59
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
Pertama di SMP Negeri 2 Blora, dalam proses pembelajaran sejarah guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dimana siswa
lebih banyak diajak dialog dengan guru mengenai materi yang diajarkan. Dengan waktu yang terbatas maka guru sering menggunakan metode tanya
jawab, walaupun dengan metode tanya jawab diharapkan siswa mampu memahami materi yang disampaikan. Sedangkan respon siswa cukup bagus
dalam pembelajaran sejarah dimana siswa cukup responsif di dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan yang kritis pada guru, bagi siswa yang
tidak aktif di dalam kelas guru mencoba mengajak mereka bersama untuk belajar dengan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa yang
tidak aktif tetap bisa mengikuti pelajaran. Disamping metode, dalam pembelajaran sejarah juga diperlukan media yang beragam. Dalam pokok
bahasan Perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalanya, siswa diajak kemuseum
untuk melihat peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di museum serta berbagai macam isi dari museum, yang berhubungan dengan materi yang
diajarkan. Dari melihat isi dari museum tersebut siswa dapat mengetahui dan
60
mendeskripsikan bahwa museum itu penting untuk pembelajaran sejarah. Sedangkan evaluasi atau penilaian siswa dilaksanakan secara berproses
dimana evaluasi dilakukan tiap kompetensi dasar dan dilakukan secepatnya. Hambatan yang dialami dalam pembelajaran sejarah adalah alokasi waktu
yang terbatas dengan materi yang banyak. Pembelajaran sejarah di SMP N 2 Blora dapat di kategorikan sedang yaitu 56,67.
Kedua Pemanfaatan museum Mahameru sebagai sumber belajar sejarah dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi yang bersifat positif yaitu siswa
telah memanfaatkan museum Mahameru sebagai sumber belajar sejarah dengan baik dan dapat mendorong mereka bersikap dan bertingkah laku
positif terhadap kehidupan sehari-hari maupun disekolah, dengan demikian siswa mengetahui arti pentingnya museum sebagai sumber belajar sejarah.
Sebaliknya, persepsi siswa yang bersifat negatif dapat mendorong seseorang bersikap dan bertingkah laku negatif, misalnya siswa tidak pernah mengenal
apa itu museum dan tidak pernah memanfaatkan museum Mahameru sebagai sumber belajar sejarah. Dari hasil angket siswa tentang pemanfaatan museum
Mahameru dapat di kategorikan tinggi rata-rata 76,67 siswa itu telah memanfaatkan museum itu sebagai sumber belajar sejarah.
B. Saran