Kas Sistem Penerimaan Kas

commit to user setelah data akuntansi keuangan dicata dalam buku – buku tersebut proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi dalam catatan akuntansi, dan 5. Laporan Keuangan laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan arus kas dan catatan – catatan laporan keuangan.

5. Kas

kas didefinisikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 2009 terdiri dari saldo kas cash on hand dan rekening giro. Menurut Munawir 1983, pengertian kas adalah kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali dengan menggunakan cek atau bilyet. Pengertian kas menurut Mulyadi adalah alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan kas merupakan alat pertukaran atau pembayaran finansial yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Sedangkan menurut Baridwan 2008, kas adalah suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, artinya kas adalah aktiva paling sering berubah. commit to user Hampir setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas.

6. Sistem Pengendalian Intern

1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pengawasan intern AICPA American Institute of Certified Public Accountants dalam Baridwan, 1990 dalam arti luas yaitu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi didalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu. Menurut Mulyadi 2001, menyatakan bahwa sistem pengendalian intern adalah proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen dan personil lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi. Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. 2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Tujuan dari adanya sistem pengendalian intern menurut definisi tersebut adalah. commit to user a. Menjaga kekayaan organisasi Kekayaan fisik perusahaan dapat dicuri dan disalah gunakan oleh berbagai pihak. Sistem pengendalian intern ini dibentuk guna mencegah ataupun menemukan harta yang hilang. b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi Manajemen harus memiliki data akuntansi yang tepat serta dapat diuji ketepatannya untuk melaksanakan operasi perusahaan, berbagai macam data yang digunakan untuk mengambil keputusan yang penting. c. Mendorong efisiensi usaha Pengendalian dalam suatu perusahaan juga dimaksud untuk menghindari pekerjaan – pekerjaan berganda yang tdak perlu, mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber – sumber dana yang efisien. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sistem pengendalian intern memberikan jminan untuk ditaatinya prosedur dan peraturan tersebut oleh perusahaan. 3 Karakteristik dan Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern

a. Karakteristik Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern yang baik memiliki karakteristik yang commit to user meliputi hal – hal berikut. 1. suatu rencana organisasi yang memungkinkan adanya pemisahan pertanggungjawaban fungsi secara tepat, 2. suatu sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat untuk memungkinkan accounting control, yang memadai terhadap aktiva, hutang, pendapatan dan biaya, 3. praktek yang sehat diikuti dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap bagian organisasi, dan 4. kualitas pengamat yang cocok dengan tanggungjawabnya. Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya sistem pengendalian intern yang efektif. Rencana organisasi, sistem otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat, praktek yang sehat serta kualitas pengamat yang cocok harus terintegrasi dengan baik dalam pelaksanaan tugasnya. Kelancaran pekerjaan akan memudahkan sistem pengendalian intern dalam mencapai tujuan.

b. Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern

Keterbatasan yang terdapat dalam sistem pengendalian intern dapat mengakibatkan tujuan dari sistem pengendalian intern tidak tercapai. Keterbatasan – keterbatasan tersebut menurut Mulyadi 2002 adalah. 1. kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin yang biasanya commit to user dilakukan oleh manajemen atau personel lain. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh tidak memadainya informasi yang diterima, keterbatasan waktu dan tekanan lain, 2. adanya kekeliruan dalam memahami perintah, terjadi kesalahan karena kelalaian dan perubahan bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur yang telah diterapkan, 3. kerja sama antara pihak – pihak yang terkait, yang mana antara pihak – pihak tersebut seharusnya saling mengawasi, tetapi saling bekerja sama untuk menutupi kesalahan – kesalahan yang dibuat baik secara sengaja maupun tidak sengaja, dan 4. manajemen mengabaikan sistem dan prosedur yang sudah diterapkan semata – mata untuk kepentingan pribadinya sehingga sistem pengendalian intern tidak berfungsi dengan baik, dan 5. biaya yang telah dikeluarkan untuk penerapan sistem pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari adanya penerapan sistem pengendalian intern tersebut. 4 Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Intern Menurut Mulyadi 2001 unsur-unsur pokok sistem pengendalian intern meliputi empat unsur besar yang tiap poinnya tidak dapat commit to user dipisahkan, keempat unsur tersebut adalah. a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Prinsip pembagiannya adalah harus dipisahkan menurut fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akutansi. Struktur organisasi harus dapat menunjukkan garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas, dalam arti suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pemisahan fungsi operasi, fungsi penyimpanan dan fungsi akuntansi. b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Segala bentuk penggunaan dokumen harus diawasi sedemikian rupa untuk mengawasi pelaksanaan otorisasi. Formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalaannya reliability yang tinggi. commit to user c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi Cara – cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah. 1 penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh berwenang, 2 pemeriksaan mendadak surprised audit, 3 setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain, 4 perputaran jabatan job rotation, 5 keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak, 6 secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya, dan 7 pembentukan unit organisasi yang bertugas mengecek efektivitas unsur – unsur sistem pengendalian intern yang lain. d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut dapat ditempuh. 1 seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Manajemen harus melakukan analisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan menentukan syarat – commit to user syarat yang dipenuhi oleh calon karyawan yang akan menduduki jabatan tersebut, dan 2 pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembaganan pekerjaannya. 5 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Suatu pengendalian internal dikatakan efektif apabila memahami tingkat sejauh mana tujuan operasi entitas tercapai, laporan keuangan yang diterbitkan dipersiapkan secara handal, hukum dan regulasi yang berlaku dipatuhi.

7. Sistem Penerimaan Kas

Sistem penerimaan kas adalah suatu sistem yang dirancang untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang dari penjualan tunai atau dari piutang yang siap dan bebas digunakan untuk kegiatan umum perusahaan. Sistem penerimaan kas merupakan proses aliran kas yang terjadi di perusahaan terus menerus sepanjang perusahaan yang bersangkutan masih beroperasi. Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang Mulyadi, 2001. Namun pemerimaan kas tidak hanya tergantung oleh kedua hal itu saja, tergantung dari bidang usaha perusahaan masing – masing. Dalam perbankan khususnya Bank Pekreditan Rakyat sumber utama penerimaan kas commit to user berasal dari piutang yang diberikan pada nasabah. Piutang dalam hal ini dapat diartikan sebagai pembayaran angsuran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat dari kreditpinjaman yang telah diberikan kepada nasabah. Pengendalian intern penerimaan kas merupakan pengendalian intern yang saling memisahkan fungsi antara pencatatan dan pengurusan kas yang jelas, dengan bertujuan untuk menghindari terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang kemungkinan terjadi dalam perusahaan. Dengan adanya pengendalian intern maka penerimaan kas dalam perusahaan tidak dapat digelapkan oleh siapapun. Beberapa prinsip pengawasan intern terhadap penerimaan kas yang dapat dijadikan pedoman adalah sebagai berikut Baridwan, 1997. a. harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank, b. diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas, dan c. diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. Dari pernyataan di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun surat berharga yang mempunyai sifat dapat segera digunakan, yang berasal dari transaksi perusahaan. Transaksi-transaksi tersebut akan menimbulkan perputaran yang sering disebut dengan arus kas.

8. Sistem Pengeluaran Kas