9
2.2.2. Hasil Pengamatan dan Wawancara M1
Malam itu sesampainya di room karaoke yang sudah dibooking, tak lama kemudian M1 datang disusul dengan P1. Awal bertemu penulis berkenalan dengan sejenak dengan M1.
Kemudia penulis menanyakan mengenai tujuan penulis, supaya penulis leluasa untuk bertanya, dan supaya menjaga agar M1 tidak tersinggung. Namun teryata M1 sudah
diberitahu sebelumnya oleh P1 mengenai tujuan penulis. Awal percakapan dimulai penulsi dengan percakapan mengenai tempat tinggal M1. Kemudian penulis membangun percakapan
dengan mengarah ke bahasan mengenai alasan M1 terjun ke dunia prostitusi.
“Dulu awalnya saya pemandu karaoke di wisata karaoke Battam. Disitu saya melihat temen
– temen saya yang saling menjual temenya sendiri dengan mudahnya dan atas dasar mau sama mau. Kemudian saya mencoba perlahan untuk menarik diri
dari Battam dan kembali ke semarang dengan profesi baru yaitu jadi maminya anak- anak.
” M1
Selanjutnya penulis juga menanyakan mengenai asal dan pembagian anak-anak yang dipekerjakan M1. Dalam percakapan tersebut dikatakan bahwa anak-anak M1 berasal dari
Semarang sendiri dan dari Jakarta dan Batam untuk anak-anak M1 yang ditempatkan di Bandungan. Kemudian disusul percakapan mengenai sistem yang kahirnya dijelaskan bahwa
komunikasi mereka anak-anak mucikari dengan M1 melalui media sosial Blackberry Messanger. M1 mempunyai 2 Hape dimana
“Kalo sistemnya ya gini, seperti yang mas lihat “sembari mengeluarkan 2 ponsel”, saya punya dua smartphone Mas. Satu untuk kerja sama anak-anak saya, satu punya
saya sendiri tapi juga biasa buat kerja juga. Yang blackberry ini buat pilih mana anak-anak saya yang siap dipakaikan pelanggan, dan list anak-anak saya juga disini
semua. Termasuk pelanggan-pelanggan saya ya ada di kontak ponsel blackberry saya Mas.” M1
Percakapan yang terbangun selanjutnya mengarah pada bahasan menegenai perbedaan anak-anak yang ditempatkan di Semarang dan Bandungan. Dijelaskanya bahwa yang
membedakan adalah masalah kualitas dan harga. Anak-anak yang di semarang adalah wanita dengan tariff standart dan yang di bandungan untuk tariff atas sesuai dengan kemolekan dan
kualitas fisik yang berkualitas. Penulispun kembali memperdalam dengan ulasan mengenai sistem online dengan media sosial yang digunakan apakah melalui blackberry group atau
10
mengenakan chat biasa saja melalui blackberry messager dan untuk harga yang dipatok sendiri berkisar sekitar berapa untuk anak-anknya.
“Gini Nang, aku gak pakai BBM Group, bahaya nang. Takutnya kalo ada anak- anakku yang ada apa-apa atau yang gak beres, BBM group bisa jadi bukti untuk
semuanya. ”M1
“Kalo untuk harga, yang di Semarang itu tarif standart lah 350-750 ribu, lalu kalau yang di Bandungan itu anak-anak pilihanku yang harganya dari 1juta bahkan
sampai 2 juta Mas. Mau pesen ? ya tinggal pesen aja sama aku, nanti dia aku suruh milih mau pakai yang mana lewat BBM Mas. Nah selanjutnya aku hubungi ke anak-
anakku terus kalo dia bisa aku hubungi yang mau pakai lalu bisa DP dulu langsung ke anaku, gak melalui aku. Kalo ketemu cocok yang langsung mas ngentot hahahha
kalo gak yaudah DP angus gak papa. Hahahaaaaa“ M1
Kemudian penulis membahas jika penggunaan BBM adalah untuk pelanggan M1 saja, maka bagaimana dengan pelanggan baru atau orang yang sama sekali tidak M1 kenal namun
mau untuk memakai anak-anak M1 yang tarafnya, anak-anak kelas atas atau pilihan. Penulis menuturkan apakah M1 tidak curiga dan bagaimana menyiasatinya karena orang baru atau
pengguna baru tersebut secara penampilanpun tidak meyakinkan.
”Nyiasatinya gini Mas, aku mau pelanggan barunya kenal dulu sama aku. Supaya menjaga keamananku. Tapi sebelum kenal sama aku, aku ada perantara lohh.
Hehehhe dia sudah lama bantu kinerjaku” M1
M1 menjelaskan bahwa teryata perantara yang dimaksudkan adalah P1 yang membantu keberlangsungan penulis dalam penelitian ini. Berangkat dari hal ini penulis jadi
tau kalo P1 adalah perantara M1. Dijelaskan pula bahwa P1 membantu pekerjaan M1 sudah cukup lama. Kalau ada pelanggan baru yang belum kenal pastinya maka M1 meminta P1
untuk mencari tahu asal usul pelanggan baru tersebut. M1 sendiri menjamin jika pekerjaan P1 luar biasa dari pantauan selama ini, apalagi untuk pelanggan baru dari P1 dijamin aman
keberadaanya. Kemudian penulis juga mengulas jikalau posisi pengguna baru sudah dinyatakan aman bagimana langkah komunikasi selanjutnya yang ditempuh oleh pelanggan
baru. M1 menjelaskan ketika sudah mendapat pin atau contac M1 dari P1 maka pengguna bisa memeulai obrolan dengan M1. M1 mengatakan bahwa komunikasi yang terbentuk juga
tergantung penggunanya dapat mengambil hati M1 atau malah sebaliknya membuat M1 untuk tidak tertarik kepada orang baru tersebut. M1 menginginkan pengguna baru dapat
11
melakukan penjajakan dengan baik kepada M1. Selain dengan komunikasi dan rayuan yang pas menurut M1, bisa juga ditempuh dengan membelikan minuman yang M1 suka sembari
mengajak bertemu.
“Vodka cukup lah yang botol kecil gitu 3 cukup hahhahaa, tapi ya nggak hanya minum gini aja lah Mas. Maksudnya ya gimana dia buat aku percayalah dengan
ngobrol ketemuan…” M1
Melihat waktu sewa tempat karaoke kami sudah mau habis. Maka kami merencanakan untuk pindah tempat karaoke yang lain. Penulis kemudia juga meminta saran
kepada P1 untuk membeli minum, namun P1 menyarankan untuk membeli minuman seperti “anggi” yang harga miring supaya budget kedepan tidak terlalu membengkak karena masih
banyak pengeluaran. Lalu penulis bersama M1 pergi beralih ke Karaoke Zenso untuk melanjutkan karaoke dan obrolan sembari menunggu P1 datang membawa minuman. Pada
tahap ini penulis tidak banyak bertanya namun hanya melengkapi beberapa kekurangan data. Karena disini penulis memberikan kesempatan yang leluasa untuk M1 merokok, minum, dan
beryanyi. Untuk memperlengkap data yang diperlukan, penulis hanya berbincang mengenai seputar nama panggilan dan pembagian komisi. Setelah itu karena keterbatasan waktu,
penulis juga memohon untuk diberi dan diterima di account blackberry massanger pribadi M1, supaya pertemuan selanjutnya tetap bisa direncanakan dan diatur. Namun M1
mengatakan bahwa kedepan akan sulit untuk diketemui, dan informasi lebih lanjut akan bisa dijelaskanoleh P1 karena P1 dianggap sebagai kepercayaan M1. Informasi yang tidak didapat
pada malam mini bisa bertanya kepada P1.
“Aku biasa panggil mereka ya temen… “temen-temenku”, aku gak mau panggil mereka anak atau apalah yang buat mereka merasa jadi bawahanku. Kita teman dan
sama-sama saling menghargai dan cari serta bagi rezeki bareng-bareng mas. ” M1
“Yah kalo saya biasa dapet 10-20 lah mas, tambahan juga kalo pelanggan baik hati kasih tape. Biasa kalo udah langganan atau yang tajir ya tetep bagi bagi tape
mas hehehehehe…” M1
Setelah kurang lebih 2 jam berlangsung kamipun mengakiri pembicaraan dan acara kami di room, karena jam 2 dini hari M1 harus kembali lagi ke semarang untuk bekerja.
Sebelum pulang datanglah kawan P1 yang nantinya akan ikut menghantarkan pulang M1. Kami sempatkan untuk berfoto dan berbincang sejenak lalu kami pulang dan terpisah.
Sesampainya penulis pulang, penulis langsung membagikan foto tersebut ke akun pribadi
12
blackberry kepunyaan M1 guna menepati janji yang pengurus buat. Penulis berharap bisa bertemu lagi dengan M1 kedepanya ketika M1 lowong, namun setelah 3 minggu ada masalah
yang terjadi yaitu penulis kehilangan contac blackberry messanger M1, dan teryata saya dan P1 telah di hapus dari daftar contac M1. P1 juga bertanya
–tanya bagaimana hal tersebut bisa terjadi, karena setelah pembicaraan tersebut P1 juga tidak dihubungi lagi. Namun beberpa
hari kemudian P1 memberitahukan kepada saya bahwa M1 memang tidak mau menambahkan akun punulis di contac blackberry kepunyaan M1 untuk tetap menjaga
keamananya. M1 meminta untuk selanjutnya P1 yang memberi informasi selanjutnya. Penulis coba untuk menegosiasikan supaya tetap bisa berhubungan dengan M1 namun karena
nampaknya sudah terlalu sulit, maka kemudian penulis memutuskan untuk berlanjut ke narasumber berikutnya yang dalam proses negosiasi juga oleh P1.
2.2.3. Hasil Pengamatan dan Wawancara M2