xcix 800.00, dibanding Negara Thailand. Yang diimpor Negara
Vietnam kedua adalah GARMEN setelah furniture. Pada tabel diatas terlihat bahwa volume ekspor produk furniture di
Surakarta pada tahun 2009 ke Negara ASEAN mengalami penurunan, walaupun penurunannya tidak begitu banyak. Penurunan tersebut
dikarenakan ekspor furniture tersendat karena terkenanya dampak dari krisis global dan juga ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap nilai
dolar. Maka dari itu para importir dari negara ASEAN meragukan pangsa pasar furniture di Negara Indonesia khususnya di Surakarta
jadi mereka menarik semua investasinya yang mereka pikir akan merugikan dan mereka takut tidak mendapatkan profit dari investasi
tersebut.
2. Hambatan Yang Muncul Dalam Ekspor Produk Furniture Ke Negara ASEAN
Didalam ekspor produk furniture ke beberapa Negara ASEAN dapat mengalami peningkatan maupun penurunan. Kondisi perdagangan
tersebut terjadi karena dalam perdagangan ekspor produk furniture memiliki beberapa hambatan yaitu hambatan para eksportir untuk
memperoleh Surat Keterangan Asal SKA dan hambatan untuk mengekspor produk furniture ke ASEAN diantaranya :
a. Didalam pengurusan dokumen Surat Keterangan Asal SKA para eksportir mempunyai dua hambatan yaitu :
c 1. Waktu
Waktu yang digunakan untuk memperoleh Surat Keterangan Asal SKA yaitu 2 x 24 jam terhitung pada saat SKA sudah
diterima oleh pemohon COO atau eksportir. Maka apabila dokumen yang dibawa oleh pemohon Certificate of Origin atau
eksportir tidak lengkap dapat menghambat penerbitan Surat Keterangan Asal SKA dan dapat menghambat pengambilan
barang di pelabuhan tujuan. 2. Sumber Daya Manusia SDM
Jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia SDM di Dinas Perindustrian dan Perdagangan DISPERINDAG Kota Surakarta
masih kurang, yang menyebabkan lambatnya pelayanan ekspor.
b. Hambatan untuk mengekspor produk furniture ke Negara ASEAN Hambatan tersebut dapat digolongkan menjadi 2 faktor yaitu :
a Faktor Alam 1. Karena Faktor Cuaca
Faktor cuaca yang dilihat dari temperature disetiap Negara itu berbeda yang menyebabkan ekspor furniture
menjadi turun. 2. Bila pada saat pengiriman terjadi bencana alam seperti
ombak besar maka barang akan dibuang ditengah laut
ci jika kelebihan barang yang di perkirakan kapal dapat
terbalik. 3. Pengiriman yang terlalu lama mengakibatkan produk
ditumbuhi jamur karena suhu yang lembab. 4. Pemberlakuan peraturan yang tidak memperbolehkan
beberapa jenis kayu yang diolah sebagai bahan baku furniture untuk di ekspor ke negara ASEAN.
b Faktor Teknis 1. Bila Produk cacat.
Bila produk furniture yang diekspor terkena goncangan pada saat diatas kapal dan bila barang tidak sesuai
permintaan buyer maka buyer akan mengembalikan produk tersebut.
2. Trend atau keinginan konsumen di setiap negara berbeda, ada yang meminta model klasik, modern dll.
3. Karena kekurangan modal. Biaya pengiriman produk yang tinggi.
4. Masih menggunakan teknologi yang tradisional Proses produksi menjadi lambat.
cii 5. Terbatasnya informasi Luar negeri
Eksportir dalam negeri kurang informasi karena kurangnya sarana untuk mendapatkan informasi dari
Luar Negeri. 6. Kurangnya eksportir kita mengadakan promosi atau
pameran dagang ke luar negeri. Karena bantuan dari pemerintah yang berupa fasilitas
pameran atau promosi dagangnya tidak ada. 7. GSP atau bea masuk yang diberlakukan di setiap
Negara itu berbeda,dan bea masuk yang besar dapat merugikan eksportir
3. Hal Yang Dilakukan oleh DISPERINDAG untuk Meningkatkan Produk Furniture ke Negara ASEAN