain gitar yang memetik iringan harmoninya, seorang lagi sebagai pemain gitar bas, dan seorang lagi pemain drum. Pemain-pemain ini masih bisa ditambah lagi dengan pemain instrument yang lain, tergantung kebutuhan.

Dari beberapa ciri musik populer diatas, maka penyanyi Ebiet G. Ade termasuk penyanyi yang memiliki ciri-ciri penyanyi musik populer, disingkat penyanyi musik populer karena melihat karakter lagu “Untuk Kita Renungkan” yang diciptakan sendiri oleh Ebiet G. Ade, karena mudah diterima dan disukai oleh masyarakat dan di dalam lagu tersebut mengandung makna pesan yang sangat bermanfaat bagi setiap kehidupan setiap manusia.


(28)

2.1.6 Makna dan Pemaknaan

Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2) tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan makna atau meaning.

Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya, agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk mengungkap hal dibalik yang tersajikan. Materi yang tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia, indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikatornya bagi sesuatu yang lebih jauh. Di balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun yang trasendental.


(29)

Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi yang menurut S.I. Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk bila orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi, simbol merujuk pada objek di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan subyektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata.

Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual) seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata denotatif, namun banyak kata juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif dari pada makna denotatif.

2.1.7 Teori-Teori Makna

Beberapa teori tentang makna dikembangkan oleh Alston (1964:11-26) dalam Sobur (2001:259) diantaranya adalah :

1. Teori Acuan (Referential Theory)

Teori acuan merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan.


(30)

Teori Ideasional adalah suatu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasi makna ungkapan dengan gagasan-gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional menghubungkan makna atau ungkapan dengan suatu ide atau representasi psikis yang ditimbulkan kata atau ungkapan tersebut kepada kesadaran. Atau dengan kata lain, teori ideasional mengidentifikasikan makna E (expression atau ungkapan) dengan gagasan-gagasan atau ide-ide yang ditimbulkan E (expression). Jadi pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan (ide) sebagai titik sentral yang menentukan makna suatu ungkapan.

3. Teori Tingkah Laku (Behavioral Theory)

Teori tingkah laku merupakan salah satu jenis teori makna mengenai makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan-rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini menanggapi bahasa sebagai semacam kelakuan yang mengembalikannya pada teori stimulus dan respon. Makna menurut teori ini, merupakan rangsangan untuk menumbuhkan perilaku tertentu sebagai respons kepada rangsangan itu tadi.

Penelitian ini dapat dikatakan berlandaskan pada teori ideasional. Hal ini tersebut dapat dilihat dari adanya ide atau gagasan yang datang dari pencipta lagu berdasarkan cerita nyata dari teman yang menjadi inspirasi dalam menciptakan sebuah karya lagu. Melalui cerita tersebut, pencipta lagu berusaha


(31)

mengungkapkan ide atau gagasan tersebut ke dalam sebuah ungkapan (expression) yang dituangkan dalam lirik-lirik lagu yang penuh makna. Berlandaskan teori idensional, peneliti berusaha untuk melakukan pemaknaan terhadap lirik lagu “Untuk Kita renungkan”.

2.1.8 Teori Semiotik Saussure

Semiotik adalah ilmu tanda; istilah tersebut berasal dari Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana : kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam tanda teks yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya (Komaruddin Hidayat dalam Sobur, 2001:106).

Pokok kajian Saussure tentang bahasa berbeda jauh dengan pendekatan para filolog abad ke 19. Bukannya mengkaji linguistik secara historis- berdasarkan garis diakronik, yaitu kajian yang melihat perubahan pada bahasa dalam satu kurun waktu tertentu – Saussure justru mengembangkan linguistik sinkronik. Dia mempresentasikan analisis bahasa secara umu, sebuah kajian tentang prasyarat keberadaan dari sembarang bahasa. Saussure mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi (dyad). Sisi pertama disebutnya dengan petanda (signifier). Penanda adalah aspek material dari sebuah tanda, sebagaimana kita menangkap bunyi saat orang berbicara. Bunyi ini muncul dari getaran pita suara (yang tentu saja bersifat material). Wilayah perhatian Saussure


(32)

hanya meliputi tanda linguistik. Dalam hal ini dia mengikuti tradisi teorisasi tanda-tanda “konvensional”. Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda adalah apa yang disebut Saussure sebagai penanda (signified). Penanda merupakan konsep mental dari penanda tersebut.

Kesatuan antara penanda dan petanda membawa Saussure untuk menawarkan diagram berikut :

Sign

Composed of

Signification

Signifier Signified External (physical plus (mental reality of

existence concept) meaning

Of the sign)

Gambar 2.2. Diagram Semiotik Saussure (1990:44)

Saussure menyebut signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna (konsep material), artinya apa yang dapat dikatakan, ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia (Fiske, 1990 : 44).

Tegasnya, Saussure meyakini bahwa proses komunikasi melalui bahas juga melibatkan pemindahan isi kepala : tanda-tanda membentuk kode atau


(33)

sirkuit yang menghubungkan dua individu agar membuka isi kepala masing-masing.

Selain itu Saussure juga meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistik (Sobur, 2001:111). Langue adalah sistem pembendaan diantara tanda-tanda. Dapat dibayangkan sebagai sebuah lemari yang menyimpan semua kemungkinan tanda yang dapat digunakan oleh semua masyarakat. Kita dapat mengambil tanda-tanda tersebut, satu demi satu untuk mengostruksi sebuah parole (ekspresi kebahasaan, wicara) tertentu.

Ciri dasar lain langue adalah terdapat dua bentuk di dalam hubungan dan perbedaan antara unsur-unsur bahasa berdasarkan kegiatan mental manusia. Di satu sisi dalam suatu wacana, kata-kata bersatu demi suatu kesinambungan tetentu yang ditunjang oleh keluasan. Hubungan demikian disebut sintagma (kumpulan tanda yang berurut secara logis). Dalam suatu sintagma suatu istilah kehilangan valensinya karena istilah itu dipertentangkan dengan istilah lain yang mendahului dan mengikutinya atau dengan kesamaan berasosiasi dalam ingatan yang membentuk kelompok-kelompok tempat berbagai hubungan berkuasa. Hubungan ini disebut oleh Saussure sebagai hubungan asosiatif atau paradigmatik.

Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce karena peneliti tidak banyak menemukan (hampir tidak ada) simbol-simbol dalam lirik lagu yang diteliti, namun menggunakan metode semiotik Saussure dengan melihat sistem hubungan penanda dan pertanda melalui tanda-tanda tulisan berupa teks lirik yang berbentuk kata dan rangkaiannya dalam kalimat.


(34)

2.1.9 Signifier dan Signified

Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Hubungan diantara keduanya bersifat arbiter (manasuka) dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, pilihan bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengkaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan tanda atau konsep yang dimaksud, karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbiter, maka makna signifier harus dipelajari yang berarti ada struktur pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna.

Sifat arbiter antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signifier tertentu hanya bisa diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatif atau “tandingan” tidak diberi tempat.

Ketika bahasa berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung terhadap yang ditandakan (signified). Suatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal definisi belaka. Akibatnya bahasa menjadi “kosong”


(35)

sebab bahasa tampak sebagai rangkaian perumusanyang tersimpan dalam kamus atau memori saja.

Hubungan antara signifier dan signified ini yaitu : (Kurniawan, 2001 : 30) 1. Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna (aspek material),

yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca.

2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa.

Bahasa dimata Saussure seperti kerja musik, baginya bahasa adalah keutuhan yang terdiri sendiri. Pendekaatan inilah yang disebut-sebut sebagai “Ilmu Linguistik Struktural”, pada perkembangan selanjutnya, pemahaman struktural demikian menjadi dasar pemikiran postmodernisme yang diwariskan Saussure. (Sobur, 2004 : 44).

Dua hal yang menjadi strukturalisme sebagai gerakan otonomi adalah pandangan, dimana cara berpikir tentang dunia dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur, pada hakikatnya dunia lebih tersusun dari hubungan-hubungan dari pada benda itu sendiri (Hawks dalam Kusumaningrum, 2005 : 33).

Strukturalisme memasukkan gejala, kegiatan atau hasil kehidupan (termasuk lirik lagu) ke dalam suatu kemasyarakatan atau sistem makna yang terdiri dari struktur yang mandiri dan tentu dalam antar hubungan. Pengkajian kerja bahasa berdasarkan strukuralisme dinamik merupakan pengkajian semiotik. Artinya kerja bahasa dipertimbangkan sebagai sistem tanda dan


(36)

mempunyai dua fungsi, yang pertama adalah otonom, yaitu tidak menunjuk luar dirinya. Yang kedua, bersifat informasi yaitu menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, sehingga sebagai sebuah struktur kerja bahasa dalam semiotik selalu dinamis (Sayuti dalam Kusumaningrum, 2003 : 651). Adapun lima pandangan Saussure yang menjadi peletak dasar dari strukturalisme, yaitu :

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda) 2. Form (bentuk) dalam Content (isi)

3. Language dan Parole (tuturan atau ujaran)

4. Synchronic (sinkronik) dan Diachronic (diakronik) 5. Syntagmatic (sintagmatig) dan Associative (paradigmatig)

Saussure juga meletakkan dasar perbedaan anatar langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistic. Dalam pengertian umum langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat individu (Hidayat dalam Sobur, 2004 : 50). Langue sebagai totalitas dari kumpulan fakta dan bahasa. Dalam konsep Saussure, langue dimaksudkan bahasa sejauh merupakan titik milik bersama dari suatu golongan tertentu. Akibatnya, langue melebihi semua individu yang berbicara bahasa itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dibawakan dalam sebuah konser oleh orkestra tertentu.(Sobur, 2004 : 49-50)

Sedangkan Parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagaimana terlihat penggunaannya. Parole lebih mempehatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kedua unit dasr langue adalah kata, maka unit parole adalah kalimat. (Sobur, 2004 : 51)


(37)

Synchronic dan Diachronic, studi sinkronik sebuah bahasa adalah deskripsi tentang keadaan tertentu bahasa tersebut. Sedangkan diakronik adalah menelusuri waktu, jadi studi diakronik atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah. (Sobur, 2004 : 53)

Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara baik suara manusia, binatang atau bunyi-bunyian semua dapat dikatakan sebagai bahasa apabila itu semua mengekspresikan, menyampaikan ide-ide, pengertian-pengertian tertentu. (Sobur, 2003:46).

Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk petanda dan penanda dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau petanda “coretan yang bermakna”. Jadi penanda aspek material dari bahasa apa yang dikatakan, apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran mental, pikiran, konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa yang kongkrit, kedua unsur tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi : penanda atau petanda : signifier atau signified. Suatu penanda tanpa petanda tidak akan berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Petanda atau


(38)

penanda merupakan suatu kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”, kata Saussure.

Jadi, meskipun antara penanda tampak sebagai entitas yang terpisah-pisah, namun keduanya hanya ada sebagai komponen. Tandalah yang merupakan fakta dasar bahasa. Maka itu setiap upaya untuk memaparkan teori Saussure mengenai bahasa, pertama-tama harus membicarakan pandangan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Setiap tanda keabsahan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image, bukan menyatakan suatu sebagai nama. Dua konsep signifier atau signified tidak dapat dipisahkan, memisahkan berarti hanya menghancurkan “kata” tersebut.

2.1.10 Langue dan Parole

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Perancis : langange, langue, (sistem bahasa) dan parole (kegiatan ujaran). Langue adalah suatu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya langue adalah bahasa pada umumnya.

Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan bahasa pada tingkat individu menyebut langue melebihi semua individu yang berbicara bahas itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dengan dibawakannya dalam sebuah konser orkes tertentu (dengan segala kekurangan umpannya).


(39)

Dengan mendefinisikan langue dan parole. Saussure membedakan antara bahasa dan bagaimana itu digunakan dan karena itu memungkinkan kedua hal yang sangat berbeda untuk dipelajari sebagai entitas yang terpisah. Sebagai seorang strukturalis, Saussure lebih tertarik pada langue dan parole. Itu adalah sistem yang dapat diciptakan makna yang menarik dari pada kejadian individual penggunaannya.

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal diatas.

Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” dengan menggunakan metode semiotik Saussure, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai makna lirik lagu tersebut.

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce karena dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak


(40)

menemukan adanya simbol-simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis. Oleh karena itu peneliti menggunakan semiotik Saussure dengan menitikberatkan pada hubungan penanda dan petanda yang ada pada lirik lagu tersebut.

Dari data-data berupa lirik lagu “Untuk Kita Renungkan”, kata-kata dan rangkaian kata dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode semiotik Saussure (menitikberatkan pada aspek material (penanda) dan aspek mental (petanda) yang pada akhirnya diperoleh signifikasi / hingga menghasilkan suatu interpretasi sebagaimana digambarkan dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” tersebut.

Berikut gambar kerangka berpikir dari penelitian ini adalah :

Lirik Lagu “ Untu Kita Renungkan “ oleh Ebiet G. Ade

Semiotik Saussure : 1. Signifier atau penanda

adalah kata, frase, kalimat dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G. Ade

2. Signified atau petanda adalah makna yang terkandung pada kata, frase, kalimat dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G. Ade

Pemaknaan Lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G. Ade. Analisis dan Kesimpulan


(41)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dengan data yang digunakan adalah data kualitatif (data yang tidak terdiri atas angka-angka), melainkan berupa pesan - pesan verbal (tulisan) yang terdapat dalam lirik lagu ”Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G.Ade. Data-data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah.

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode kualitatif, metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakiki peneliti dan juga yang diteliti. Dan yang ketiga, metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman bersama terhadap pola-pola yang dihadapi. (Meleong, 2002:5)

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong (2002 : 4) menggunakan metode kualitatif sebagai berikut :

”Metode kualitatif merupakan presedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai kebutuhan ”.


(42)

Lirik adalah teks atau syair yang ada dalam lagu. Sementara lagu adalah perpaduan antara lirik lagu atau syair, melodi, dan irama. Menurut Soeharto (1991:104) lirik lagu adalah rangkaian teks yang ada dalam rangkaian nada, sengaja disusun untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, dengan cara-cara yang berlaku umum.

Dalam penelitian ini, lirik lagu dalam album “Gamelan” yang termasuk dalam musik populer (musik pop) yaitu lirik lagu “Untuk Kita Renungkan”.

3.2.Unit Analisis dan Corpus 3.2.1. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda - tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata - kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu ” Untuk Kita Renungkan ”.

3.2.2.Corpus

Corpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat heterogen mungkin (Kurniawan, 2001:70). Sifat homogen ini diperlihatkan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan. Kelebihannya adalah


(43)

bahwa dalam mendekati teks kita tidak diketahui oleh para anggapan atau interpretasi tertentu sebelumnya.

Corpus dalam kata lain dari sample bertujuan yang antara lain digunakan untuk analisis semiotika. Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Untuk Kita Renungkan” yang diambil dari salah satu album milik penyanyi Ebiet G. Ade yaitu “Gamelan”.

Alasan peneliti memilih lagu ”Untuk Kita Renungkan” sebagai korpus adalah dikarenakan dalam lagu tersebut dalam liriknya terdapat ungkapan mari hanya tunduk sujud padanya ditujukan untuk merenungkan diri yang telah kita pahami terhadap pendengar lagunya.

Berikut ini adalah lirik lagu ”Untuk Kita Renungkan” yang mewakili konsep untuk merenungkan diri yang berbeda didalam penelitian ini :

“Untuk Kita Renungkan”

Kita Mesti Telanjang dan Benar-Benar Bersih Suci Lahir dan Didalam Batin

Tengoklah ke Dalam Sebelum Bicara Singkirkan Debu Yang Masih Melekat (2x)

Anugerah dan Bencana Adalah KehendakNya Kita Mesti Tabah Menjalani

Hanya Cambuk Kecil Agar Kita Sadar Adalah Dia Diatas Segalanya (2x)

Anak Menjerit-Jerit, Asap Panas Membakar Lahar dan Badai Menyapu Bersih


(44)

Ini Bukan Hukuman, Hanya Satu Isyarat Bahwa Kita Mesti Banyak Berbenah

Memang, Bila Kita Kaji Lebih Jauh Dalam Kekalutan, Masih Banyak Tangan

Yang Tega Berbuat Nista... Oh

Tuhan Pasti Telah Memperhitungkan Amal dan Dosa Yang Kita Perbuat Kemanakah Lagi Kita-kan Sembunyi

Hanya KepadaNya Kita Kembali Tak Ada Yang Bakal Bisa Menjawab Mari, Hanya Tunduk Sujud PadaNya

Kita Mesti Berjuang Memerangi Diri Bercermin dan Banyaklah Bercermin Tuhan Ada Disini Didalam Jiwa Ini Berusahalah Agar Dia Tersenyum... Oh

Berubahlah Agar Dia Tersenyum

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil langsung dari lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” yang diciptakan oleh Ebiet G. Ade.


(45)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah lagu “Untuk Kita Renungkan” yang diambil dari album Gamelan dari penyanyi Ebiet G. Ade.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan untuk memperoleh data yang teoritis yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dikemukakan guna mendapatkan data teoritis untuk pemecahan masalah.

3.4 Metode Analisis Data

Pemaknaan terhadap lirik lagu ini menggunakan metode semiotik Saussure, yaitu menghubungkan antara signifier dan signified atau penandaan dan penanda dan petanda dengan melihat kata-kata dan rangkaian kata yang membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut sehingga dapat diperoleh interpretasi data yang benar-benar kualitas.

Alasan peneliti menggunakan semiotik Saussure dikarenakan teori ini mencakup makna yang mengarah pada kalimat langsung yang terdapat dalam lirik lagu Untuk Kita Renungkan. Sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui antara penanda dan petanda yang setiap kata mengandung makna yang di dalamnya terdapat kata dan frasa kalimat.

Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan, apa yang ditulis atau


(46)

dibaca. Sementara signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa (Kurniawan, 2001:30).

Saussure mendefinisikan bahwa sebagai suatu sistem tanda (sign) dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang dituli atau dibaca sedangkan petanda adalah gambaran mental. Apabila penanda dan petanda ini digabungkan akan menghasilkan suatu konsep makna yang sebenarnya. Gabungan antara kedua unsur tersebut menghasilkan suatu pemahaman yang dinamakan Signification. Dengan kata lain signification adalah upaya untuk memberikan makna.

Contoh signifier, dalam lagu “Untuk Kita Renungkan” terdapat lirik : “Memang bila kita kaji lebih jauh dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista Tuhan pasti telah memperhitungkan amal dan dosa yang telah kita perbuat kemanakah lagi kita kan sembunyi hanya kepadaNya kita kembali tak ada yang bakal bisa menjawab mari hanya tunduk sujud padaNya, kita mesti berjuang memerangi diri bercermin dan banyaklah bercermin Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini berusahalah agar dia tersenyum berubahlah agar dia tersenyum”.

Dari lirik lagu ini diperoleh konsep mental (signified) sebagai berikut, sepintas muncul kata-kata cambuk yang bermakna sebagai teguran dari sang pencipta Allah SWT ditujukan untuk semua bangsa Indonesia agar mau bertaubat. Namun, jika dipahami lebih jauh terdapat perasaan haru dan merinding dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” yang menyangkut kehidupan.


(47)

4.1. Gambaran Umum 4.1.1.Penyanyi Ebiet G. Ade

Ebiet G. Ade lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954 umur 55 tahun adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre balada, pada awal karirnya, ia ‘memotret’ suasana kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta, tetapi ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga dll. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja’far di Wanadadi, Banjarnegara merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja’far, seorang PNS, dan Saodah, seorang pedagang kain. Dulu ia memendam anyak cita-cita, seperti insinyur, dokter, pelukis. Semuanya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan.


(48)

Setelah lulus SD, Ebiet masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Sayangnya ia tidak betah sehingga pindah ke Yogyakarta. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1. Di sana ia aktif di PII (pelajar Islam Indonesia). Namun, ia tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada karena ketiadaan biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Nama Ebiet di dapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, mungkin karena mereka mengucapkan A menjadi E. Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaos merahnya, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja’far.

Sering keluyuran tidak karuan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman muda Yogyakarta pada tahun 1971. Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas (cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Malioboro menjadi semacam rumah bagi Ebiet ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul di sana.


(49)

Meski bisa membuat puisi, ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Beberapa puisi Enha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikan. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat diri teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.

Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiatannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak diberbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.

Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta.


(50)

Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camelia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.

Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya.

Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.

Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang “gelisah” dengan Indonesia, akhirnya memilih “bertapa” dari hingar bingar industri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995, ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J. Budiarjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun (didukung oleh Adi Adrian dan Kla Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh andi Rianto, erwin


(51)

Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan.

Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukug album Kita Untuk mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.

Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung oleh Anto Hoed), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama. Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 di Metro TV cukup menjadi obat bagi para penggemarnya. Dengan dihadiri para sahabat di antaranya Eko Tunas, Ebiet G. Ade membawakan lagu lama yang pernah popular pada dekade 80-an.

Menikah dengan Koespudji Rahayu Sugianto (atau lebih dikenal sebagai Yayuk Sugianto, kakak penyanyi Iis Sugianto) pada tanggal 4 Februari 1982, ia dikaruniai 4 anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan:

•Abietyasakti “Abie” Ksatria Kinasih (lahir 8 Desember 1982)

•Aderaprabu “Dera” Lantip Trengginas (lahir 6 januari 1986) •Byatriasa “Yayas” Pakarti Linuwih (Lahir 6 April 1987) •Segara “Dega” Banyu Bening (lahir 11 Desember 1989)


(52)

Mereka bertempat tinggal di kawasan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Anak sulung Ebiet, Abie juga memiliki bakat musik, dan sering mewakili Ebiet dalam mengecek sound system menjelang ayahnya manggung.

Ebiet juga seorang penggemar golf, namun sejak terjadinya bencana tsunami 2004, ia tidak pernah lagi main golf.

4.1.2.Diskografi

Tidak seluruh album yang dikeluarkan Ebiet G. Ade berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, ia sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Dan pada tahun-tahun terakhir Ebiet banyak memilih berkolaborasi dengan musisi-musisi berbakat.

Jumlah album kompilasinya yang dikeluarkan melebihi album studionya. Sejauh ini terdapat sedikitnya 25 album kompilasinya yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekam.

4.1.3.Album Studio

Camellia I (1979)

Camellia II (1979) Camellia III (1980) Camellia IV (1980)

Langkah berikutnya (1982)

Tokoh-Tokoh (1982)


(53)

Zaman (1985) Isyu! (1986)

Menjaring Matahari (1987) Sketsea Rembulan Emas (1988) Seraut Wajah (1990)

Kupu-Kupu Kertas (1995) Cinta Sebening Embun (1995) Aku Ingin Pulang (1995) Gamelan (1998)

Balada Sinetron Cinta (2000)

Bahasa langit (2001)

In Love : 25th Anniversary ( 2007) Masih Ada Waktu (2008)

Tembang Country 2 (2009)

4.1.4.Kompilasi

Lagu-Lagu Terbaik I Ebiet G. Ade (1987) Lagu-Lagu Terbaik II Ebiet G. Ade (1987) Lagu-Lagu Terbaik III Ebiet G. Ade (1987) Lagu-Lagu Terbaik IV Ebiet G. Ade (1987) 20 Lagu Terpopuler Ebiet G. Ade ( 1988) Perjalanan Vol. I (1988)


(54)

Seleksi Album Emas (1990) Seleksi Album Emas II (1990)

16 lagu Puisi Cinta Ebiet G. Ade (1995) Kumpulan Lagu-Lagu Religius (1996)

Hidupku MilikMu – Kumpulan Lagu-Lagu Religius Vol. II (1996) 21 Tembang Puisi Dan Kehidupan (1996)

20 Lagu Terpopuler (1997) Lagu-Lagu Terbaik (1997) Renungan Reformasi (1997)

16 Koleksi Terlengkap Ebiet G. Ade (1997)

12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade (1979-1986; 1997)

12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade Volume II (1979-1986; 1997)

Ilham Seni (1998)

Best Of The Best (1999) Akustik (2001)

Balada Country (2002)

M. Nasir vs Ebiet G. Ade – Penyair Nusantara (2002) Nyanyian Cinta (2003)

Tembang Renungan Hati (2003) Tembang Slow (2004)

Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik (2004)


(55)

Yogyakarta (2006) Tembang Cantik (2006)

4.1.5.Lagu dari Album lain

Untuk Anakku Tercinta (1983)

Surat Dari Desa (1987) dalam Album Lomba Cipta Lagu Pembangunan

1987.

Berita Kepada Kawan (1995; versi duet dengan M. Nasir)

Mengarungi keberkahan Tuhan (2007; ditulis bersama Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono)

4.1.6.Penghargaan

Ebiet G. Ade telah menerima sejumlah penghargaan, antara lain :

•18 Golden dan Platinum record dari Jackson record dan label lainnya dari album Camellia I hingga Isyu!

•Biduan Pop Kesayangan PUSPEN ABRI (1979-1984)

•Pencipta Lagu Kesayangan Angket Musica Indonesia (1980-1985) •Penghargaan diskotek Indonesia (1981)

•10 Lagu Terbaik ASIRI (1980-1981)

•Penghargaan Lomba cipta Lagu Pembangunan (1987) •Penyanyi Kesayangan Siaran Radio ABRI (1989-1992)

•BASF Award (1984-1988)

•Penyanyi Solo dan Balada terbaik Anugerah Musik Indonesia (1997)


(56)

•Planet Musik Award dari Singapura (2002) •Penghargaan lingkungan (2005)

•Duta Lingkungan Hidup (2006)

•Penghargaan Peduli Award Forum Indonesia Muda (2006) •Sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga independen.

4.2. Lirik Lagu Untuk Kita Renungkan menurut Teori Tanda Saussure

Saussure mendefinisikan bahwa sebagai suatu sistem tanda (sign), dan setiap tanda itu terdiri dari dua bagian yaitu, signifier (penanda), dan signified (petanda). Signifier adalah aspek mental atau gambaran mental dari signifier. Apabila penanda dan petanda ini digabungkan akan menghasilkan suatu konsep makna yang sebenarnya. Gabungan antara kedua unsur tersebut menghasilkan suatu pemahaman yang dinamakan signification adalah upaya untuk memberikan makna.

Dari liril lahu Untuk Kita Renunngkan, ketiga bagian dari teori tanda Saussure adalah sebagai berikut :

1. Signifiernya adalah seluruh lirik kata yang tertuang atau kata-kata yang ada dalam kedua lirik lagu tersebut. Baik kata-kata, kalimat tersebut tertuang mulai bait pertama sampai dengan bait yang terakhir.

2. Signifiednya adalah makna atau konsep yang ada dalam kata-kata yang digunakan oleh penulis lagu tersebut, sehingga dapat diketahui pesan atau maksud yang ingin disampaikan oleh sang penulis lagu.


(1)

67

manusia yang baik dimata Tuhan dan mampu menahan atau mengendalikan hawa nafsu yang sering membutakan kita untuk selalu menambah dosa. Dan segala cobaan, maupun godaan kita mampu untuk bersabar, tabah dan ikhlas menjalankannya.

Baris kedua bercermin memiliki kata dasar cermin yaitu kaca yang dipakai untuk berhias, kaca yang memantulkan gambar bentuk asli, kaca raksa, suatu yang menjadi panutan dan teladan, suatu yang membiaskan perasaan. Selanjutnya dan merupakan kata penghubung. Kata banyaklah memiliki kata dasar banyak yaitu jumlah yang besar, jumlah yang tidak sedikit, jumlah bilangan dan sebagainya, sedangkan akhiran –lah memiliki makna untuk menekankan makna didepannya. Terakhir kata bercermin memiliki kata dasar

cermin yaitu kaca yang dipakai untuk berhias, kaca yang memantulkan gambar bentuk asli, kaca raksa, suatu yang menjadi panutan dan teladan, suatu yang membiaskan perasaan. Makna dari lirik lagu Bercermin dan banyaklah bercermin memiliki arti yaitu kita harus sering melihat diri kita dan apa yang telah kita lakukan. Dan hendaknya kita selalu menyadari atas segala perbuatan kita agar sekitar kita tidak ikut merasakan dampak buruk dari kita.

Pada baris ketiga terdapat kata Tuhan yang berarti yang disembah atau Tuhan Allah Yang Maha Esa. Berikut kata ada adalah hadir, telah sedia mempunyai, benar dan sungguh. Selanjutnya kata disini terdiri dari kata dasar

sini berarti beada ditempat yang telah dituju. Kata Didalam pada imbuhan

di-yaitu dipergunakan untuk menekan makna kata dibelakangnya, sedangkan kata


(2)

dalam memiliki makna jauh kebawah. Berikut kata jiwa yaitu roh, sukma, kehidupan batin manusia. Dan terakhir adalah sebagai kata penghubung antar kalimat. Makna dari lirik lagu Tuhan ada didalam jiwa ini memiliki arti Tuhan itu ada dan ada didalam jiwa kita. Jadi kita harus tunduk atas segala perintahNya.

Pada baris keempat memiliki kata berusahalah yang terdiri dari kata dasar usaha yaitu daya, ikhtiar dan upaya, imbuhan awalan ber- dan akhiran lah memiliki arti kata yang dipergunakan untuk menekankan makna kata ditengah. Berikutnya kata dia memiliki arti kata ganti orang ketiga. Kata

tersenyum terdiri dari kata dasar senyum yaitu tertawa yang tidak bersuara dengan menarik posisi bibir rapat kesamping kiri dan kanan. Makna dari lirik

Berusahalah agar dia tersenyum memiliki arti yaitu memulailah berbuat baik agar Tuhan menyayangi kita dan selalu merasa dekat denganNya.

Kesimpulan pada bait keenam penulis ingin menekankan bahwa dalam lirik lagu tersebut memiliki arti yaitu kita harus berusaha melawan ego dan sifat buruk kita, kita harus sering melihat diri kita dan apa yang telah kita lakukan, serta Tuhan itu ada dan ada didalam jiwa kita, dan mulailah berbuat baik agar Tuhan menyayangi kita dan selalu bersama dengan kita dimanapun, dan kapanpun kita berada.

Selengkapnya maksud dari bait kedua baris ketiga Hanya Cambuk Kecil Agar Kita Sadar dan lirik ketiga bait ketiga Ini Bukan Hukuman Hanya Satu Isyarat terdapat kesamaan hanya yang membedakan pada lirik ketiga bait ketiga


(3)

69

terdapat isyarat dari Tuhan. Bahwa semua yang terjadi bukan hukuman melainkan semua itu hanya isyarat dari Tuhan agar setiap manusia mau bertaubat atas apa yang telah terjadi dengan ikhlas, tawakal, dan selalu mengamalkan setiap kebaikkan di kehidupan sehari-hari.

Dengan melihat makna keseluruhan apa makna dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” ini dapat dikatakan bahwa lagu tersebut merupakan suara atau sebagai pesan dan dorongan terhadapat setiap umat manusia agar selalu berbuat kebaikkan. Dengan adanya musibah dan bencana yang terjadi di dunia ini, menjadikan kita sadar bahwa segala yang ada di dunia ini atas kehendak Tuhan. Dan tidak ada satupun yang dapat mengubah ketetapan dan ketentuan dari Tuhan. Untuk itu perbanyak amal kebaikan dan menjauhkan dosa yang bisa membuat kita sering melupakan Tuhan dan juga kita harus bertaubat atas segala dosa yang pernah dilakukan selama hidup kita.


(4)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian dan pemaknaan data, maka kesimpulannya adalah data yang dianalisis dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” yaitu hasil pemaknaan lirik lagu tersebut yaitu bahwa musibah dan bencana yang terjadi di dunia ini, bukan lain hanya untuk membuat kita sadar bahwa sudah banyak dosa yang yang telah kita perbuat. Tuhan menginginkan kita agar sadar dan kembali bertaubat, dan memulai untuk berbuat baik karena Tuhan ingin manusia menjalankan setiap perintahNya dan menjauhi laranganNya karena Tuhan diatas segalanya. Dan kita harus benar-benar merenungkan dan menginstropeksikan diri atas dosa yang kita perbuat didalam kehidupan sehari-hari. Sebagai perwujudan manusia yang taat dan patuh pada setiap perintahNya dan menjauhi laranganNya.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti ajukan adalah :

1. Lirik lagu adalah unsur yang sangat penting dalam lagu. Karena di dalamnya memuat segala hal yng dilihat, dirasa, didengar maupun sesuatu yang dialami oleh pencipta lagu. Dan Supaya lebih terbukanya kajian semiotik terhadap objek penelitian dibalik tanda - tanda yang ada dalam masyarakat yang terwakili melalui karya - karyanya yang kreatif. Beragam tanda selalu menerpa manusia baik secara verbal maupun


(5)

71

nonverbal, oleh karena itu untuk mengetahui makna yang terpendam diperlakukan kajian yang lebih ilmiah untuk dikaji.

2. Sudah saatnya masyarakat sekarang ini membuka mata dengan segala sesuatu yang ada didunia ini yang senantiasa membutakan manusia dengan selalu berbuat keji dan menambah dosa. Dengan mau bertaubat dan mengubah hal negatif menjadi hal positif. Bahkan tidak sedikit generasi muda yang sering melupakan Tuhan.

3. Penelitian yang dilakukan pada Semiotik dari lirik lagu Untuk Kita Renungkan ini tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelitian lanjut guna memperbaiki kekurangan yang mungkin ditemui agar dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi pada umumnya.


(6)

Balai Pustaka, 2002 Kamus Besar Bahasa Indonesia : Jakarta

Fiske, John, 2006. Cultural and Communications Studies, Suatu Pengantar Paling

Komprehensif. Yogyakarta : Jakarta

Kurniawan, 2001. Semiotika Ferdinand De Saussure : Yayasan Indonesia

Meleong, Lexy, 2002 Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Martinet, Jeanne, 2002. Kajian Teori Tanda Saussure. Yogyakarta : Jalasutra

Prof. Abdulkadir Muhammad. S.H. 2005. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT.

Citra Aditia Bakti

Pilliang, Yasraf Amir, 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya

Makna. Yogyakarta : Jalasutra

Sumbo, Tinarbuko, 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra

Sobur, Alex, 2001. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Non Buku

http://www.ebietgade.com/profil_album_ebietgade/flashindex_html

http://www.wikipedia.com/biografi_ebietgade

http://www.google.com/makna_renungan_dalam_kehidupan/html

http://www.google.com/renungan_hati/html